Ketua Umum PP GP Ansor, Yaqut Cholil Quomas

Kasus Pembakaran Bendera di Garut By Design

Ketua Umum PP GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas
Sumber :
  • VIVA/Dhana Kencana

VIVA – Perayaan Hari Santri  yang jatuh 22 Oktober 2018 dinodai aksi pembakaran bendera oleh kader Barisan Ansor Serbaguna. Pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid tersebut sontak membuat publik meradang.

Kakek di Garut Tewas Mengenaskan Diduga Dibunuh, Polisi Kerahkan Anjing Pelacak

Mereka tak terima meski polisi dan Ansor menyebut bendera yang dibakar adalah bendera Hizbut Tahrir Indonesia. Pasalnya, Majelis Ulama Indonesia menyatakan, bendera yang dibakar merupakan bendera tauhid. Tak pelak, Ansor banjir protes dan kecaman. Organisasi sayap Nahdlatul Ulama tersebut juga diminta meminta maaf kepada umat Islam.

Ketua Umum Pengurus Pusat Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor), Yaqut Cholil Qoumas menolak meminta maaf terkait aksi pembakaran bendera yang dilakukan kadernya. Alasannya, bendera yang dibakar merupakan bendera HTI. Meski demikian, ia meminta maaf terkait kegaduhan akibat ulah anak buahnya. 

Kakek 73 Tahun di Garut Ditemukan Tewas Mengenaskan, Kepala Hancur dan Usus Terurai

Pria yang akrab disapa Gus Tutut ini bercerita panjang lebar terkait kasus pembakaran bendera di Garut. Ia menyebut, insiden tersebut by design karena dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif.

Demikian penuturan salah satu anggota dewan dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa ini saat VIVA berkunjung ke kantornya, Rabu 24 Oktober 2018.

Indonesian Hajj Pilgrims to Receive Smart Card from Saudi Arabia

Bisa diceritakan bagaimana kronologi pembakaran bendera di Garut?

Ketika perayaan Hari Santri Nasional di Garut, tiba-tiba ada seseorang naik ke atas mobil dan dia mengibarkan bendera Hizbut Tahrir Indonesia. Nah ini kemudian direspons cepat oleh anak-anak (Banser) di sana.

Kenapa Banser langsung merespons?

Ada dua hal. Pertama karena ada rasa kecintaan terhadap Indonesia yang sedemikian rupa yang terbangun di hati sahabat-sahabat Banser. Dan HTI ini adalah organisasi terlarang, karena mereka memiliki niat untuk mengganti NKRI dengan khilafah.

Kedua, karena memang sebelumnya sudah ada kesepakatan di antara ormas-ormas atau elemen yang ikut di dalam kegiatan hari santri itu bahwa tidak boleh ada bendera apapun di perayaan hari santri itu, kecuali bendera merah putih.

Tapi kenapa harus dibakar?

Ini yang sekarang sedang saya cari. Sebab seperti ada yang mendorong agar bendera itu dibakar di lokasi.

Maksudnya ada yang memprovokasi?

Iya, dan kita belum tahu ini siapa.

Seperti apa provokasinya?

Ada yang berteriak-teriak dari belakang, ayo bakar...  bakar....

Ketua Umum PP GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas

Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas

Anda yakin pembakaran itu dilakukan karena ada yang memprovokasi?

Karena saya komunikasi dengan komandan Banser di Kecamatan Limbangan. Komandan Banser di sana sudah menahan agar itu jangan dibakar. Tapi ada yang mendorong di belakang, bakar... bakar... bakar....

Siapa yang menyuruh membakar?

Ketika saya tanya kepada Komandan Satkorcabnya, dia tidak tahu siapa yang menyuruh. Dan saya tanya, siapa yang memvideokan itu? Juga tidak tahu.

Artinya ada kejanggalan?

Iya dan kejanggalan yang lain. Orang yang mengibarkan itu kan sempat diamankan. Tapi di tengah kerumunan, orang itu tiba-tiba enggak ada aja, hilang. Kabur gitu aja. Padahal di situ kan banyak sekali Banser. Kejanggalan-kejanggalan ini membuat kami curiga. Kami menduga ini terjadi terstruktur, sistematis dan masif.

Maksudnya?

Kami menduga ini memang didesain secara sengaja untuk memprovokasi NU di peringatan hari santri. Dan kecurigaan kami semakin menguat ketika kami menemukan, ternyata ini tidak terjadi di Garut saja. Kita temukan di Bandung Barat, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Tasikmalaya, lalu di Cianjur, kemudian di Indramayu, lalu di Karawang, Ciamis. Kemudian ada di Jogja, Semarang, lalu ada di Kalsel. Barusan tadi saya juga dapat laporan hal yang sama juga terjadi di Banyuwangi. Nah, enggak mungkin juga mereka melakukan semasif ini dengan momentum yang sama, kalau tidak terencana dengan matang.

Apakah pola di daerah-daerah itu sama?

Iya. Mereka tiba-tiba mengibarkan bendera HTI di tengah-tengah kerumunan massa. Polanya sama.

Kalau di tempat lain apakah terjadi insiden pembakaran juga?

Di tempat lain tidak terjadi insiden pembakaran seperti di Garut. Jadi teman-teman Banser ini patuh dengan Protap yang kita sudah sampaikan jauh-jauh hari sebenarnya. Bahwa kalau menemukan atribut atau bendera HTI diamankan saja bersama aparat dan itu dilakukan. Di Bandung Barat misalnya, itu yang amanin Banser, polisi, dan TNI. Di tempat lain juga sama, diamankan bersama polisi. Kita hanya bobol di Garut. Itu yang kemudian menjadi amunisi oleh kelompok-kelompok Islam ini seperti yang kita ketahui sekarang.

Jadi kasus di Garut itu ada dua provokasi ya. Pertama mengibarkan di atas mobil, kedua ada yang menyuruh membakar?

Iya. Ada yang ketiga sebenarnya, yang memfilmkan.

Lho itu bukan Banser?

Bukan. Makanya kita sedang cari siapa yang mengambil video ini sehingga bisa cepat viral seperti itu.

Dan yang berinisiatif untuk bakar bendera itu juga bukan Banser?

Bukan. Itu juga kita sedang cari.

Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas (kiri) memeriksa pasukan GP Ansor beberapa waktu lalu.

Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas memeriksa pasukan Banser

Ada Sesajen di Rumah Kakek yang Tewas dengan Kondisi Kepala Hancur

Polres Garut Jawa Barat masih mendalami kasus pembunuhan sadis yang menimpa kakek bernama Alek (73) yang ditemukan Minggu 5 Mei 2024.

img_title
VIVA.co.id
6 Mei 2024