SOROT 543

Sengitnya Perang Uang Elektronik

GoPay.
Sumber :

VIVA – "Bayar Pakai Gopay Cashback 20 Persen”. Tulisan itu terpampang di banner yang menempel di depan salah satu gerai makanan siap saji di Jakarta. Sementara, banner bertuliskan “OVO Cashback 60 Persen” persis berada di sebelahnya.

Terancam Diboikot karena Dituduh Dukung Israel, Grab Bantah dan Donasi Rp3,5 M ke Gaza

Demi berebut konsumen, Gopay dan OVO berlomba-lomba memberikan rabat dan cashback untuk belanja, makan di restoran dan layanan lainnya. Targetnya, agar banyak orang tertarik menggunakan platform uang elektronik mereka.

uang digital gopay

Ekosistem Grab Disebut Besar dan Prestisius

Uang digital Gopay

Ade Sintia (20) merupakan salah satu pengguna layanan pembayaran digital yang berhasil digaet. Karyawan perusahaan swasta ini mengaku menggunakan Gopay dan OVO karena tergiur keuntungan dari diskon dan cashback yang ditawarkan dua layanan pembayaran digital tersebut.

Cara Agar Saldo Tiket Transjakarta Tak Hilang Saat Kartunya Hilang

"Saya menggunakan uang elektronik karena banyaknya promo cashback yang memberikan keuntungan kepada customer sehingga kita lebih tertarik dalam belanja. Transaksi jual beli dengan scan barcode juga memudahkan customer," katanya kepada VIVA, Kamis 7 Maret 2019. 

Gopay dan OVO tak sendirian. Mereka harus bersaing dengan perusahaan teknologi keuangan (fintech) lainnya, seperti Dana, Sakuku, dan Paytren untuk memenangkan pasar uang elektronik di Indonesia. 

Pemain baru dalam perang layanan pembayaran digital saat ini adalah LinkAja. Dompet digital LinkAja, merupakan proyek keroyokan perbankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Platform uang elektronik ini diluncurkan pada Minggu, 3 Maret 2019 di hajatan Java Jazz Indonesia. Guna mengoperasikan LinkAja, kabarnya bank-bank BUMN, Telkomsel dan Pertamina patungan modal hingga Rp1,5 triliun. 

Ada 26 perusahaan yang sudah mendapat lisensi untuk melakukan transaksi digital payment dari Bank Indonesia. Ada yang dari sektor perbankan, telekomunikasi hingga layanan transportasi berbasis aplikasi. Mereka semua bersaing memperebutkan ceruk baru dalam bisnis ini.

uang digital ovo

Salah satu iklan OVO

Saat ini, Gopay dan OVO masih menjadi market leader di Indonesia. Survei yang dilakukan DailySocial dalam Laporan Fintech 2018 mengungkapkan, Gopay memimpin persaingan uang elektronik. 79 persen dari sekitar 1.400 responden yang disurvei menggunakan Gopay sebagai pembayaran digital, disusul OVO digunakan 58 persen responden dan Tcash, yang kini telah berubah menjadi LinkAja, digunakan oleh 55 persen responden. Dari survei itu juga terungkap, banyak responden menggunakan lebih dari satu aplikasi pembayaran digital.

Menurut survei yang dilakukan Morgan Stanley, rata-rata transaksi melalui pembayaran digital mencapai Rp600 ribu per bulan untuk satu orang. Dan angka itu diprediksi akan terus meningkat. Kenaikan jumlah transaksi melalui pembayaran digital disebabkan beberapa hal, seperti banyaknya diskon yang ditawarkan, kerja sama toko dengan pembayaran digital, kemunculan sejumlah tempat parkir yang hanya menerima uang digital, hingga terciptanya ekosistem ramah konsumen.

Head of corporate communication Gopay, Winny Triswandhani mengatakan, Gopay terus berupaya untuk memperluas pembayaran nontunai serta manfaat dan kemudahannya ke masyarakat. Untuk mendukung ekosistem pembayaran nontunai, Gopay meluncurkan pembayaran melalui kode QR di April 2018 untuk bisa digunakan di rekan usaha non-layanan Gojek.

"Hal ini kami lakukan agar masyarakat luas, terutama UMKM dan pedagang kaki lima mulai merasakan keuntungan non-tunai. Misalnya, dengan pemanfaatan metode pembayaran nontunai dengan Gopay, rekan-rekan UMKM kami kini bisa memiliki pencatatan arus kas yang lebih baik dan tidak bingung dengan uang kembalian," kata Winny kepada VIVA di Jakarta, Rabu 6 Maret 2019.

Gopay telah menggandeng 300 ribu rekan usaha di mana 40 persen di antaranya adalah UMKM. Pesatnya pertumbuhan ekosistem pembayaran digital Gopay membuat Gojek menjadi salah satu perusahaan digital terbesar di Indonesia. 

Gojek mencatat gross transaction value (GTV) atau transaksi pengguna mencapai US$9 miliar atau setara Rp125 triliun sepanjang 2018. Adapun transaksi penggunaan Gopay mencapai US$6,3 miliar atau setara Rp87 triliun. Angka ini setara dengan 69,6 persen dari transaksi keseluruhan Gojek.

Presiden Direktur OVO, Adrian Suherman mengatakan, saat ini sekitar 60 juta pengguna telah mengunduh OVO dengan ekosistem sudah lebih dari 30 ribu merchant, 200 kota, dan 400 mal. Menurut dia, inisiasi awal berdirinya OVO adalah karena melihat ada potensi yang sangat besar untuk pembayaran digital di Indonesia. Banyak sekali perusahaan yang ingin masuk ke ekonomi digital untuk mengembangkan bisnisnya tapi mereka tak bisa.

"Sedangkan, pengguna digital di sini pertumbuhannya semakin meningkat. Melalui ekonomi digital maka pasar mereka akan lebih terbuka dan bisa menjangkau ke seluruh Indonesia," kata Adrian. 

Selanjutnya, masa depan uang elekteronik..

Bank Mandiri mengenalkan e-money edisi khusus Nusantara

Tingkatkan Inklusi Keuangan, Bank Mandiri Hadirkan e-money Edisi Khusus Nusantara

Bank Mandiri bersama dengan Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) mengenalkan kartu uang elektronik atau e-money edisi khusus Nusantara dalam perhelatan Nusantara Fair 2024.

img_title
VIVA.co.id
27 Januari 2024