Wawancara Titus 'Tibo' Bonai

'Saya Selalu Siap untuk Indonesia'

Titus Bonai
Sumber :
  • VIVAnews/ Muhamad Solihin

VIVAnews - Titus Jhon Londouw Bonai atau akrab dipanggil Tibo menjadi salah satu magnet tim nasional Indonesia U-23 besutan Rahmad Darmawan di ajang SEA Games 2011.

Dramatis, 10 Pemain Persipura Tekuk Tuan Rumah BSU

Pemain Persipura Jayapura yang selalu menjadi starter di tiap pertandingan tersebut kini tak hanya dielu-elukan suporter Indonesia. Nama besarnya mulai dilirik masyarakat sepakbola Asia meski Indonesia gagal meraih medali emas.

Usai pertandingan final melawan Malaysia, Tibo menjadi pemain yang paling terlihat kelelahan. Tidak seperti biasanya, usai pertandingan, Tibo langsung berjalan ke arah bus yang membawa rombongan Timnas ke hotel, tanpa mau berbicara banyak kepada media yang menunggu di mixed zone Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.

Tibo tertunduk lesu bersama rekan setimnya yang lain. Karena Indonesia harus puas menelan kekalahan dari Malaysia lewat drama adu penalti.

Kini, mantan pemain Bontang FC dan Persiram Raja Ampat tersebut sudah bisa tersenyum kembali. Didampingi istri tercintanya, Novalia, Tibo kerap melempar senyuman kepada suporter yang menyapa dan meminta tanda tangannya.

Kepada VIVAnews, Tibo yang biasanya pendiam tampak ramah meladeni semua pertanyaan. Tibo mengungkapkan kecintaannya kepada Timnas Indonesia, karir dan Papua yang sedang bergolak. Berikut petikan wawancara VIVAnews dengan Titus Bonai di Hotel Sultan, Senayan, Jakarta.

Tibo, Anda salah satu bintang Timnas U-23 di ajang SEA Games kali ini. Apakah menjadi pemain sepakbola memang menjadi cita-cita Anda?

Waktu kecil memang cita-cita saya menjadi pemain sepakbola. Sejak kecil saya juga sudah bermain bola. Dengan kakak-kakak saya, dengan teman yang lebih senior di Jayapura. Sebetulnya waktu kecil saya juga tidak hanya bermain bola, tapi juga atletik. Saya sering ikut perlombaan semacam itu. Tapi, memang kecintaan kepada sepakbola membuat saya sejak kecil komitmen untuk bermain bola.

Bagaimana cerita Anda bisa menjadi pemain sepakbola?

Sebetulnya saya lahir dari keluarga sepakbola. Bapak saya seorang pemain bola. Kakak saya dan saya sendiri akhirnya terjun jadi pemain sepakbola. Dan mudah-mudahan adik saya juga bisa sukses di sepakbola. Adik saya yang terakhir juga dikaruniai bakat main bola.

Saya bersyukur pada Tuhan Yesus, karena telah memberikan saya talenta yang sungguh sangat luar biasa. Itu yang kemudian membawa saya sampai ke Timnas. Dengan bakat dari Tuhan ini, saya berjanji akan terus meningkatkan kesempatan. Saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan dari Tuhan. Ini satu anugerah bagi saya.

Siapakah orang yang menginspirasi Anda menjadi pemain bola?

Yang menginspirasi saya, terutama Bapak dan Mama. Mereka mengenalkan saya pada sepakbola. Selain mereka, tentu saja istri dan anak saya. Mereka yang selalu mendoakan saya.

Siapakah pemain idola Anda?

Kalau pemain Indonesia, saya mengidolakan Kakak Boaz (Solossa, striker Persipura). Kalau dari luar, saya mengidolakan Ronaldo (Luiz Nazario da Lima) yang dari Brasil.

Sebagai orang Papua, apa kesan Anda mampu membela tim nasional Indonesia? Sejauh mana rasa bangga Anda?

Saya tidak pernah memikirkan kebanggaan bagi diri saya sendiri. Saya pribadi selalu siap untuk Indonesia. Jika Timnas masih mau memanggil saya, saya selalu siap, karena itu demi nama besar negara kita. Saya akan total berjuang demi negara dan bangsa.

Tentu menjadi bagian dari timnas membuat saya benar-benar bangga. Dan kebanggaan ini bukan hanya bagi saya, tapi juga bagi kedua orangtua saya.

Bagaimana Anda melihat kondisi sosial-politik di Papua?

Kalau soal itu, saya tidak terlalu mengikuti. Saya juga tidak terlalu memikirkan hal itu. Saya lebih banyak memikirkan soal bola, dan tidak banyak juga mengetahui soal itu. Saya sendiri juga ingin tetap fokus ke sepakbola.

Bagaimana tanggapan Anda soal Organisasi Papua Merdeka (OPM), tragedi Freeport dan lain-lain?

Saya tidak terlalu banyak tahu. Meski memang sering mencari informasi dan berita-berita terkait saudara-saudara saya di Papua. Saya dengar dari berita, saya dapat informasi dari media massa, lihat di tv, saya turut berduka cita terhadap meninggalnya saudara-saudara saya di sana. Saya hanya bisa mendoakan mereka.

Apakah pernah membahas soal-soal itu dengan para pemain Papua lain yang berada di Timnas?

Ya, kami sering membicarakan, sering membahas. Tapi, kami hanya bisa saling mendoakan saja. Semoga jangan ada lagi persoalan di sana.

Bagaimanakah komentar Anda tentang para pemain sepakbola dan atlet-atlet Papua lainnya yang berprestasi di ajang SEA Games ini?

Saya melihat mereka juga berprestasi. Punya kemampuan yang sangat luar biasa. Bukan hanya kami di sepakbola, tapi juga di cabang olahraga lain. Mudah-mudahan Pemerintah, PSSI dan lainnya bisa pantau langsung bakat-bakat lain di Papua. Mudah-mudahan mendapatkan atlet berprestasi lebih banyak lagi.

Setujukah Anda jika Papua merdeka dan menjadi negara sendiri?

Hahahahaa.. Kalau saya, saya tidak bisa bicara soal Papua merdeka. Karena saya tidak mau ikut campur soal itu. Saya tidak mau banyak komentar soal itu. (Sambil tersenyum, Tibo meminta pertanyaan soal lain di luar OPM)

Apakah target terbesar Anda sebagai seorang pemain bola?

Bomber Tajam MU Waspadai Boaz Solossa

Target saya tentu pengen menjadi yang terbaik, terutama kemuliaan nama Tuhan. Itu yang pertama.

Lalu apakah target terbesar Anda bagi timnas Indonesia?

Tentu saya sangat mengharapkan sekali bisa bergabung di Timnas, baik U-23, maupun senior. Saya bersama teman-teman lain di U-23 tentu punya target masuk Timnas senior.

Jelang ISC, Persipura Kehilangan Boaz dan Wanggai

Kami siap jika memang ke depan dipanggil bergabung dengan kakak-kakak yang lebih senior untuk bersama-sama membawa nama baik Indonesia. Berbuat yang terbaik, dan membawa Timnas bisa juara di ajang kompetisi apapun. Puji Tuhan jika kemudian bisa ke Piala Dunia.

Pelatih Bhayangkara FC, Ibnu Grahan (kanan)

Kesalnya Pelatih BSU Usai Dikalahkan 10 Pemain Persipura

BSU kalah lewat gol telat Boaz Solossa.

img_title
VIVA.co.id
6 Agustus 2016