Managing Director Citibank Kunardy Lie

“Sekarang, Uang Sedang Mencari Tuan Baru”

Managing Director Citibank, Kunardy Lie
Sumber :
  • vivanews

VIVAnews  - Krisis ekonomi terus menghantui Amerika Serikat dan Eropa. Banyak pihak mengkhawatirkan dampaknya terhadap perekonomian global. Bagaimana nasib Indonesia? Berikut wawancara khusus VIVAnews.com dengan Managing Director Head of Global Banking Citibank Indonesia, Kurnady Lie. Petikannya:

Pasca penurunan peringkat surat utang AS, situasi ekonomi global bagaimana?
 
Kalau dari observasi saya, sejak krisis tahun 2008 hingga sekarang, orang-orang  memang heran mengapa tingkat recovery Amerika, dalam hal market confidence, begitu cepat. Padahal, kalau kita lihat, AS dan Eropa itu tidak melakukan perubahan fundamental secara besar-besaran sejak 2008.

Terpopuler: Adu Laris Fortuner vs Pajero Sport, Shin Tae-yong Mudah Beli Palisade

Yang terjadi adalah Amerika menerapkan kebijakan QE (quantitative easing) kebijakan moneter dari bank sentral yang bertujuan menstimulasi perekonomian mereka, dengan cara membeli aset-aset perbankan. AS berharap dengan kebijakan moneter tersebut pasar akan banjir likuiditas sehingga masyarakat bisa lebih banyak mengeluarkan uang. Namun, yang terjadi, kelebihan likuditas tersebut justru kebanyakan lari ke Asia, karena Eropa dan Amerika tidak kunjung membaik prospeknya.

Sekarang kita lihat Amerika dan Eropa masih tetap saja bermasalah. Misalnya di Yunani dan Spanyol. Sekarang menyebar juga ke Perancis, Italia, dan Polandia.
 
Eropa sebenarnya menciptakan masalah mereka sendiri.  Anggota yang masuk Zona Euro adalah negara-negara dengan kondisi ekonomi yang tidak setara, tapi dipaksa dijadikan satu. Tiap kali, yang menalangi adalah Jerman dan Perancis.
 
Kalau di Amerika, kita melihat persoalan fundamentalnya adalah krisis kepercayaan. Kalau orang tidak nyaman dengan keadaan ekonominya sendiri, tingkat penganggurannya tinggi, maka orang tidak akan membelanjakan uangnya. Uang banjir, tapi mereka lebih suka wait and see. Akibatnya, tingkat tabungan orang Amerika semakin meningkat.
 
Dengan kondisi ini, AS harus menggenjot pertumbuhan dengan berutang. Utang Amerika sangat besar. 

Saya lihat taktik AS itu begini: China selama ini manipulasi nilai kursnya supaya barang-barangnya bisa dieskpor. Sementara, Amerika menganut sistem kurs mengambang dan tidak mungkin mematok harga. Apa yang dilakukan Amerika? Melemahkan kurs dengan quantitative easing itu. Jadi, China memang selalu marah pada AS dan meminta AS agar tidak melakukan quantitative easing. Tapi, AS harus melakukan itu supaya ada keseimbangan.
 
Pagu utang Amerika sudah mentok dan semua orang sudah mengetahui persoalan ini. Lembaga pemeringkat sebetulnya sebelumnya sudah memberikan rating kredit AAA dengan negative outlook. Mereka sudah melihat, ini tinggal masalah waktu untuk menurunkan rating AS dalam 6-12 bulan ke depan. Tapi, ternyata Standard & Poors bergerak sangat cepat. Itu menambah volatilitas market yang memang sudah lemah. Market makin lemah karena persoalan di Eropa tidak kunjung selesai. Yunani ditalangi, namun tetap nombok dan lalu diikuti krisis AS. 

Bedanya dengan krisis 2008 apa?
 
Struktur fundamental krisis 2008 pada dasarnya adalah krisis perbankan. Lehman Brothers kolaps dan kepercayaan antar bank hilang. Akibatnya, likuiditas di seluruh dunia tiba-tiba juga mengering karena perbankan tidak saling percaya dan cost of borrowing meroket.

Krisis yang sekarang adalah krisis laju pertumbuhan ekonomi Amerika. Maksudnya, AS itu pernah resesi dan orang mengira AS butuh pertumbuhan tinggi agar bisa keluar dari resesi. Tapi, data-data terakhir menunjukkan ternyata Amerika masih berada dalam situasi resesi.

Ke depan apa artinya?
 
Berarti masyarakat menilai AS tidak akan tumbuh atau tumbuh dengan sangat-sangat kecil. Eropa juga menghadapi masalah yang sama. Mereka menghadapi krisis defisit, utang, dan sebagainya. Saya pikir akan seperti 2008 kalau ada bank di Eropa kolaps.
 
Mengapa pasar modal sempat anjlok beberapa waktu lalu, padahal investor biasanya sudah mengantisipasi hal ini?
 
Ya, di pasar modal filosofinya kan buying the future. Masalahnya, the future is not there. Jadi, investor sudah price in, dengan harapan ada pertumbuhan di sana, tapi ternyata tidak ada.

Yang saya takutkan, AS akan menjadi seperti Jepang. Dulu jepang krisis dan pertumbuhannya di situ-situ saja, seperti pola 'L'. Bisa saja pertumbuhan AS nanti berpola seperti huruf 'L', atau minimal naik dengan sangat kecil. Jadi, akan terjadi global slowdown. Ini salah satu skenario yang mungkin terjadi.

Penurunan peringkat negara ini akan diikuti dengan penurunan valuasi terhadap seluruh perusahaan Amerika?

Secara logika, memang tidak mungkin peringkat sebuah perusahaan lebih tinggi dari rating negaranya. Kecuali, perusahaan ini memiliki kontrak dengan perusahaan luar negeri yang memiliki rating lebih tinggi.

Saya baru membaca sebuah laporan, kalau ada perusahaan yang punya ketergantungan tinggi terhadap pemerintah maka akan diturunkan rating-nya. Tapi, kalau tidak ada keterkaitan dan secara finansial kuat, mereka akan tetap dipertahankan di peringkat AAA.
 
Saat ini ada juga perusahaan AS yang masih memiliki rating triple A, sebagai contoh Apple. Kalau tidak salah, cash balance pemerintah AS itu US$76 miliar, sedangkan Apple US$79 miliar. Lalu, penjualan Apple juga keluar negeri. Jadi, tidak heran jika Apple dapat AAA.
 
Menurut Anda, krisis ini bisa semakin memburuk?

Yang saya khawatirkan, kondisi krisis ini akan memburuk menjadi double dip. Itu akan terjadi kalau ada krisis besar lagi, misalnya bank Eropa ambruk.

Kalau di AS, semenjak muncul krisis Lehman Brothers, hampir semua bank sudah direkapitalisasi. Jadi, neracanya sudah relatif bersih. Di Eropa belum. Dari Zaman dahulu belum transparan, mereka diam-diam, sedikit-sedikit. Kalau sampai ada bank Eropa menghadapi masalah seperti ini, maka bablas sudah... dan akan ada double dip.
 
Jadi itu harus diperhatikan, apakah akan ada event besar lagi di Eropa. Mereka seperti bola panas karena tidak terlalu transparan. Saya dengar Bank Sentral Eropa telah melakukan stress test dan ada delapan bank yang dinyatakan gagal. Kalau sampai ada yang kolaps, maka ekonomi global akan jatuh lebih dalam lagi.

Bagaimana dampaknya terhadap Indonesia?

Pada krisis 2008, recovery Indonesia cepat sekali. Seperti karet ketapel, perekonomian Indonesia masih bisa ditarik lagi. Tapi, risiko untuk jatuh menjadi jauh lebih besar. Artinya, kemungkinan up-side masih ada, tapi terbatas. Namun, kemungkinan down-side jauh lebih tinggi.

Kalau dilihat secara fundamental, Indonesia masih oke karena rasio pada PDB masih oke. Current account balance kita semua masih sehat. Jadi, saya rasa, investor bisa melihat, di dunia ini negara mana yang masih akan berkembang. AS akan tetap berada di bawah dalam waktu yang lama. Eropa kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Asia itu akan tumbuh melalui dua penggerak utama: China dan India. Jadi semua uang di dunia kini sedang mencari tuan yang baru.
 
Sebagai institusi perbankan, apa pengaruh yang paling dirasakan Citibank dari krisis ini?
 
Kami sekarang belum merasakan perbedaannya. Kami masih ada transaksi in the pipe line yang terus dipantau secara seksama Dengan krisis seperti ini, mau tidak mau, yield akan naik. Misalkan perusahaan mau keluarkan obligasi berdenominasi dolar AS, maka sekarang akan repot karena investor menuntut yield lebih tinggi. Itu akan membuat cost of financing meningkat.
 
Bagaimana kondisi pasar uang antar bank?
 
Masih oke, belum ada pengaruh banyak. Saya juga melihat pasar modal kita sempat menguat dengan persentase kenaikan lebih besar dibandingkan Dow Jones.
 
Tapi harus diingat, meskipun fundamental Indonesia masih oke, tapi ini tanpa banyak perubahan fundamental yang struktural. Price earning ratio pasar modal Indonesia sekarang sudah naik menjadi 17 kali, sementara AS hanya 12 kali. Kondisi ini membuat fund di luar negeri akan melihat pasar modal mana yang kemahalan

Untuk rupiah bagaimana sampai akhir tahun?

Dalam jangka pendek, saya rasa rupiah mungkin akan menguat. Tapi, paling ke level Rp8.100-8.200, tidak sampai 10 persen. Namun, risiko pelemahan lebih besar. Saya belum melihat nilai tukar rupiah akan bisa berada di bawah Rp8.000.
 Itu dengan asumsi bahwa krisis bersifat sementara. Kalau sampai ada krisis baru lagi, bisa jebol.
 
Yang harus diingat dari krisis saat ini adalah hal-hal yang merusak perekonomian, seperti pengangguran dan kesenjangan sosial. Ini harus dijaga. Kalau tidak, rupiah akan melemah lagi. Jangan sampai ada kerusuhan. Itu harus dijaga benar-benar.
Kita lihat Yunani dan London rusuh karena ujung-ujungnya soal perut. Apalagi Indonesia, yang memiliki penduduk banyak, kesenjangan sosial tinggi, dan harga-harga barang yang terus naik. (kd)

Terkuak, Ini Peran 5 Tersangka Barus Kasus Korupsi Timah
Serial Secret Ingredient

Main Series Bareng Nicholas Saputra, Lee Sang Heon Jadi Bisa Masak Orek Tempe

Sebagai infomasi, Nicholas Saputra berperan sebagai Chef Arif yang berada dalam pusaran konflik antara Ha-Joon (Sang Heon Lee) dan Maya (Julia Barretto).

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024