- VIVA/ Ridho Permana.
VIVA - Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Budiman Sudjatmiko, menyoroti perihal buzzer politik di sosial media. Buzzer sendiri diartikan sebagai pengguna media sosial yang memiliki pengikut sekitar 2.000 lebih, dibayar untuk menyebar informasi di media sosial.
Budiman menilai perlu adanya kecerdasan dari netizen. Sebagai politisi tak dipungkiri dia kerap dihujat, banyak juga yang memuji, namun Budiman tak menggunakan jasa buzzer.
"Gaya saya di twitter ketika debat itu sama intonasinya, kurang lebih sama. Kalau ada orang yang dukung atau mengecam sudah biasa bagi saya. Saya tak gunakan buzzer apalagi untuk kepentingan politik," kata Budiman dalam diskusi di Jakarta Selatan, Jumat 12 Oktober 2018.
Budiman mengingatkan percakapan di sosial media dilihat dari cara penyebaran informasi sangat cerdas. Namun, bukan berarti informasi yang disebarkan bersifat progresif.
"Sering percakapan di sosmed cara penyebarannya sangat cerdas, tapi apa yang disebarkan tidak selalu sifatnya progresif," katanya.
Di Pilpres 2019, dijelaskan Budiman penyebaran isu itu cepat sekali. Hubungan kekerabatan sosial media membuat netizen Indonesia bisa mempengaruhi masyarakat banyak.
"Di Indonesia hubungan kekerabatan di sosmed sangat kuat. Setidaknya hanya butuh 2.000 sampai 3.000 buzzer untuk mempengaruhi masyarakat luas," kata dia.