- VIVA/Aiz Budhi
VIVA – Hampir sembilan bulan mendekam di lapas wanita Pondok Bambu, Jakarta Timur, Roro Fitria mengaku tengah mengalami tekanan psikis. Alasannya, Roro tidak terbiasa hidup di dalam penjara. Dengan berurai air mata, Roro mengatakan jika dirinya sangat trauma dan tidak kuat untuk tinggal lebih lama di dalam sel tahanan.
Berulang kali ia memohon maaf di depan awak media, yang ditujukan untuk masyarakat dan keluarganya karena sudah memberikan contoh yang tidak baik. Bahkan, ia mengaku kapok untuk mengonsumsi barang haram itu lagi.
"Saya sangat trauma, tekanan psikis saya dalam penjara saya sangat tidak kuat. Selama 8 bulan hampir 9 bulan saya tinggal di penjara itu sangat tidak nyamannya, kebebasan, kemerdekaan kita terhempas. Kita tidak bisa sosialisasi seperti sebelumnya," kata Roro.
"Jadi di penjara dan dikunci selnya tidak bisa (dibuka), saya cukup menyesal sudah melakukan penyalahgunaan narkoba ini dan tidak akan mengulangi lagi karena benar-benar kapok dan kesalahan fatal dalam hidup saya," lanjutnya, sesaat sebelum sidang dimulai, di Pengadilan Jakarta Selatan, 10 Oktober 2018.
Roro pun menuturkan jika dirinya sudah memeriksakan kesehatan jiwanya pada seorang psikiater. Kini Roro mengungkapkan jika ia kerap sulit tidur.
"Dalam rangka rehabilitasi itu ada beberapa dokter yang menangani, salah satunya ada psikiater, karena memang gangguan yang sangat saya sering alami saya susah tidur, dan saya sudah selalu mendekatkan diri kepada Allah, salat 5 waktu, zikir juga," ujar Roro.
"Tetapi enggak bisa dipungkiri ketika saya menutup mata, saya terlihat nyesek sekali gitu atas pengalaman hidup saya selama 8 bulan ini, sangat-sangat down sekali di penjara," ungkapnya. (ren)