- REUTERS/Stringer
VIVA.co.id – Ava, demikian namanya. Dia tidak saja cantik, namun pintar. Mau mengerjakan apa yang disuruh. Tak heran bila Ava mengundang decak kagum kaum pria, termasuk ahli komputer bernama Caleb dan atasannya, Nathan.
Bahkan, Caleb pun jatuh cinta kepada Ava...robot ciptaannya. Ava ternyata bukan sembarang robot. Dia adalah humanoid, robot yang menyerupai manusia. Bahkan kecerdasannya dibuat sebisa mungkin menyamai manusia. Maka dia bisa meniru apa pun yang bisa dilakukan manusia.
Itu karena otak Ava tersinkronisasi dengan mesin pencari buatan Nathan bernama Blue Book. Lama kelamaan Caleb jatuh cinta dengan Ava. Namun tetap saja, sisi robotiknya tidak bisa dihilangkan. Tanpa membalas perasaan Caleb, Ava pergi dari lab tempat ia diciptakan dan meninggalkan pria itu, dengan terlebih dahulu membunuh penciptanya, Nathan.
Memang, kisah di atas hanyalah film Hollywood bergenre science fiction (sci-fi) besutan Alex Garland, Ex Machina. Film itu secara tidak langsung menggambarkan betapa humanoid telah menjadi tren yang sedang marak belakangan ini di dunia nyata. Beranjak dari beberapa humanoid cantik yang pernah dibuat oleh para ahli robotik, baik di Amerika, Jepang, maupun China.
Sebut saja Jia Jia, Saya, Geminoid F, Erica, Mark 1, Alice, ChihiraAico, Sophia, Yangyang, HRP-4C, Aiko, Otonaroid, Asuna, Sowa Hanako, sampai The Actroid F. Hampir semua robot humanoid itu menggunakan perempuan sebagai gender. Ilmuwan menyebutnya sebagai robot Gynoid, robot mirip manusia yang mencontoh bentuk wanita.
Saat sebuah toko mempekerjakan Aiko, banyak pengunjung yang berdatangan. Selain ingin membeli, kebanyakan hanya ingin melihat sosok Aiko, bagaimana dia bisa berinteraksi dengan baik ke pengunjung. Lalu, saat Jia Jia menjadi penerima tamu dalam sebuah event di China, semua orang tersenyum senang lalu mengajak Jia Jia berfoto selfie.
“Anda harus sedikit menjaga jarak untuk bisa berfoto dengan saya. Saya tidak ingin terlihat gendut di foto,” ujar Jia Jia yang disambut dengan tawa pengunjung, yang kebanyakan adalah pria, seperti dilansir Inquistr.
Tidak sedikit pria di antara pengunjung itu yang menyukai Jia Jia. “Saya ingin membawanya ke rumah,” ujar salah satu pengunjung berkelakar menanggapi wajah Jia Jia yang cantik.
Seorang pengunjung berfoto bersama robot humanoid Jiajia produksi Universitas Sains dan Teknologi China saat acara peluncuran di Hefei, China. Foto: REUTERS/Stringer
Namun, apakah hanya itu yang diharapkan manusia dari kehadiran bangsa humanoid? Indonesia sendiri tidak terlalu peduli dengan penelitian robot humanoid. Selain karena ekonomi yang tidak mencukupi (cukup besar kebutuhan biaya untuk membuat humanoid), Indonesia juga merasa belum merasa membutuhkan pengganti warganya dalam melakukan pekerjaan.
“Humanoid itu banyaknya advance research. Indonesia mungkin belum lah, belum punya urgensi untuk mengembangkan robot humanoid ini. Yang lebih mendasar lagi, kebutuhan kita adalah automatisasi sebenarnya. Ini yang harus kita galakkan. Ngapain kita bikin sesuatu yang mungkin tidak begitu banyak memberikan manfaat,” ujar Deputi Kepala Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material, Hamman Riza, kepada VIVA.co.id.
Selanjutnya...Multifungsi?