Kembali ke Desa

- VIVA.co.id/Bobby Andalan
Ia menuturkan, desa wisata memiliki kelebihan lain yang tak dimiliki destinasi wisata lain. “Kelebihannya, kita tidak sekadar berlibur, tapi dapat manfaat dari keberadaan desa wisata.”
Untuk itu, ia berharap, desa wisata bisa dipromosikan lebih baik. “Kalau kita di Indonesia ini tidak kalah dengan negara lain. Semua ada di Indonesia. Apa yang tidak ada. Tinggal disosialisasikan, dirawat dan didukung semua pihak, terutama pemerintah.”
Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMPD) Pemprov Bali, I Ketut Lihadnyana mengatakan, program desa wisata merupakan bagian dari upaya mengurangi kesenjangan desa. Meski demikian, tak semua desa cocok dijadikan desa wisata.
“Kita harus memotret desa sesuai potensinya, apakah cocok untuk pengembangan desa wisata atau tidak. Apakah dia hanya desa yang mengembangkan destinasi atau sekaligus akomodasi seperti Desa Penglipuran,” ujarnya kepada VIVA.co.id, Jumat, 15 April 2016.
Menurut dia, ada dua kriteria untuk bisa menjadi desa wisata. Pertama, dia muncul secara alamiah atau memang hasil desain. “Misal kawasan pedesaan di Jatiluwih, Tabanan, itu kan tercipta secara alamiah. Tinggal manajemennya saja ditata,” dia menambahkan.
Ada sejumlah hal yang bisa dijual dari desa wisata. Salah satunya atraksi budaya yang ada di desa setempat. “Misalnya agro tourism. Ajak wisatawan menanam padi sesuai kebiasaan, cara dan budaya desa setempat.”
Menurut Asosiasi Desa Wisata ada 180 desa wisata yang tersebar di Bali. Namun, menurut data Dinas Pariwisata ada 58 desa wisata yang sudah berjalan dan mandiri.
Selanjutnya...Bertumpu pada Kerajinan