Favipiravir Ampuh Obati Pasien Covid-19, Cek Faktanya

VIVA – Beredar informasi obat yang digunakan di Jepang, favipiravir, mampu mengobati pasien Covid-19. Obat ini juga telah diuji klinis dengan melibatkan ratusan pasien.

AstraZeneca Tarik Vaksin COVID-19 di Seluruh Dunia, Ada Apa?

Verifikasi Fakta

Mengutip dari VIVA.co.id, seorang pejabat Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China, Zhang Xinmin, mengatakan favipiravir efektif bekerja pada pasien Covid-19. Obat ini dikembangkan anak perusahaan Fujifilm.

Malaysia Detects Over 6000 Coronavirus Cases in a Week

"Ini memiliki tingkat keamanan yang tinggi dan jelas efektif dalam perawatan," kata Zhanh dilansir dari Guardian, Kamis, 19 Maret 2020.

Selanjutnya, penyiar publik NHK menyebut pasien yang rata-rata empat hari dinyatakan positif Covid-19 mengonsumsi obat itu. Lalu hasilnya berubah negatif dibandingkan dengan yang 11 hari tak mengonsumsi favipiravir.

Ditemukan di Sejumlah Negara, Seberapa Bahaya Varian Baru Virus Corona Pirola?

Lalu, sinar X pasien yang diobati dengan favipiravir menunjukkan peningkatan kondisi paru-paru pada sekitar 91 persen pasien, dibandingkan dengan 62 persen mereka yang tak mengonsumsi obat itu.

Adapun dokter di Jepang dalam studi klinis terhadap pasien menggunakan obat tersebut untuk Covid-19. Khususnya pasien dengan gejala ringan dan sedang. 

Sementara itu, sumber Kementerian Kesehatan Jepang menyatakan obat itu tak efektif dengan pasien Covid-19 dengan gejala lebih parah. Obat ini diberikan pada 70-80 orang yang jumlah virus dalam tubuhnya telah berlipat ganda. Hasilnya tak berfungsi.

Sumber tersebut menambahkan keterbatasan yang sama juga terjadi dalam penelitian pasien virus corona menggunakan kombinasi antiretroviral HIV lopinavir dan ritonavir.

Diketahui, pada 2016 pemerintah Jepang memasok favipiravir sebagai bagian darurat menghadapi wabah virus Ebola di Papua Nugini. Penggunaan obat ini harus melalui persetujuan pemerintah jika ingin digunakan skala penuh pada pasien Covid-19.

Awalnya obat tersebut ditujukan untuk mengobati flu. Obat itu dapat disetujui awal Mei, tapi dapat tertunda bila hasil penelitian klinisnya juga tertunda. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya