2 Pesan Terakhir Panglima Besar TNI Sebelum Meninggal Dunia

VIVA Militer: Panglima Besar TNI.
Sumber :
  • TNI

VIVA – Tak terasa hari ini, Senin 5 Oktober 2020, Tentara Nasional Indonesia (TNI">TNI) sudah menginjak usai yang ke 75 tahun. Sungguh sebuah perjalanan angkatan bersenjata yang tak muda lagi.

Indonesia resmi memiliki angkatan bersenjata pada 5 Oktober 1945, atau kurang dari 2 bulan setelah RI memproklamirkan kemerdekaannya dari semua kolonialisme. Ketika itu namanya belum TNI, tapi Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Kehadiran TNI di Bumi Nusantara tak lepas dari sosok seorang Panglima Besar, Jenderal Soedirman. Sebab, beliau merupakan manusia pertama di dunia ini yang menjabat sebagai Panglima TNI.

Jenderal Soedirman terpilih menjadi Panglima TKR/TNI pada 12 November 1945 di Yogyakarta. Sejak dibentuk pada 5 Oktober 1945, TKR belum memiliki pimpinan tertinggi. Ketika itu jabatan tertinggi TKR dijabat Letnan Jenderal Oerip Sumoharjo dengan jabatan sebagai Kepala Staf Umum TKR.

Dan Jenderal Soedirman baru resmi dilantik 18 Desember 1945. Sebab setelah terpilih, dia langsung turun ke medan pertempuran di Ambarawa, untuk menggempur Inggris dan Belanda.

Jenderal Soedirman merupakan satu-satunya pimpinan tertinggi TNI yang tak tergantikan memegang tongkat komando Panglima TNI sampai akhir hayatnya. Jadi jabatan Panglima TNI baru lepas dari tanggungjawabnya setelah beliau wafat pada 29 Januari 1950.

Selama menjabat sebagai Panglima TNI, ada dua pesan sakral yang dilontarkan Jenderal Besar Soedirman, yang sampai detik ini masih dijalankan prajurit-prajurit TNI. Kedua pesan ini sangat penting karena bisa mencegah TNI dari perpecahan.

Pesan sakral pertama diucapkan Jenderal Soedirman dalam pidatonya ketika dilantik sebagai Panglima TNI.

Min Hee Jin dari ADOR Ngaku Konsultasi dengan Dukun Tentang BTS

"Tentara hanya mempunyai kewajiban satu, ialah mempertahankan kedaulatan negara dan menjaga keselamatannya. Sudah cukup kalau tentara teguh memegang kewajiban ini, lagi pula sebagai tentara, disiplin harus dipegang teguh. Tentara tidak boleh menjadi alat suatu golongan atau orang siapapun juga," kata Jenderal Soedirman kala itu seperti dilansir VIVA Militer dari arsip museum TNI.

Pesan kedua Jenderal Soedirman disampaikannya hanya beberapa bulan sebelum beliau mangkat. Tepatnya pada 1 Mei 1949, setelah TNI berhasil menghancurkan pasukan Belanda, dan merebut Yogyakarta dan pertempuran paling terkenal, Serangan Umum 1 Maret 1949.

Sepak Terjang Netzah Yehuda, Batalion Tempur Israel yang 'Digebuk' AS

"Jagalah persatuan di dalam tentara, sehingga tentara kita dapat menjadi utuh, satu dan merupakan benteng yang kokoh kuat dalam menghadapi siapa pun," ucap Jenderal Soedirman kepada para Komandan Kesatuan kala itu.

Jenderal Soedirman wafat pada usai sangat muda, yaitu 35 tahun di Magelang, Jawa Tengah. Beliau wafat akibat menderita penyakit paru-paru.

Samson, Pemberontak OPM yang Serang Markas Koramil di Papua Tobat dan Serahkan Diri ke Prajurit TNI
Ilustrasi rudal balistik Houthi Yaman

Tak Ciut dengan Gempuran AS, Houthi Mengganas Beri Perlawanan Sengit

Drone canggih MQ-9 milik Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) ditembak jatuh oleh kelompok Houthi di Yaman.

img_title
VIVA.co.id
28 April 2024