Capres 2014, Megawati Diminta Berpikir Ulang

Megawati di hadapan Kader PDI-P
Sumber :
  • ANTARA- REUTERS/Darren Whiteside

VIVAnews - Ini soal pemilihan Presiden. Yang digelar dua setengah tahun lagi. Sejumlah kandidat terkuat ramai dibicarakan. Tiga nama menempati posisi puncak. Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri , Pendiri Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie.

Sosok Epy Kusnandar, Aktor Multitalenta yang Terjerat Kasus Narkoba

Dengan perolehan jauh di bawah ketiga kandidat di atas, sejumlah nama lain yang muncul adalah Wiranto, Sri Sultan Hamengkubuwono, Surya Paloh, Hidayat Nur Wahid dan Sri Mulyani. (Persentase tiap kandidat baca di sini). Meski nomor satu pada hampir semua survei, Taufiq Kiemas meminta Megawati berpikir ulang.“Lebih baik Ibu mikir dulu, sebab usianya 68 tahun,” kata Taufiq di Jakarta Senin 24 Oktober 2011.

Pernyataan Taufiq Kiemas itu ramai diskusikan orang. Maklum Taufiq bukan tokoh sembarangan. Ia adalah Ketua Dewan Pertimbangan PDI Perjuangan, Ketua MPR dan suami Megawati Sukarnoputri. Bobot politik statement Taufiq tidak bisa dianggap remeh. Bahkan cukup kuat.

12 Konter Fast Track Imigrasi Arab Saudi Siap Layani Keberangkatan Jemaah Haji di Bandara Soetta

Bukan cuma Megawati. Taufiq meminta agar tokoh-tokoh yang seumuran dengan Mega untuk mengalah. Tujuannya adalah memberi jalan kepada kader-kader muda. "Kalau saya ditanya, tokoh senior yang sekarang lebih baik mengalah, menjaga NKRI saja,” ujarnya. Sebab jika tahun 2014 umur mereka di atas 70 tahun, maka kaderisasi jomplang.

Dulu, kata Taufiq, “Kita menertawakan Pak Harto ketika umur 70 masih mau menjadi Presiden. Sekarang masak kita ikut-ikutan. Kaderisasi itu paling berat."  Meski begitu, Taufiq menegaskan bahwa pernyataan ini semata-mata pendapat pribadi.

Belum diketahui bagaimana reaksi Megawati terhadap pendapat Taufiq Kiemas soal usia yang kian tua itu. Tapi memang bukan kali ini saja Taufiq berbeda dengan arus umum di partai, bahkan dengan Megawati sendiri. Ia, misalnya, berkali-kali mendorong PDI Perjuangan masuk kabinet. Dan kita tahu, sampai sekarang partai itu memilih menjadi opisisi.

Gak Ada Takutnya, Maling Curi Mobil Dinas Brimob Polda Papua saat Parkir di Bandara Sentani

PDI Perjuangan, kata Ketua Dewan Pengurus Pusat, Maruarar Sirait, tidak memaksakan Ibu Mega maju pada Pilpres 2014, kalau menurut survei tidak bagus. Tapi jika menurut survei bagus, kesehatan Megawati juga bagus, dan faktor internal mendukung, maka tidak ada alasan untuk tidak maju.

Pria yang akrab disapa Ara itu menegaskan bahwa PDI Perjuangan memegang prinsip mengalir bak air. “Tidak ada yang bisa melarang atau memaksa Ibu Mega untuk maju,” kata Maruarar. Ia menambahkan bahwa akan lebih menarik jika ada survei untuk menilai tokoh-tokoh yang berpotensi maju itu dengan tokoh-tokoh yang juga berpotensi menjadi wakil presiden.

Sementara soal usia Megawati yang tidak bisa dibilang muda lagi, Ara berpendapat bahwa hal itu bukan faktor terpenting. “Politisi muda yang bermasalah juga cukup tinggi. Jadi ini bukan soal muda atau tidak muda, tapi soal integritas,” katanya.

Ketua DPP Golkar Priyo Budi Santoso menilai, "Biarkan nanti proses alamiah saja yang terjadi." Priyo mengungkapkan, gagasan memberi ruang pada tokoh muda memang bagus. "Hanya saja, sekali lagi saya katakan, tokoh lama, tua, senior, kalau memang ingin mengabdikan diri ya jangan dilarang. Kalau beliau kredibel harusnya diberi tempat juga. Sama juga dengan tempat untuk anak muda," ujarnya.

Priyo mengungkapkan, tingkat keterpilihan Mega serta sejumlah tokoh senior lain yang masih tinggi dalam sejumlah survei, karena tokoh-tokoh itu memang masih menjadi figur sentral. "Ibu Mega juga figur sentral di negeri ini. Kalau tokoh sekaliber beliau berkehendak untuk maju, tentu juga kita hormati."

Sinyal Bahaya Bagi Demokrat

Peneliti senior Lembaga Survei Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, melihat sinyal bahaya dari hasil survei Jaringan Survei Indonesia yang dilakukan antara 10-15 Oktober 2011 ini. Sinyal bahaya ini menyangkut regenerasi yang mandek, termasuk di partai terbesar, Partai Demokrat.
Hasil survei ini, kata Burhan, menguatkan teori bahwa Partai Demokrat sangat tergantung kepada popularitas Susilo Bambang Yudhoyono.

Burhan menjelaskan, approval rating terhadap SBY dalam survei JSI adalah 53 persen, atau tiga kali lipat dari elektabilitas Demokrat yang ditemukan 18 persen. Tapi tidak ada figur kuat Demokrat selain SBY. Ini memperkuat sinyal bahaya. "Itu tanda teori kebergantungan Demokrat pada SBY masih berlaku," kata Burhan saat dihubungi VIVAnews, Senin 24 Oktober 2011.

Kongres 2010 yang mengamatkan bahwa Demokrat bertransformasi menjadi partai modern belum terbukti di lapangan. "Kalau elektabilitas Demokrat tergantung popularitas SBY, maka jika popularitas SBY turun, elektabilitas Demokrat juga turun," kata Burhan. Celakanya, lanjut Burhan, popularitas SBY cenderung terus menurun.

Di sisi lain, Demokrat juga tidak bisa tiba-tiba memutus hubungan dengan SBY. Sebab SBY harus menjadi jembatan bagi Demokrat guna memunculkan tokoh baru menuju 2014. "Karena itu, banyak pihak (di luar Demokrat) yang mendekati SBY untuk meminta dukungan di 2014," kata Burhan. Ujian sesungguhnya bagi Demokrat, kata Burhan, adalah pasca-2014 karena SBY bukan lagi Presiden. SBY tidak lagi memiliki tempat eksklusif.

Bagaiman tanggapan Partai Demokrat soal hasil survei itu? Sejumlah petinggi partai itu mengaku tidak cemas.  Sebab, “Tingkat kepuasan terhadap kinerja pemerintahan SBY memang turun, tapi itu masih dalam batas tidak mengkhawatirkan,” kata Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat Saan Mustofa. Saan menekankan, Demokrat mengapresiasi hasil survei tersebut dan menjadi masukan yang sangat berharga.

Sekretaris Fraksi Demokrat di DPR itu juga menegaskan bahwa Demokrat akan memperhatikan survei-survei yang ada, sehingga tren ketidakpuasan publik terhadap pemerintah tidak terus berlanjut. “Masih ada tiga tahun untuk menaikkan tingkat kepuasan itu,” kata Saan optimis.

Ekspresi optimistis juga muncul dari Partai Amanat Nasional yang dalam survei bertengger di posisi keempat jika "Pemilu diadakan sekarang." Meski elektabilitas Ketua Umum PAN Hatta Rajasa hanya 1,6 persen, Ketua Bidang Komunikasi PAN Bima Arya Sugiarto justru melihat ada sisi positifnya.

Meski popularitas Ketua Umum PAN Hatta Rajasa rendah, menurut Bima, itu karena Hatta belum menyatakan resmi mencalonkan diri maju di Pemilihan Presiden 2014.

"Jelas sekali, yang lain-lain secara terbuka mengungkapkan tujuan jadi calon Presiden," kata Bima saat VIVAnews.com hubungi. "Pak Ketua ini," kata Bima, "Fokusnya sebagai Menteri Koordinator Perekonomian. Memang belum start sebagai seorang calon Presiden."

Hasil survei itu, kata Bima, tentu akan berbeda jika Hatta Rajasa sudah mengumumkan diri maju di Pemilihan Presiden. Kemudian segenap jaringan PAN dan pendukung Hatta bergerak melakukan kampanye. "Saatnya nanti, masyarakat bisa menilai, mana yang konkret bekerja  dan mana yang tidak," kata Bima.

Bima sendiri menanggapi hasil survei JSI yang digelar antara 10-15 Oktober 2011 dengan nada optimistis. Perolehan PAN juga lumayan sehingga bertengger di posisi keempat jika Pemilu digelar saat survei digelar. "Ini pertanda baik, bagaimana konsolidasi yang baik telah dilakukan PAN," kata Bima.

Survei JSI ini digelar selama 6 hari, yakni tanggal 10-15 Oktober 2011, dengan jumlah responden sebanyak 1.200 orang. Metode survei yang digunakan adalah multistage random sampling dengan wawancara tatap muka langsung, menggunakan questioner. Margin of error sebanyak 2,9 persen.  (sj)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya