Nostalgia Menikmati Tembang Lawas yang (Masih) Renyah

Reuni Base Jam di 90's Festival
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id - Ada pepatah mengatakan, sebuah lagu lama bisa membawa seribu kenangan. Jika dicermati, hal itu bisa jadi benar adanya, karena hanya cukup mendengar satu lagu, memori dan daya imajinasi bisa sontak melayang kembali ke masa lalu. Itu sebabnya, meski kini dunia musik terus berkembang, lagu-lagu lama tetap spesial di hati pendengarnya.

Hal itu pula yang terjadi di acara The 90`s Festival kedua, yang digelar di Istora Senayan, Jakarta, Sabtu malam, 7 November 2015. Acara pertama yang digelar Februari lalu di Bandung, juga tak kalah sukses, menghipnotis penonton dengan tembang-tembang jadul, yang dibawakan langsung oleh penyanyi aslinya.

Dalam acara The 90`s Festival di Jakarta, panitia menghadirkan musisi-musisi beken Tanah Air, seperti Kla-Project, P-Project, Base Jam Reunion, Java Jive, RSD, Bunglon, Iwa K, Protonema, ME, Bening, Neo, Sweet Martabak, Sket, dan Bayou. Tak lupa, sebagai pamungkas dihadirkan band Australia, Frente, yang di tahun 90-an tenar dengan lagu Bizarre Love Triangle.

Mendengar nama-nama besar ini, siapa orang yang di tahun  90-an sedang remaja tak tertarik datang? Bahkan di antara kerumuman penonton, tampak aktor Agus Ringgo dan istrinya Sabai, yang mengaku datang ke sana karena rindu lagu-lagu lama Protonema.

Bagi para musisi yang tampil, ajang ini selain untuk reuni bersama teman-teman yang mungkin sudah lama tak jumpa, juga untuk menyapa penggemar setia, yang rindu menyaksikan penampilan mereka di atas panggung.

Reuni Base Jam Melepas Rindu dengan Penggemar

“Kami sendiri tidak sangka, kalau antusiasme penggemar begitu besar. Lagu-lagu yang kami buat sejak 1996 masih mereka ingat, dan penonton ikut nyanyi bareng. Wah luar biasa rasanya, ini saya masih WA-an (whatsapp) sama teman-teman Base Jam, membicarakan keseruan acara tadi malam,” ujar Adon, vokalis Base Jam, diwawancara Minggu, 8 November 2015.

Sita Base Jam di Konfrensi Pers Jelang Chrismast Music Festival 2015

Pelajar di Papua Diberi Strategi Efektif untuk Mencegah Cyberbullying di Sekolah

Sita Base Jam, di jumpa pers The 90`s Festival. Foto: VIVA/M Solihin.

Ia katakan, banyak penggemar di sosial media mengunggah foto serta komentar tentang penampilan Base Jam tadi malam, dan mereka mengaku belum bisa move-on, terkenang nostalgia masa muda, akibat menyaksikan konser semalam.


Memiliki ciri khas

Musisi bersuara melengking itu menjelaskan, bagi Base Jam acara The 90`s Festival, adalah reuni sekaligus perayakan ultah 21 tahun band itu berkarya. Yang spesial di malam itu, beberapa personil yang sudah tidak bergabung muncul kembali. Mereka adalah Sigit, vokalis kedua Base Jam, dan juga Adnil, yang berada di posisi gitar.

“Anya (keyboardist) mantan personil kita juga datang, tapi dia tidak main, dia beri dukungan dari bangku penonton. Crowd-nya asik banget, kalau saya lihat, kebanyakan pasangan suami istri ya, soalnya mereka bawa anak. Mungkin saat lagu kami tenar, mereka masih pacaran, sekarang sudah berkeluarga masih mau nonton, kami berterima kasih,” ujar musisi itu senang, meski awalnya sempat khawatir, karena sore sebelum konser dimulai sempat hujan.
 
Saat lagu Bukan Pujangga dilantunkan, Adon bercerita tangan semua penonton naik ke atas, mereka ikut bernyanyi dari awal hingga akhir. Sementara anak muda yang datang berpasangan, tampak saling berpelukan, karena lagu itu pas untuk menciptakan suasana romantis.

Baginya, wajar kalau hingga kini lagu-lagu lama, terutama yang datang dari tahun 90-an masih membekas di hati penggemar. Karena meski saat ini genre musik makin banyak, namun ia menilai banyak musik zaman sekarang yang terdengar mirip.

“Ya ini pendapat saya pribadi, banyak yang terdengar sama. Nah kalau zaman dulu, semua band punya ciri, itu sebabnya wajar kalau sampai sekarang, banyak orang masih ingat tembang-tembang 90-an,” ujar pria jangkung bernama lengkap Adon Saptowo itu.

Kolaborasi maut

Sementara itu pengamat musik Bens Leo mengaku, dirinya tak heran kalau acara The 90`s Festival berjalan sukses, karena lagu-lagu lama yang dibawakan orisinil oleh penyanyi asli, tentu magnet mengudang orang untuk datang.

Ketampanan Anaknya Viral dan Jadi Idola, Narji Beberkan Hal Ini

Bens Leo

Pengamat musik, Bens Leo.

Para musisi yang tampil, hanya tinggal memoles lagunya dengan sedikit sound yang berbau kekinian, namun aransemen jangan diubah, pasti penampilan mereka disambut sorak-sorai.

“Dan saya lihat, teman-teman yang manggung tadi malam latihan serius, jadi wajar kalau acaranya sukses. Saya melihat, kita memang butuh terobosan macam ini (menggelar konser musisi lawas) di saat kondisi pembelian fisik CD mengecil,” ujar Bens, diwawancara Minggu, 8 November 2015.

Salah satu faktor yang membuat lagu-lagu lama masih dikenal hingga saat ini, menurut mantan wartawan musik itu, karena dulu saat tenar, gaung kepopuleran lagu-lagu ini berlangsung lama. Kemudian konsep lagunya juga kuat.

“Kalau saya malah berharap, para penyanyi lama ini mengajak generasi baru untuk kolaborasi di atas panggung. Jadi misalnya, Karimata manggung lagi lalu membawa Tulus ke atas panggung. Lalu mereka bertukar lagu, Tulus bawakan lagu Karimata, sementara Karimata bawakan lagu-lagu Tulus, itu baru keren,” terangnya.

Bens menyebut, kalau penyanyi wanita, yang paling mungkin bisa segera melakukan kolaborasi jenis ini adalah Raisa dan Ruth Sahanaya. Jika benar-benar diwujudkan, ia yakin tiket konsernya akan laris manis, diborong anak muda pengemar Raisa, dan mama-papanya masih bisa ikut nonton, mengenang nostalgia lagu Ruth Sahanaya.

Dengan demikian, maka `panggung` bagi musisi-musisi lama akan terbuka. Dan ini tentu berimbas baik, karena performing right (hak pembayaran untuk tampil di muka publik) bisa mereka dapatkan kembali.


Apresiasi musik lawas

Bens menjelaskan, saat ini apresiasi musisi baru terhadap musisi lama cukup bagus. Buktinya, beberapa  waktu lalu Noah mengarensemen lagu Rinto Harahap yang berjudul Cinta Bukan Dusta.

Hasilnya pun bagus, karena lagu itu muncul dengan arensemen yang modern, seolah-olah lagu milik Noah sendiri. Lagu itu total lepas dari bayang-bayang musik lama, atau dari image penyanyi asli yang membawakannya, Rano Karno dan Yuni Shara.

“Ya memang begitu kalau band yang masuk rekaman, karakternya harus kuat. Jadi saat membawakan lagu milik orang, bisa muncul dengan ciri mereka sendiri. Dan Noah melakukan ini bukan cuma sekali, dulu mereka pernah membawakan lagu lawas Titi Puspa, Kupu-kupu Malam,” terangnya.

Adon sendiri menganggap, daur ulang yang dilakukan Noah adalah tindakan brilian. Ia melihat, memang banyak lagu-lagu lama yang bagus, dan jika diaransemen ulang oleh band modern, akan jadi tambah enak. Ia pun mendukung langkah Noah, karena dengan begitu wawasan bermusik anak muda bertambah.

“Saya nggak bilang aransemen musik zaman dulu jelek, tapi kalau diubah dengan gaya musik yang kekinian, kenapa tidak? Karena bisa bikin anak-anak muda tertarik. Mereka lalu jadi tahu, kalau musik-musim zaman dulu nggak kalah enak sama yang sekarang,” jelasnya.
 
Bens menambahkan, dengan digelarnya acara semacam The 90`s Festival atau konser Lomba Cipta Lagu Remaja, yang baru-baru ini dihelat di Balai Kartini, akan membuat apresiasi musik anak zaman sekarang makin bagus.

“Banyak musisi lawas cerita ke saya, lagu-lagu lama itu masih disukai oleh anak-anak muda sekarang. Karena ayah ibunya kalau di rumah masih sering memutar lagu-lagu jadul, jadi lama-lama anaknya suka,” katanya. 

Ia lalu membawa kabar, bahwa ada musisi dari tahun 70 dan 80-an yang sudah berencana manggung bareng, dan saat ini mereka sedang mematangkan konsep acaranya di Bandung. Oke, kita tunggu saja konser hebat berikutnya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya