- ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
VIVA – Dijuluki sebagai Pulau Seribu Masjid, Nusa Tenggara Barat (NTB) selama ini dikenal sebagai daerah yang kental dengan nuansa Islami. Pemerintah daerah maupun pelaku industri pariwisata di sana pun beberapa tahun lalu mulai serius mengembangkan konsep wisata halal.
Lombok bahkan pernah dinobatkan sebagai destinasi wisata halal terbaik di dunia dalam sebuah ajang industri perjalanan muslim.
Nah, belum lama ini masyarakat sempat dihebohkan dengan wacana pemisahan tenda pria dan perempuan di Rinjani, NTB. Ide tersebut digagas oleh tokoh masyarakat di sekitar Rinjani.
Mereka meminta pendakian harus mematuhi etika dan adat istiadat setempat. Di Bukit Pergasingan Sembalun, misalnya, pendaki dilarang pacaran atau satu tenda bagi yang bukan muhrimnya.
Pro kontra pun mengalir dari masyarakat Tanah Air. Banyak yang menilai aturan tersebut baik untuk menghindari perbuatan melanggar norma kesusilaan di Rinjani.
Apalagi masyarakat juga mengaitkan gempa di Lombok akhir-akhir ini dengan dibukanya pendakian Gunung Rinjani. Namun, tak sedikit pula yang menolak kebijakan tersebut karena menilai itu dapat menurunkan angka kunjungan wisatawan di Rinjani.
Menanggapi wacana pemisahan tenda pria dan wanita di Rinjani, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Sudiyono, mengatakan, wacana tersebut muncul secara spontan saat dirinya ditanya wartawan terkait program TNGR dalam mendukung wisata halal di NTB.
"Biasa, wartawan menanyakan Rinjani saat baru buka. Terus (ditanya) program ke depan seperti apa dalam kaitannya dengan wisata halal. Wisata halal kan ada kaitannya menyangkut agama, adat istiadat, dan kami mendukung wisata halal. Spontanitas saja," ujarnya saat ditemui VIVA di Kantor TNGR Mataram, Kamis, 20 Juni 2019.
Ia mengatakan bahwa pihaknya tetap mendukung program wisata halal di NTB. Namun, TNGR tidak akan menjalankan program pemisahan tenda tersebut, karena bukan merupakan program prioritas.
"Kami sangat mendukung adanya program wisata halal dari gubernur NTB," ucap Sudiyono.
Dijelaskan Sudiyono, program TNGR saat ini adalah perbaikan manajemen pendakian, khususnya pada e-ticketing, pengelolaan sampah, dan perbaikan sarana-prasarana jalur pendakian. Tidak terlintas rencana pemisahan tenda pria dan wanita.
"Kami belum memikirkan semacam itu sekarang, karena kita fokus memperbaiki manajemen pendakian Rinjani. Kalaupun masyarakat menginginkan itu kan wisata juga harus kondusif. Saya yakin wisatawan akan mengikuti aturan yang berlaku di suatu tempat," kata dia.
Dia menjelaskan, selama menjadi kepala TNGR, belum ada laporan langsung kepada dirinya terkait ditemukan aktivitas pendaki yang melanggar kesusilaan.
"Berkaitan dengan adanya gagasan pemisahan antara tenda laki-laki dan perempuan di kawasan Rinjani, yang kemungkinan akan menjadikan pro dan kontra di masyarakat, maka dapat kami sampaikan bahwa program tersebut tidak akan kami laksanakan karena bukan menjadi prioritas TNGR," ucapnya.
Sudiyono meminta masyarakat untuk mengakhiri perdebatan soal wacana pemisahan tenda pria dan perempuan di Rinjani.
"Kami mohon dengan hormat kepada semua pihak untuk segera mengakhiri pembicaraan atau perdebatan tema tersebut, karena bila diteruskan justru akan merugikan dunia pariwisata di Indonesia," imbaunya.