Nyawa Melayang di Tol Cipularang

Polisi evakuasi di lokasi kecelakaan maut di Tol Cipularang Senin 2 September 2019.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Mobil dump truck berkelir hijau melaju dari arah Bandung menuju Jakarta, di Tol Cipularang, Purwakarta, Jawa Barat, Senin siang, 2 September 2019. Tiba-tiba, kendaraan bernomor polisi B 9763 UIT tersebut berjalan tak terkendali.

Selain Sabu, Rio Reifan Juga Konsumsi Ekstasi dan Alprazolam

Truk bermuatan tanah itu terguling hingga melintang di kilometer 91. Sontak, mobil-mobil di belakangnya memperlambat laju hingga berhenti.

Saat belasan kendaraan setop, muncul dump truck lain berpelat nomor B 9410 UIU dari arah belakang mereka. Mobil bermuatan serupa itu juga berjalan tak terkendali. 

Terkuak, 2 Tersangka Baru Kasus Korupsi Timah Adalah Bos Sriwijaya Air

Truk lantas menabrak belasan mobil di depannya. Akibatnya, 21 kendaraan mengalami kecelakaan, empat di antaranya terbakar. Kecelakaan pun mengakibatkan delapan orang meninggal dan 28 orang luka-luka.

Kronologi itu diungkapkan Kapolres Purwakarta Ajun Komisaris Besar Polisi Matrinus, berdasarkan keterangan saksi, termasuk sopir truk. Polisi yang mengusut kejadian itu lantas menetapkan sopir truk pertama dan kedua, berinisial DH dan S, sebagai tersangka kecelakaan tersebut.

Viral Video Aksi Maling Curi Spion Mobil, Ada Cara Mencegahnya

Penetapan tersangka dilakukan berdasarkan keterangan saksi, termasuk keterangan tersangka. Kemudian, dari seluruh barang bukti di lokasi kejadian serta selama olah tempat kejadian perkara (TKP).

Truk terlibat kecelakaan di Tol Cipularang Senin siang 2 September 2019.

Polisi menyimpulkan, kedua sopir truk sebagai penyebab kecelakaan maut itu. Diduga, ada unsur kelalaian sehingga mengakibatkan orang lain meninggal dunia, luka berat, luka ringan, dan menimbulkan kerugian material.

Berdasarkan penyelidikan, dua sopir tersebut berasal dari perusahaan yang sama. Mereka membawa muatan material tanah yang melebihi batas kapasitas. Dua truk ini seharusnya mengangkut muatan seberat 12 ton, namun ternyata membawa 37 ton.

“Jadi kelebihan 25 ton atau tiga kali lipat sehingga dampak dari itu, pengemudi pertama atas nama DH mengalami gangguan fungsi rem,” ujar Matrinus, di Purwakarta, Jawa Barat, Rabu, 4 September 2019.

Lantaran jalan menurun, Matrinus menjelaskan, kelebihan muatan menyebabkan momentum mendorong ke jalan yang lebih landai. Panjangnya jalan menurun mencapai tujuh kilometer dari KM 97 hingga KM 90.

Hal itu mengakibatkan panasnya cakram rem dan berkurangnya koefisien pengereman. Akibatnya, rem menjadi licin dan kendaraan tidak terkendali.

Menurut Matrinus, kondisi itu menyebabkan kendaraan DH melewati truk milik S yang semula ada di depannya. Truk yang dikendarai DH kemudian terguling di KM 91.

Sementara itu, dump truck kedua yang dikendarai tersangka S juga kelebihan muatan. Dampaknya, truk itu mengalami kondisi yang sama.

Polda Jabar tetapkan dua tersangka dalam kasus kecelakaan di Tol Cipularang.

Dalam kondisi panik, tersangka S mengarahkan kendaraan ke jalur kanan dan memperkirakan kendaraan lebih sedikit. Ternyata, jumlah kendaraan di jalur cepat lebih banyak akibat tertahan truk tersangka DH yang lebih dulu terguling sehingga terjadi kecelakaan maut itu. 

"Maka kami menetapkan, DH dan S sebagai tersangka, kejadian kasus kecelakaan menonjol ini. DH gugur secara hukum karena sudah meninggal dunia," kata Matrinus.

Akibat perbuatannya, S dijerat pasal 310 ayat 4, ayat 3, ayat 2 dan ayat 1 Undang Undang RI Nomor 22/2009 jo pasal 359 dan 360 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), dengan ancaman 6 tahun penjara.

Selain DH, korban meninggal lainnya yaitu Ngendi Budiyanto (62), beralamat di Tebet, Jakarta Selatan; Iwan bin Nisin (34), warga Tangerang, Banten; Hendra Cahyana (64), warga Tanjung Priok, Jakarta Utara. Empat korban meninggal dunia lainnya belum teridentifikasi. Saat ini, empat jasad tersebut berada di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.

Kepala Instalasi Forensik RS Polri Kramat Jati Komisaris Besar Polisi Edy Purnomo mengatakan, kondisi jasad yang sejumlah bagian tubuhnya terbakar menyulitkan untuk memprediksi umur para korban ini. Lantaran itu, pemeriksaan lebih lanjut diperlukan untuk memperkirakan umur keempatnya.

Kecelakaan beruntutun di Tol Cipularang, Senin 2 September 2019

Sampel DNA dan pemeriksaan secara autopsi medis telah dilakukan. Dari pemeriksaan itu dipastikan empat korban adalah orang dewasa dan berjenis kelamin perempuan. 

"Ada beberapa jenazah yang masih nampak giginya walaupun tidak utuh, itu bisa kita identifikasi, karena nanti dua data antemortem yang dari polda itu ada rekam giginya," katanya saat dikonfirmasi VIVAnews.

Hasil pemeriksaan gigi bisa dicocokkan dengan data antemortem atau data medis sebelum kematian. Sejauh ini, baru ada dua pihak yang mengaku anggota keluarga dan memberikan data antemortem.

Kabid Yandokpol RS Polri Komisaris Polisi Agung Widjajanto menambahkan, kondisi jasad menjadi kendala tersendiri dalam proses identifikasi. Karena terbakar api membuat jasad tak bisa dikenali secara fisik, meski jasad memiliki ciri fisik khusus seperti tahi lalat dan tato.

"Waktu yang diperlukan tidak hanya tergantung kesulitan atau kondisi mayat itu sendiri. Tapi juga seberapa lama kita bisa mendapatkan data tentang orang hilang. sidik jari, gigi, DNA," ujar Agung.

Investigasi Kecelakaan

Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, prihatin atas tabrakan beruntun yang menyebabkan delapan orang meninggal itu. Dia minta kejadian tersebut untuk segera dievaluasi menyeluruh.

Budi lantas menugaskan dirjen Perhubungan Darat dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk mengevaluasi. Dirjen juga diminta melibatkan kalangan akademisi dalam investigasi tabrakan maut ini.

"Saya minta untuk kerja samanya dengan ITB, bisa jadi ini berkaitan dengan alignment daripada jalan,” katanya. di kantor menkopolhukam, Jakarta, Selasa, 3 September 2019.

Kemenhub Budi Karya Sumadi

Jika berkaitan dengan teknis struktural, dibutuhkan paling tidak satu pekan untuk menganalisis apa yang terjadi. “Karena, yang sering terjadi di KM 90 ini makanya kita harus lakukan analisis," kata Budi.

Menurut dia, ada dua masalah dalam kasus kecelakaan maut Cipularang itu. Pertama, masalah disiplin pengendara. Kedua, masalah overload kapasitas kendaraan.

Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub, Budi Setiyadi, menganalisis, penyebab terjadinya kecelakaan maut di Tol Cipularang adalah akibat kelebihan muatan pada truk yang turut menjadi korbannya.

Budi menjelaskan, kelebihan muatan truk logistik hingga lebih dari 300 persen, menyebabkan sulitnya truk dikendalikan sopir. Hingga akhirnya, terjadi kecelakaan tersebut.

"Kelebihan muatan itu, antara operator truk dengan pemilik barang atau pesanannya. Dua-duanya satu perusahaan," kata Budi, saat ditemui di kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Rabu, 4 September 2019.

Hal itu, lanjut Budi, masih ditambah dengan kondisi rem yang bermasalah dari truk yang kelebihan muatan itu. Dia mengaku sudah berkomunikasi dengan pihak Hino.

Dari komunikasi tersebut diketahui, kelebihan muatan itu yang menyebabkan upaya pengereman menjadi tidak maksimal karena kelebihan panas. "Suatu saat panas, itu bisa loss, enggak terkendali. Atau, bisa juga (rem berfungsi) tapi dipaksakan. Misalnya dia ngerem di sini, berhentinya beberapa meter di depan," ujarnya.

Kecelakaan beruntutun di Tol Cipularang, Senin 2 September 2019.

Sehari setelah kejadian, KNKT ikut serta dalam olah TKP. Ada beberapa item yang akan diperiksa oleh KNKT, mulai dari infrastruktur ruas jalan dan kendaraan yang terlibat.

“Lampu dan rambu marka dan fasilitas yang ada di sini apa lengkap atau tidak, ketiga adalah masalah geometri apakah ini apakah turunan panjang, apakah aman atau tidak,” ujar investigator KNKT Budi Susandi, Selasa, 3 September 2019.

Budi mengemukakan, acuan investigasi kecelakaan maut mengacu pada data dari Korlantas. Nantinya, dua pekan kemudian KNKT memberikan rekomendasi kepada pihak terkait.

Kecelakaan pada Senin, 2 September 2019 itu bukan pertama kali terjadi di jalan Tol Cipularang. Sejumlah kecelakaan pernah terjadi di jalan yang selesai dibangun pada April 2005 tersebut.

Pada 28 Januari 2019, misalnya. Kecelakaan terjadi di KM 70.480 jalur B, Kampung Sukamanah, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Lokasi terjadinya kecelakaan tunggal bus PO Bima Suci dengan nopol A 7530 CS jurusan Bandung-Merak, di ruas Tol Cipularang KM 70+400 B (arah Jakarta), Senin, 28 Januari 2019.

Saat itu, sebuah bus hilang kendali. Kemudian menabrak pembatas jalan hingga masuk selokan. Kecelakaan mengakibatkan tujuh orang meninggal dan puluhan orang lainnya luka-luka.

Lima hari sebelumnya, pada 23 Januari 2019, mobil yang ditumpangi Wakil Ketua DPRD Kota Banjar Anwar Hartono bersama ajudannya, Dedi Wahyudi mengalami kecelakaan, di KM 94,8.  Ketika itu, mobil tersebut tiba-tiba oleng lalu menghantam bagian belakang truk. Akibatnya, Anwar dan Dedi meninggal dunia. Sementara itu, sopir mobil Innova tersebut mengalami luka berat.

Kemudian, pada 3 September 2011, penyanyi dangdut Saipul Jamil beserta keluarganya mengalami kecelakaan di kilometer 96+500, daerah Darangdan, Kabupaten Purwakarta. Dalam kecelakaan itu, Virginia Anggraeni, istri Saipul, meninggal dunia. Sejumlah penumpang dalam mobil tersebut mengalami luka-luka. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya