"Menitipkan Nyawa" pada Mobil Masa Depan

Mercedes-Benz memamerkan mobil konsep F 015 pada ajang CES 2015
Sumber :
  • Dok: Mercedes-Benz

VIVAnews - Jika Anda adalah salah satu dari sekian banyak orang yang gemar menonton film fiksi ilmiah, maka Anda pasti tidak asing dengan film Knight Rider, Total Recall, Demolition Man, I Robot, atau Minority Report. Satu benang merah yang bisa ditarik dari semua film ini adalah hadirnya mobil canggih yang bisa bergerak sendiri sesuai tujuan yang diinginkan penumpangnya.

Mengenal Rem ABS, Masalah dan Solusinya

Konsep ini sebenarnya sudah lama diidamkan para pengguna kendaraan bermotor. Dengan semakin canggihnya teknologi, mereka berharap kehadiran "mobil pintar" ini dapat segera terealisasi.

Dengan adanya fitur otomatis pada kemudi mobil, pengguna jadi bisa meluangkan lebih banyak waktu untuk beraktivitas, seperti menyelesaikan pekerjaan kantor atau sekadar melepas penat saat pulang kerja. Kondisi lalu lintas yang semakin padat setiap harinya memang membuat banyak waktu berharga menjadi terbuang percuma.

Teknologi Masa Depan Honda Siap Dipajang di GIIAS 2016

Memang, saat ini sudah banyak tersedia perangkat gadget yang bisa membantu pengemudi melakukan pekerjaan selain mengemudi. Namun sayangnya rata-rata untuk bisa melakukan hal ini, mereka harus menggunakan fitur perintah suara.

Kendala yang ada pada perintah suara saat ini adalah masih kurang efektifnya komputer menerjemahkan perintah yang kita ucapkan. Berdasarkan pengalaman Mike Iacobucci selaku Chief Executive Officer (CEO) dari Interactions Corporation, GPS yang ia gunakan hanya berhasil menerjemahkan 50 persen saja dari semua perintah yang diberikan.

Bocah 13 Tahun 'Bejek' Mobil Ini Hingga 320 km per Jam

Hal ini membuat Mike harus berkali-kali mengulang perintah, dimana pada akhirnya fitur ini menjadi kurang efektif dan sama bahaya dengan mengetik sembari mengemudikan mobil.

Tiga Teknologi Dasar

Meski teknologi pengenal perintah suara belum bisa memberi harapan pada "mobil pintar", namun ada beberapa teknologi lain yang mulai bisa digunakan sebagai dasar dari pembuatan robot berbentuk mobil ini

Salah satunya pemetaan jalan-jalan dengan data yang lengkap, seperti jalur satu arah dan rambu-rambu kecepatan. Saat ini hal itu sudah bisa ditemukan pada teknologi Global Positioning System atau GPS yang tersedia saat ini.

Sayangnya, baik teknologi, kualitas maupun jumlah satelit yang digunakan sebagai penentu lokasi ini masih jauh dari akurat. Bila kita coba membuka aplikasi GPS di ponsel, maka akan tertera angka akurasinya masih sebatas hitungan meter, bukan sentimeter seperti yang dibutuhkan "mobil pintar".

Teknologi lain yang tidak kalah penting adalah fitur yang memungkinkan mobil  mengetahui rintangan apa saja yang ada di sekitarnya. Seperti GPS, fitur ini juga sudah mulai banyak diterapkan pada mobil-mobil baru.

Untuk bisa melakukan hal ini, produsen otomotif merancang sistem sensor yang dapat mendeteksi baik obyek diam maupun bergerak, serta mampu memprediksi jarak serta arah yang akan dituju obyek tersebut.

Komputer kemudian akan mengolah data dari sensor menjadi peta digital dan menerjemahkannya ke dalam bentuk pengurangan kecepatan, baik dengan cara mengurangi tekanan pada pedal gas ataupun menekan pedal rem, semua dilakukan secara otomatis.

Fitur terakhir yang memegang peranan dalam pengembangan mobil tanpa pengemudi ini sebenarnya sudah lama ada di pasaran, yaitu cruise control. Dengan menggunakan tombol gas otomatis ini, pengemudi dapat melepas kaki dari pedal gas namun mobil tetap melaju sesuai kecepatan yang sudah diatur sebelumnya.

Baru sebatas membantu

Ajang Consumer Electronic Show 2015 yang diadakan di Las Vegas, Amerika Serikat, dimeriahkan tidak hanya produk-produk elektronik dan gadget baru, namun juga beberapa purwarupa mobil masa depan.

Menurut berita yang dilansir dari situs Japantimes, Jumat 9 Januari 2015, produsen otomotif yang memajang teknologi terbaru mereka kebanyakan datang dari negara-negara di Eropa, di antaranya Audi, BMW dan Mercedes-Benz.

Rata-rata mobil yang ditampilkan merupakan pengembangan dari konsep yang dibuat lima hingga 10 tahun sebelumnya. Mobil-mobil yang ditampilkan para produsen otomotif sudah mulai bisa , mengerem apabila ada pejalan kaki menyeberang tiba-tiba dan bahkan tanpa perlu masukan dari pengemudi.

Menurut pihak Audi, teknologi autonomous car hingga 2017 masih akan berkutat di seputar piranti pendukung saja, dan belum menyerahkan sepenuhnya kendali pada komputer.

Hal ini dilakukan dengan fakta bahwa manusia belum bisa sepenuhnya mempercayai apa yang dilakukan komputer, karena pada dasarnya komputer hanya mengandalkan data yang diberikan manusia juga, sehingga masih ada celah error.

Menurut Guillaume Devauchelle, perwakilan Valeo, perusahaan pembuat komponen otomotif, saat ini kami berkonsentrasi pada apa yang bisa kami buat dan dapat diterima publik. "Konsep mobil yang bisa mengendalikan dirinya sendiri masih membuat sebagian orang takut. Bagaimana jika sensor salah mengirim data, atau tiba-tiba komputer berhenti bekerja?" ujar pria yang menjabat sebagai Vice President for Research di perusahaan asal Perancis tersebut.

Kabar yang sama juga datang dari produsen otomotif Jepang seperti Nissan, Honda dan Toyota. Meski berita yang dilansir dari situs teknologi Engadget mengatakan, Nissan sudah menerima izin dari pemerintah Jepang untuk menguji coba tipe LEAF yang sudah dilengkapi dengan fitur kemudi otomatis di beberapa ruas jalan di Jepang, namun mereka belum akan meluncurkan secara resmi produk ini dalam waktu dekat.

Wajah Mobil Masa Depan

Di awal 2015 ini, dunia otomotif dibanjiri berita mengenai mobil tanpa pengemudi. Berita pertama datang dari perusahaan teknologi Google, di mana mereka menunjukkan bentuk terbaru mobil konsep yang dapat bergerak dengan sendirinya.

Ambisi Google tampaknya sangat besar, hal ini terlihat dari tidak dilengkapi mobil tersebut dengan setir ataupun pedal gas dan rem. Ini menunjukkan bahwa mereka benar-benar serius mengembangkan kendaraan yang bisa berfungsi dengan otomatis secara keseluruhan.

Berita kedua datang dari ajang CES 2015, dimana Audi dan Mercedes-Benz saling memamerkan kebolehan mereka merancang sistem kemudi otomatis. Mercedes-Benz secara resmi mengenalkan mobil konsep yang diberi nama F 015 ini dengan cara menjalankannya menuju lokasi pameran melalui area perkotaan yang padat.

Keunikan dari F 015 ada pada desain interiornya, dimana kursi baris depan dapat diputar menghadap belakang. Hal ini berguna saat penumpang ingin melakukan rapat sembari menuju ke kantor atau tempat bisnis lainnya. Untuk detilnya, Anda bisa membacanya di .

Mirip dengan rivalnya, Audi juga menghadirkan A7 konsep mereka dengan cara yang tidak kalah unik, yaitu dengan mengundang wartawan duduk di dalam mobil yang bergerak secara otomatis sejauh 885 kilometer dari San Francisco ke Las Vegas.

Namun berbeda dengan F 015, A7 ini hanya akan bekerja secara otomatis di jalur bebas hambatan saja. Saat memasuki area perkotaan, mobil akan meminta penumpang mengambil alih kemudi (baca beritanya di ).

Pabrikan mobil asal Korea Selatan, Hyundai, juga mendemonstrasikan kebolehan mereka merancang sistem kemudi otomatis yang nantinya akan diaplikasikan pada lini produk mereka. Saat ini Hyundai masih mengujicoba mobil konsep mereka di sirkuit khusus yang diatur menyerupai kondisi perkotaan.

Situs Wired, 8 Januari 2015, juga mengabarkan bahwa Nissan baru saja menandatangani kerjasama dengan pihak National Aeronautics and Space Administration atau NASA dalam hal perancangan kendaraan autonomous selama lima tahun ke depan. Nantinya, produk yang dihasilkan dari rancangan tersebut akan digunakan oleh NASA untuk keperluan eksplorasi di luar angkasa, selain dijual ke masyarakat umum oleh Nissan di 2020 mendatang.

Dalam setiap langkahnya, perkembangan dunia otomotif selalu terbentur pada banyak hal. Untuk kasus mobil berkendali otomatis ini, setidaknya ada empat faktor yang menghalangi konsumen bisa menikmati fitur canggih ini.

Yang pertama tentu saja teknologi, di mana masih banyak parameter yang belum bisa dikalkulasi dengan baik oleh komputer. Cuaca juga memiliki pengaruh besar pada performa teknologi yang digunakan, seperti yang dialami beberapa mobil yang ikut dalam ajang kompetisi autonomous car di Korea Selatan.

Dilansir dari situs otomotif Jalopnik, saat tengah melakukan sesi ujicoba, beberapa mobil peserta kontes yang diadakan Hyundai ini keluar dari jalur yang sudah ditentukan. Hal ini terjadi akibat sensor gagal berfungsi akibat hujan yang mengguyur lokasi tersebut.

Faktor kedua adalah regulasi dari pemerintah setempat. Hingga kini, baru ada beberapa kota dan negara bagian saja yang mengizinkan mobil masa depan ini melintas. Nevada menjadi negara bagian pertama yang memberi izin, diikuti  Florida dan California.

Pemerintah Inggris mulai memberi izin ujicoba mobil ini di jalanan umum pada 2013 lalu. Sementara itu pemerintah Singapura saat ini sedang menjajaki kemungkinan mobil tanpa sopir digunakan di negara tersebut.

Pihak asuransi menjadi ganjalan ketiga untuk pengembangan mobil jenis ini. Saat ini topik mengenai mobil tanpa pengemudi masih dibahas antar sesama perusahaan asuransi. Hal ini dilakukan untuk memastikan siapa yang akan bertanggungjawab apabila terjadi kecelakaan yang melibatkan mobil tersebut, dimana penumpang tidak mungkin disalahkan karena kendali dipegang mobil seutuhnya.

Faktor terakhir yang menjadi penentu kesuksesan autonomous car yaitu kesiapan konsumen "menyerahkan nyawa" kepada komputer yang mengendalikan mobil. Meski teknologi ini bisa membuat hidup menjadi lebih mudah, jalanan lebih lancar dan angka kecelakaan menurun drastis, namun apakah kita siap melepas apa yang seharusnya menjadi kendali kita? (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya