Jenderal Senior Kopassus Rela Pasang Badan Demi Nyawa Soeharto

VIVA Militer: Jenderal Soeharto ketika berkunjung ke Bosnia
Sumber :
  • youtube

VIVA – Siapa yang tidak kenal dengan Letnan Jenderal (Letjen) TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin? Dia adalah seorang Jenderal senior dari satuan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan Republik Indonesia era Presiden RI ke-6, Jenderal TNI (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono.

Nekat Terobos Masuk Kompleks Militer Halim, Geng Motor Bersajam Ditangkap Prajurit TNI

Letjen TNI Sjafrie yang dikenal sangat dekat dengan Prabowo Subianto itu ternyata memiliki pengalaman yang sangat luar biasa ketika masih menyandang pangkat Kolonel di pundaknya.

Iya, sosok pria pemberani kelahiran Makassar 68 tahun lalu itu memang memiliki segudang pengalaman militer yang patut diacungi jempol. Salah satu pengalaman yang paling membuat banyak orang geleng-geleng kepala adalah ketika dirinya bertugas sebagai pengawal utama Presiden RI ke-2, Jenderal TNI (Purn) H.M.Soeharto tahun 1995 silam.

Malam Menegangkan di Laut Perbatasan Malaysia, Kopaska TNI Temukan Kristal Seharga 1,5 Miliar

Dilansir VIVA Militer dari buku yang berjudul Pak Harto: The Untold Stories, pria yang pernah menjabat Komandan Grup A Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) itu mengungkapkan sebuah perjalanan gila seorang Presiden Soeharto ke Sarajevo, Bosnia pada tanggal 13 Maret 1995.

VIVA Militer: Letjen TNI (Purn) SJafrie Sjamsoeddin

Photo :
  • Istimewa/Viva Militer
Kelelahan, 30 Tentara Israel Ogah Serang Wilayah Rafah

Letjen TNI (Purn) Sjafrie mengisahkan, ketika itu situasi di Bosnia sangat tegang. Konflik bersenjata antara tentara Bosnia dengan Serbia tengah bergejolak panas. Bahkan, kata Sjafrie, tidak ada satu pun orang di PBB yang dapat menjamin keselamatan Jenderal Soeharto ketika hendak berangkat ke Bosnia setelah menggelar kunjungannya ke Kroasia.

Soeharto pun bersikeras tidak akan pulang ke Indonesia sebelum menginjakkan kakinya ke Bosnia. Dia meminta kepada seluruh rombongan untuk melanjutkan perjalanan dari Kroasia ke Bosnia.

Sang Ajudan pun ketika itu dibuat pusing oleh orang nomor satu di Republik Indonesia itu. Karena Sjafrie mendapat informasi bahwa pada tanggal 11 Maret 1995, sebuah pesawat PBB yang membawa utusan khusus PBB Yasushi Akashi ditembak jatuh ketika melintasi langit Bosnia.

VIVA Militer: Jenderal Soeharto ketika berkunjung ke Bosnia

Photo :
  • youtube

Informasi itu pun sudah disampaikan kepada Presiden Soeharto. Namun, lagi-lagi Soeharto tetap bersikeras ingin melanjutkan lawatannya ke Eropa dengan mengunjungi Bosnia.

Sampai-sampai, PBB pun menyampaikan secara langsung kepada Menteri Sekretariat Negara Moerdiono dan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Ali Alatas yang ketika itu turut mendampingi lawatan Soeharto ke Eropa agar Presiden Soeharto dan rombongan berkenan menandatangani surat pernyataan yang isinya PBB tidak bertanggung jawab jika selama kunjungannya ke Bosnia terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Soeharto pun masih tetap tidak menghiraukan surat pernyataan dari PBB tersebut. Dia jusrru memilih menandatangani surat tersebut dan melanjutkan perjalanannya ke Bosnia dengan menggunakan pesawat carteran Rusia.

Sampai pada waktunya tiba, Pesawat carteran yang akan membawa Jenderal Purnawirawan TNI yang berhasil memegang tampuk kekuasaan selama 32 tahun di Indonesia beserta rombongan pun sudah siap di Bandara Kroasia. Perjalanan pun dilakukan dari bandara Kroasia dengan waktu tempuh sekitar satu jam menuju Bosnia.

Ada kisah yang menarik ketika pesawat mendarat di Bosnia. Soeharto tidak ingin menggunakan rompi antipeluru yang sudah dipersiapkan untuk melindungi dirinya. Soeharto malah berkelakar kepada Komandan Paspampres, Sjafrie Sjamsoeddin.

"Eh Sjafrie, itu rompi kamu cangking (jinjing) saja," kata Soeharto kepada Sjafrie Sjamsoeddin.

Mantan Satgas Kopassus Timor Timur itu pun kembali dibuat kebingungan oleh Jenderal Soeharto. Bagaimana tidak bingung, sejak mendarat, Sjafrie melihat sangat banyak sniper dengan senapan lars panjang yang menggunakan munisi 12.7 mm di sekitar bandara. Dan suara dentuman peluru bahkan meriam pun terdengar sangat jelas di telinganya.

VIVA Militer: Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin ketika mengawal Soeharto ke Bosnia

Photo :
  • youtube

Tidak ada pilihan lain bagi Sjafrie selain tetap menjalankan tugasnya sebagai penjaga nyawa Soeharto ketika itu. Dengan keahlian intelijen dan pengalaman tempur yang dia miliki, Sjafrie pun langsung bergegas meminjam jas dan peci hitam yang sama persis dipakai oleh Soeharto untuk mengelabui para sniper yang ada di sekitarnya.

Sjafrie pun langsung pasang badan untuk Presiden RI itu. Tidak ada lagi kata mundur apalagi menyerah dalam menjalankan tugas negara yang diembannya.

Dengan pakaian mirip dengan Sang Jenderal, Sjafrie selalu menempel erat dengan Soeharto demi melindungi orang nomor satu di republik ini ketika itu.

"Ini dilakukan untuk menghindari sniper mengenali sasaran utamanya dengan mudah," kata Sjafrie dalam buku itu.

Untuk sekedar informasi, ketika itu situasi di bandara sudah dikuasai oleh kedua belah pihak. Pihak militer Serbia menguasai landasan dari ujung ke ujung, sementara kiri dan kanan landasan dikuasai oleh Bosnia.

Soeharto pun langsung disambut  Pasukan Kontingen Garuda XIV yaitu prajurit TNI yang bertugas sebagai pasukan perdamaian PBB di Bosnia. Sang Jenderal dijemput dengan menggunakan kendaraan lapis baja bertuliskan UN.

Sjafrie langsung menggiring Jenderal Soeharto dan rombongan untuk masuk ke kendaraan lapis baja tersebut untuk bertemu dengan Presiden Bosnia Alja Izetbegovic ketika itu di Istana Kepresidenan Bosnia.

Yang lebih mengerikannya lagi adalah, selama perjalanan rombongan Jenderal Soeharto harus melewati sejumlah titik rawan, di antaranya adalah Sniper Valley atau yang dikenal dengan sebutan lembah sniper dari kedua kubu.

Di lembah itu sangat banyak penembak jitu yang siap mensasar para targetnya. Syukurnya, rombongan Jenderal Soeharto pun tiba di Istana Kepresidenan Bosnia dengan selamat dan setelah kurang lebih tiga jam melaksanakan kunjungannya, Presiden Soeharto kembali ke Indonesia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya