Mengabdi Meski Disakiti

- VIVA/Muhamad Solihin
VIVA – Spanduk sepanjang tiga meter dengan tulisan Dirgahayu Negeriku Indonesia terbentang di pintu masuk Masjid Al Hidayah. Kain warna biru itu berada persis di atas pagar bangunan yang berlokasi di Jalan Balikpapan 1 no 10, Petojo, Jakarta Pusat.
Di sebelahnya, umbul-umbul merah putih mengapit papan nama masjid. Kain dengan warna senada juga tampak menempel di pagar yang mengelilingi bangunan yang kerap digunakan oleh jamaah Ahmadiyah ini.
Masjid yang dianggap sebagai ‘markas’ Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) ini tampak lengang. Tak tampak orang beraktivitas atau lalu lalang. Hanya ada satu orang yang berjaga di pintu depan.
Tak ada yang istimewa di ‘Masjid Ahmadiyah’ ini. Hanya ada lemari tempat menaruh sandal atau sepatu, papan pengumuman dan sejumlah poster terkait Ahmadiyah. Sisanya adalah perangkat salat. Alquran terjemahan tampak di salah satu sudut ruangan.
Jelang azan Zuhur sejumlah orang berdatangan. Ada yang masih menenteng sisa dagangan.
Ada juga anak-anak usia belasan yang masih mengenakan seragam sekolah. Tak banyak, hanya belasan. Selesai salat berjamaah, mereka langsung bubar kembali berhamburan ke jalan.
“Ini cara kita mensyukuri kemerdekaan,” ujar Juru Bicara JAI, Yendra Budiana saat ditanya soal spanduk dan banyaknya kain warna merah putih di Masjid Al Hidayah.
Ia mengatakan, tak hanya memasang spanduk, umbul-umbul, dan mengibarkan bendera, JAI juga akan menggelar upacara, sejumlah lomba dan karnaval guna memeriahkan perayaan Hari Ulang Tahun ke-74 Kemerdekaan RI.