Ngonthel di Ring-1 SBY, Kakek Nyoman Teroris

Nyoman, pesepeda ontel di depan Presiden SBY
Sumber :
  • VIVAnews/ Bobby Andalan
VIVAnews - Nyoman Minta tiba-tiba jadi orang terkenal. Aksinya nyelonong naik sepeda onthel di depan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi perbincangan luas. Senin kemarin itu, 24 Oktober 2011, Presiden sedang membuka ASEAN Fair di Nusa Dua, Bali.
Istana Tegaskan Jokowi Tidak Ada Agenda Kunjungan Kerja ke Surabaya

Perhatian publik makin menjadi bukan semata lantaran insiden ini telah mempermalukan petugas keamanan, tapi lebih lagi karena Minta diperiksa begitu intensif oleh aparat. Setelah menjalani reka ulang tak lama setelah insiden itu terjadi, Senin, kakek berusia sekitar 65 tahun ini dimintai keterangan polisi hingga larut malam.  
Strategi Perumnas Gandeng Telkomsel Sasar Pasar Hunian bagi Milenial dan Gen-Z

Lurah Tanjung Benoa Wayan Solo menjelaskan dia mendampingi Minta saat diperiksa di Polsek Kuta Selatan, bersama anak dan  istri Minta, Klian Adat (kepala lingkungan), dan staf Bali Tourism Development Center (BTDC)--tempat di mana dia bekerja selama ini.

Kepada aparat, Solo dan sejumlah yang lain menjamin Minta yang buta huruf sama sekali tak punya niat jahat. "Saya siap menjaminkan diri. Saya yakin, dia tidak ada niat melakukan sesuatu terhadap Presiden. Dia memang biasa membersihkan di situ sambil menyabit rumput, lalu dibawa pulang untuk pakan ternak," katanya.

Petugas di Markas Polsek Kuta Selatan mengatakan si kakek sudah dibolehkan pulang sejak Senin malam. “Sudah pulang. Sudah tidak ada lagi di sini,” kata seorang petugas kepada wartawan, Selasa siang.

Solo membenarkan Minta sudah diperbolehkan pulang Senin malam. Yang masih ditahan di Polsek--entah untuk apa--adalah sepeda tua milik Minta. "Nanti kalau sudah tanda tangan Berita Acara Pemeriksaan (BAP), sepedanya boleh dibawa pulang," ujarnya. 

Selasa, Minta kembali diminta datang ke Polsek Kuta Selatan untuk menandatangani BAP.

Sebagaimana telah diberitakan, insiden ini bermula saat berlangsung akrobat pesawat di udara. Segenap pengunjung, termasuk Presiden SBY dan anggota Paspampres, mendongak menyaksikan atraksi menarik itu. Saat itulah Minta mengayuh sepedanya dengan tenang, melintas di depan podium kehormatan yang berjarak hanya lima meter darinya.  

Kaget melihat ada yang menerobos dalam jarak sedekat itu, petugas Paspampres langsung memburu si kakek. Made sontak diringkus. Kepada petugas yang sewot, kakek lugu ini mengaku tak tahu-menahu ada presiden dan banyak tamu maha penting di situ. Keributan itu sempat menyedot perhatian segenap tamu undangan, baik dari dalam maupun luar negeri.
 
Menghilang
Ajang JDM Funday Mandalika 2024 Bukan Sekadar Balapan Mobil Jepang

Yang masih jadi tanda tanya sekarang, sehari setelah insiden tersebut Minta seperti menghilang. Selasa, dia tak terlihat di rumahnya, juga tidak masuk kerja.

Rumah Minta di Banjar Celuk, Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, terlihat sepi. Wartawan VIVAnews.com yang mendatangi kediamannya tak berhasil menemuinya.

Warga tak mau memberi keterangan di mana keberadaan Minta usai insiden itu. Bahkan, beberapa orang di sekitar area itu mengaku tak tahu-menahu di mana dia tinggal.

Petunjuk di mana rumah Minta didapat dari seorang penjaga warung tempat dia biasa membeli rokok. Sejak peristiwa itu, dia mengatakan, Minta belum pernah terlihat lagi. “Biasanya, siang sekitar jam 11.00 WITA, Pak Minta selalu melintas di depan warung saya. Tak jarang juga dia berhenti untuk membeli rokok dan minuman berenergi. Tapi sampai sekarang saya belum melihat dia lagi,” katanya kepada VIVAnews.com, Selasa 25 Oktober 2011. 

Minta juga tak ada di BTDC. Menurut Pengawas Lapangan BTDC Made Sudana, Selasa dia "tak masuk kerja, tanpa keterangan". 

Sudana membenarkan Nyoman Minta adalah petugas kebersihan perkebunan BTDC. Dia baru bekerja satu tahun di lembaga ini. Kakek ini sehari-hari memang selalu mengayuh sepeda pulang pergi ke tempat kerja. Dia ditempatkan untuk membersihkan area pinggir pantai. Upahnya sehari Rp44 ribu.

Menurutnya, Minta memang biasa mencari rumput dan mengambil kelapa yang jatuh untuk dibawa pulang. Saat ngonthel di area steril RI-1 itu, petugas terkesiap melihat buntalan karung di sepeda sang kakek--yang begitu dibuka bukan berisi bom, tapi beberapa butir kelapa.

Soal insiden menggemparkan ini, Direktur Utama BTDC Ida Bagus Wirajaya memastikan Minta tak bakal dikenai sanksi apapun, apalagi dipecat. Dia hakulyakin peristiwa itu semata "kecelakaan".

Evaluasi Paspampres

Insiden ini tak pelak mendapat perhatian serius dari Senayan. Wakil Ketua DPR RI Pramono Anung menilai peristiwa itu merupakan kelalaian Paspampres. "Bukan tukang kebun itu (Nyoman Minta) yang salah, tapi Paspampres yang tidak dengan baik menjaga Presiden," dia menandaskan.

Menurut Pramono, Paspampres harus serius dievaluasi. "Ini memprihatinkan. Coba kalau yang masuk teroris yang di tubuhnya ada bom. Aparat yang kebobolan harus disanksi," ujarnya.

Kapolri Jenderal Timur Pradopo menegaskan Kakek Minta "sudah dilepaskan, tidak ditahan". Dari hasil pemeriksaan, kata Timur, "Yang bersangkutan karyawan di sana kemudian karena ketidaktahuan melintas." 

Saat ditanya soal kelalaian petugas dalam insiden itu, Timur mengakui mekanisme pengamanan di area ring-1 Presiden dan VVIP harus diperbaiki. Meski demikian, dia menegaskan Kapolda Bali tidak akan dicopot gara-gara peristiwa ini.  

Senada Kapolri, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono menyatakan kejadian itu harus dijadikan bahan evaluasi untuk menata kembali kinerja Paspampres."Memang ada yang harus kita evaluasi untuk perbaikan ke depan," kata Agus di Gedung DPR. 

Toh demikian, Agus menolak menyebut insiden itu sebagai kebobolan. Dia beralasan lokasi acara di Bali itu memang membuka peluang bagi masuknya tamu tak diundang. "Anda lihat lokasinya memang sangat terbuka,” kata Panglima.

Komandan Paspampres Mayjen TNI Agus Sutomo mengakui insiden ini buah dari kelengahan anak buahnya. Untuk itu, dia telah langsung menjatuhkan sanksi kepada mereka yang bertugas. "Di lapangan langsung saya kasih sanksi. Perwiranya juga saya kasih sanksi," kata Agus, di kompleks Istana Kepresidenan. Dia enggan menjelaskan sanksi apa yang dia jatuhkan itu.

Keberadaan Presiden di acara ini dikawal 56 anggota Paspampres--20 orang di antaranya menempel ketat RI-1.  

Agus menjelaskan Jumat besok, 28 Oktober 2011, akan dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap semua anggota Paspampres. "Jumat saya kumpulkan semua," ucapnya.

Atas kasus ini, menurut Agus Panglima TNI sudah meminta maaf langsung kepada Presiden. Lalu bagaimana reaksi SBY?

"Beliau lebih mengutamakan rasa kemanusiaan. Beliau berpesan ‘dia (Nyoman Minta) orangtua, jangan dikasari’," kata Agus.  

Bukan kali pertama

Bobolnya pengamanan Paspampres bukan baru pertama kali terjadi. Pada 29 Maret 2007 lalu, 40 pendukung Republik Maluku Selatan (RMS) menerobos penjagaan Paspampres di Lapangan Merdeka Ambon. Saat itu, Presiden SBY sedang menghadiri Hari Keluarga Nasional ke-14. Di tengah lapangan, mereka menarikan tari perang Cakalele dan lalu membentangkan bendera RMS.

Para pendukung RMS itu langsung diringkus aparat. Oleh pengadilan, mereka divonis bersalah telah melakukan makar.

Pada Desember 2010, Paspampres lagi-lagi kecolongan. Kali ini sejumlah siswa sekolah dasar “menyerbu” Gedung Negara Grahadi, Surabaya. Padahal di situ, Presiden SBY sedang menginap dan berkantor. Mereka rupanya ingin bersalaman langsung dengan Presiden—yang meski sempat kaget, akhirnya keluar menyalami bocah-bocah itu.

Presiden kembali kaget saat memimpin upacara pembukaan Jambore Nasional di Danau Teluk Gelam, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan pada 2 Juli 2011 lalu.

Saat itu, dua bocah peserta Jambore dari Halmahera Selatan nekat menerobos penjagaan Paspampres. Kedua anak itu, Hermaen Chalid (8) dan Faizal Muhammad (8), mendadak berlari menuju podium di mana Presiden SBY memimpin upacara, tegak memberi hormat, dan menghampiri meminta bersalaman. (Laporan: Bobby Andalan, Bali | kd)
 
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya