SOROT 72

Gairah Politik Artis Kita

VIVAnews -- DI depan pintu rumahnya Ratih Sanggarwati tengkurap. Tubuh mantan peragawati top Indonesia setinggi 172 meter itu melintang menghalang siapapun yang masuk atau keluar rumah di Jalan Panglima Sudirman 16, Ngawi, Jawa Timur itu. Lalu sang ibu, Nur Aini, melangkahi putrinya itu dua kali.

Begitulah cara Ratih memohon restu ibunya ketika hendak terjun ke medan laga. “Ini ritual langkahan,” kata Ratih. Kali ini dia hendak bertarung dalam pemilihan kepala daerah Ngawi. Usai ritual pada Rabu pagi 17 Februari 2010 itu, Ratih mendaftar sebagai calon bupati ke Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Ngawi.

Berkurban, Ritual Keagamaan Bermakna Sosial

Ritual Ratih tak ada kaitannya dengan adat istiadat di Ngawi. Juga tak ada hubungannya dengan agama yang dianutnya.

Ratih bilang, ritual itu hanya berlaku dalam keluarganya saja. “Sejak remaja sudah saya lakukan ritual seperti ini,” kata perempuan kelahiran Ngawi, 8 Desember 1962, itu kepada kepada Surabaya Post.

Honda Daftarkan Sepeda Motor Baru di Indonesia

Pertama dilakukannya pada 1980. "Ketika ikut kompetisi putri remaja," ujarnya. Hasilnya, dia menjadi salah seorang dari 20 finalis, bahkan terpilih sebagai Puteri Photogenic Lux 1980. Ritual sama juga dilakukannya saat ikut ajang pemilihan Abang dan None Jakarta 1983.
Dia menjadi None Jakarta di tahun itu juga.

Sejak itu langkah hidupnya mulus. Dia menjadi peragawati top, model, dan pemain sinetron. Pada 1997, ibu tiga anak ini menghentikan debutnya di dunia model. Lalu beralih ke bisnis, mendirikan Ekpose, sebuah sekolah model dan kursus pengembangan kepribadian diri dan butik “Sang Sakinah.”

Dia mulai melirik dunia politik pada 2009  lalu. Ratih bergabung dengan PPP. Tapi, di dunia baru ini, langkah Ratih agak terganjal. Dia tak lolos pemilihan umum legislatif 2009. Ratih gagal melaju ke Senayan. Apakah ini kutukan lantaran tak melaksanakan ritual langkahan itu? Ratih tak menjelaskan. Yang pasti, semangatnya berpolitik tak patah.

Agar kepercayaan dirinya bertambah dalam perebutan kursi orang nomor satu di Ngawi, Ratih kembali ke resep ritual langkahan itu. Dia juga berziarah ke makam ayahnya, Giyanto Jangkung --bernama asli Bagus Giyanto—si penulis novel “Lonceng Berbunyi 12 Kali”.

Setelah ritual itu, Ratih mengaku seperti mendapat injeksi semangat. "Seolah saya punya senjata untuk melakoni kompetisi apa pun,” katanya. Itulah sebabnya, dia berkeyakinan akan meraih kemenangan dalam kompetisi pilkada Ngawi itu.

Andalan Ratih dalam pilkada yang tinggal dua bulan lagi itu, tak sekadar ritual saja. Selain namanya sudah tenar, Ratih mendapat kekuatan tambahan dari sosok calon wakil bupati yang digandengnya, yaitu Khoirul Anam, tokoh agama yang berpengaruh di Ngawi.

Soal politik, Khoirul juga sudah teruji. Ketua Dewan Pengurus Cabang Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Ngawi yang akrab disapa Gus Anam ini adalah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Ngawi periode 2009-2014.

Ratih dan Gus Anam sudah mendapat restu dari Dewan Pengurus Pusat PKB. "Surat penetapan Ratih dan saya sebagai pasangan calon calon wakil bupati Ngawi 2010-2015 sudah ada,” kata Gus Anam. Jadi menyangkut dukungan partai, tak ada keraguan.

Pasangan Ratih-Gus Anam sudah yang didukung PPP dan PKB, juga mendapat kekuatan tambahan dari Partai Keadilan Sejahtera. Bahkan Ratih mengklaim, sokongan dari tokoh masyarakat, kiai dan lembaga swadaya masyarakat lokal, sudah mereka kantongi.

Saudi Arabia Conducted First Air Taxi Trial for Transporting Hajj
Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy dan sejumlah tokoh menghadiri peluncuran buku Haedar Nashir 'Jalan Baru Moderasi Beragama' di Perpusnas, Jakarta Pusat, Senin, 4 Maret 2024 malam

Penerima Bansos Korban Judi Online Bukan Pelaku tapi Keluarga, Kata Menko PMK

Menko PMK Muhadjir Effendy menegaskan mereka yang menjadi sasaran penerima bantuan sosial (bansos) korban judi daring bukan pelaku, akan tetapi pihak keluarga.

img_title
VIVA.co.id
17 Juni 2024