Universitas Airlangga Kembangkan KB Pria

Alat KB
Sumber :
  • doc Corbis

SURABAYA POST– Kaum pria kini tak perlu ragu lagi mengikuti program Keluarga Berencana (KB). Para pria bisa menjalani KB dengan mengonsumsi tablet yang berisi ekstrak tanaman Gandarusa yang dikembangkan Tropical Diseases Center (TDC) Universitas Airlangga bekerjasama dengan PT Indofarma.

Selamat! Laura Theux dan Indra Brotolaras Dikaruniai Anak Pertama

Keberadaan tablet Gandarusa ini bisa menjadi alternatif alat KB bagi pria. Selama ini KB untuk pria hanyalah dengan cara vasektomi atau pemakaian kondom. Alat kontrasepsi lain umumnya lebih banyak menyasar ke perempuan, sebut saja spiral, pil KB, kondom untuk wanita, atau tubektomi

“Di dalam sperma pria terdapat tiga macam enzim yang berfungsi untuk menembus sel telur. Khasiat dari ekstrak Gandarusa adalah menghambat enzim tersebut sehingga sperma tidak dapat menembus sel telur,” ujar Dr Bambang Prajogo Eko W, peneliti dan dosen Departemen Farmakognisi dan Fitokimia Fakultas Farmasi Unair.

MTsN 1 Pati Kirim Tiga Siswa ke Thailand untuk Olimpiade Matematika Internasional

Dengan ekstrak Gandarusa itu, sperma tidak dapat membuahi sel telur karena memang tak bisa menembus sel telur. Dengan begitu tidak akan terjadi kehamilan pada perempuan.

Tingkat keberhasilan ekstrak ini mencapai 100 persen dan sedang menjalani uji klinis. Berdasarkan MoU yang sudah ditandatangani oleh ketiga pihak, alat kontrasepsi oral yang kini dikembangkan oleh Indofarma akan disebarkan ke seluruh Indonesia melalui BKKBN (Badan Koordinator Keluarga Berencana Nasional) untuk disebarkan ke seluruh Indonesia. Dari segi keamanan, tablet ekstrak gandarusa tersebut sangat aman bagi pria dan tidak menimbulkan efek samping.

Prabowo Tetap Dikawal Satgas Pengamanan Capres Polri hingga H-30 Pelantikan

“Sampai saat ini, kami belum menemukan referensi yang menyebutkan ada obat KB untuk laki-laki, selain temuan tersebut. Obat KB ini untuk laki-laki yang pertama di dunia,” kata Bambang yang pada 2009 lalu meraih Anugerah Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) Luar Biasa  atas penelitiannya terhadap Gendarussa Vulgaris Nees.

Dengan adanya alat kontrasepsi ini, sekarang tidak hanya kaum perempuan saja yang bertanggung jawab mengikuti KB. Kaum laki-laki pun tidak perlu takut atau ragu lagi ikut program KB mengingat alat kontrasepsi ini tak memerlukan tindakan medis sebagaimana dalam aplikasi vasektomi.

“Kami ingin meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama pada kaum laki-laki, terhadap pentingnya program KB. Yang paling penting, produk ini menggunakan sumber daya alam asli Indonesia,” tambahnya.

Tahun ini alat kontrasepsi tersebut direncanakan sudah bisa diproduksi secara massal oleh Indofarma. Selain itu, ada kemungkinan alat kontrasepsi tersebut bisa dibagikan secara gratis kepada masyarakat. Terlebih lagi setelah dilakukan penelitian soal efektivitas dan efeknya kembali.

Dari Papua

Tanaman Gandarusa sendiri sudah lama dimanfaatkan sebagai obat alami untuk mencegah kehamilan di Papua. Di provinsi itu, tanaman Gandarusa juga dipakai sebagai salah satu syarat pernikahan. Di sana, para pria yang hendak menikah diwajibkan meminum Gandarusa agar tak punya keturunan  hingga maharnya tuntas dibayarkan.

“Jadi sejak dahulu kala, tanaman ini memang sudah digunakan oleh nenek moyang di Papua. Sejak 1987, saya mengembangkan penelitian tentang tanaman pagar ini,” jelas Bambang beberapa waktu lalu.

Sebelum terbukti mampu menunda keturunan, tanaman ini juga memiliki manfaat sebagai obat keseleo atau terkilir. Gandarusa dinilai mampu meredam bengkak atau nyeri yang ditimbulkan. Bagian tanaman yang sering dimanfaatkan adalah daunnya. Rasanya khas, sedikit pedas, asam, dan getir. Berdasarkan pengalaman, Gandarusa dipercaya membantu melancarkan peredaran darah, juga sebagai pereda mual dan antirematik.

Menemukan rumus obat baru atau meneliti aspek mujarab pada suatu tanaman, diakui membutuhkan waktu yang panjang. Penelitian khasiat selama satu generasi ini dilakukan hanya untuk verifikasi tes. Artinya selama bertahun-tahun, Bambang melakukan penelitian untuk mengetahui kandungan aktif dan toksisitas yang dimiliki gandarusa.

“Pada 2008, saya baru melakukan uji klinik pada manusia,” katanya.
 
Yopi Widodo

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya