Rapimnasus Golkar

Maju dengan Kaki Pincang

VIVAnews - KANTIN di Istana Wakil Presiden itu mendadak meriah. Jusuf Kalla tiba-tiba mengajak para tamu ke kantin kecil yang menempel di pinggir tembok istana itu. Di sana ada Wakil Ketua MPR yang juga adik ipar Kalla, Aksa Mahmud, Ketua Fraksi Golkar di parlemen Priyo Budi Santoso, Menteri Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault,  politisi muda Golkar Indra J Piliang dan sejumlah tamu penting.

Pemerintah Lakukan Ini Pasca Kecelakaan Maut Bus di Subang

Si pemilik kantin dan pasukan pengamanan presiden tentu saja kelimpungan. Sebab kantin kecil itu tidak mampu menampung tamu penting sebanyak itu. Dan Jumat itu  adalah pertama kali seorang wakil presiden makan siang di kantin itu. Pasukan pengaman  sibuk menata meja dan kursi plastik.

Kalla duduk diapit Adhyaksa dan Priyo. Meja di sebelahnya Indra J Piliang bersama Aksa Mahmud. Kalla memesan sop daging, juga para tamu lain. Sembari menunggu pesanan itu, dia mengunyah satu gorengan dan rempeyek kacang yang terhidang di atas meja. Sesekali dia tertawa lebar mendengar cerita Adhyaksa.

Mantan Gubernur Maluku Utara Didakwa Terima Suap Rp 100 Miliar, Ditampung 27 Rekening

Kepada Kalla yang juga Ketua Umum Golkar itu, Indra J Piliang berkeluh kesah.  Mantan peneliti Center for Strategic and International Studies yang menjadi calon legislatif  itu mengaku tidak lolos ke Senayan.

Di daerah pemilihannya Sumatera Barat II, Golkar cuma mampu mengirim satu wakil. Mendengar keluhan itu, Kalla menjawab pendek, “Kalau memang tak dapat di DPR, masih banyaklah tempat lain untukmu membaktikan diri.” Acara makan siang itu berlangsung sekitar satu jam. Kalla melanjutkan kesibukannya. Menerima sejumlah tamu penting di  ruang kerjanya.

Menggali Potensi Energi dengan Lakukan Kolaborasi Strategis BRIN di Klungkung

Hari-hari ini, kesibukan Kalla memang menjulang. Dia juga harus bergerak cepat. Pagi hari, sebelum makan di kantin itu dia menerima rombongan Ketua Umum Hanura, Jenderal (Purn) Wiranto di rumah kontrakannya di Ki Mangunsarkoro Jakarta Pusat. Rumah itu persis disamping rumah dinas wakil presiden.

Malam hari, Jumat pekan lalu itu, dia bertamu ke rumah Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat.

Tiba pukul tujuh lebih 30 menit, Kalla mengenakan batik bernuansa merah. Tuan rumah juga serba merah. Megawati, Taufik Kiemas suami Mega yang juga Ketua Dewan Pertimbangan PDI Perjuangan, Puan Maharani dan Sekretaris Jenderal partai Pramono Anung mengenakan batik merah.

Kalla bergegas menyalami Mega yang menunggu di depan pintu.“Apa kabar, Bu?” tanya Kalla sembari menyorongkan tangan. Senyum Megawati pun merekah sambil menyalami Kalla. Keduanya lalu memasuki rumah.

Pertemuan dua pemimpin partai ini berlangsung satu jam sepuluh menit. Kalla pulang jelang pukul sembilan malam. Isi pertemuan keduanya juga menyangkut soal makanan. “Keduanya menyepakati saling mengirim makanan kesukaan,” kata Pramono Anung yang ikut dalam pertemuan itu.

Tentu saja  yang dimaksudkan Pramono bukanlah sop daging, makanan kesuksaan Jusuf Kalla. Juga bukan sekedar rempeyek kacang, yang cuma menjadi suguhan pelengkap. Makanan itu cuma kiasan.

Dalam pertemuan itu, kata Megawati, keduanya membahas kisruh Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan koalisi pemilihan presiden yang digelar 8 Juli 2009. “Kami harus membuat rincian bersama, karena sebagaimana saudara ketahui kami ini berada dalam posisi oposisi dan Golkar pada pemerintahan," kata Mega usai pertemuan.

Pertemuan itu sesungguhnya bisa disebut setengah gagal. Ganjalan terbesarnya justru terletak pada dua persoalan penting tadi, pemilu legislatiif dan siapa wapres dan Capres dan pemilu presiden.

Soal pemilu legislatif  Megawati menegaskan “Kami dari partai yang secara prinsip berbeda. Kami opisisi dan beliau dari partai pemerintah.” Seperti menjawab Megawati, Kalla dalam konferensi pers menegaskan bahwa soal kirsuh DPT, “Kita kembalikan saja pada aturannya. Jadi, kita kembali saja pada aturan hukum.”

Posisi Kalla  jauh lebih lunak daripada sikap barisan Teuku Umar. Kelompok Teuku Umar yang melibatkan Partai Hanura, Gerindra dan sejumlah partai lain menganggap kisruh DPT dilakukan secara sistemik. Pelanggaran terbesar sepanjang sejarah pemilihan umum di negeri ini.

Ganjalan kedua dalam pertemuan itu adalah siapa yang harus menjadi presiden dan siapa pula yang harus mengalah menempat posisi kedua, wakil presiden. Maklum, Megawati dan Jusuf Kalla sama-sama diusung partainya ke kursi nomor satu.

Soal ganjalan ini, Kalla berujar, “Dalam mencapai koalisi itu tentu saja ada proses lebih lanjut.” Kini beban dua ganjalan besar itu berada dipundak tim kecil yang dibentuk dua kubu.

Sekretaris Plt Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama, Rohmat Mulyana Sapdi

Peran Strategis 300 Ribu Guru Pendidikan Agama Islam di Indonesia

selama ini para guru PAI berinteraksi langsung dengan jutaan siswa di Indonesia dalam memberikan pendidikan keagamaan, karakter dan wawasan kebangsaan.

img_title
VIVA.co.id
16 Mei 2024