Akhir dari Battle of Winterfell, Kenapa Harus Arya Stark?

Game of Thrones season 8
Sumber :
  • HBO

VIVA – Battle of Winterfell dalam serial Game of Thrones (GoT) antara manusia dan pasukan White Walkers baru saja berakhir. Namun, para penggemar GoT pasti masih belum bisa melupakan betapa luar biasanya episode ketiga musim terakhir serial fenomenal HBO itu. Dari awal hingga akhir, penonton dibuat tegang dan menahan napas karena episode ini begitu intens, penuh teror dan horor.

Fabien Frankel Gabung di Prekuel Game of Thrones

Dari berbagai adegan yang berkesan, bisa dibilang salah satu yang paling tak terlupakan dan mind blowing adalah momen di mana Arya Stark (Maisie Williams) membunuh The Night King. Banyak penggemar yang tidak memprediksinya.

Meski begitu, penggemar di seluruh dunia tampaknya benar-benar senang bahwa Arya yang notabene salah satu tokoh favorit fans menjadi orang yang membunuh The Night King. Terbukti dengan tagar #AryaStark yang trending di berbagai platform media sosial usai episode tersebut tayang kemarin, Senin, 29 April 2019.

HBO Bakal Garap Prekuel Game of Thrones Berjudul Tales of Dunk and Egg

Arya Stark dalam Game of Thrones Season 8.

Produser dan showrunner GoT, David Benioff dan D. B. Weiss juga mengungkapkan alasan mengapa mereka memilih Arya sebagai tokoh yang diceritakan membunuh The Night King di akhir Season 8 Episode 3.

Intip Bocoran Terbaru Prekuel Game of Thrones, House of the Dragon

"Di situasi apa pun di mana orang-orang berperang, Arya harus memainkan peran central, karena dia salah satu yang terbaik dan paling menarik untuk kita tonton melakukan itu. Bahkan untuk Arya, dia tak bisa melawan pasukan White Walkers sendirian. Apalagi ketika kepalanya terbentur sehingga kekuatannya tak 100 persen lagi. Jadi di titik itu benar-benar tentang bertahan hidup," ucap Benioff dalam video Game of Thrones | Season 8 Episode 3 | Inside the Episode (HBO) yang diunggah channel YouTube resmi Game of Thrones.

Lebih lanjut, Weiss mengatakan bahwa jika Arya tak dibuat terluka, dia akan benar-benar tak bisa terkalahkan. "Dia tak pernah kehilangan auranya dan itu sangat luar biasa, dan sangat menyenangkan untuk ditonton," ujarnya.

Sansa Stark (Sophie Turner) dan Arya Stark (Maisie Williams) di Game of Thrones.

Benioff dan Weiss lantas memutuskan untuk hampir mengulang waktu mengenai siapa Arya Stark ke saat sebelum dia menjadi figur luar biasa seperti sekarang. Hal tersebut dinilai akan membuat cerita menjadi lebih menarik dan itu akan memberikan mereka kesempatan untuk mengubah jalan cerita yang diceritakan.

Ternyata keduanya telah memutuskan bahwa pada akhirnya Arya lah yang akan mengakhiri hidup The Night King sejak sekitar tiga tahun lalu. "Dia (Arya) tampaknya adalah kandidat terbaik yang mungkin tidak Anda pikirkan untuk momen itu," ujar Weiss.

Arya Stark dalam Game of Thrones season 8

"Hal terbaik yang terjadi dalam sebuah sequence di mana ada banyak karakter, Anda bisa menarik perhatian penonton ke karakter-karakter yang sangat mereka sukai, seperti Jon, Dany, Theon, Bran, Sansa dan Tyrion. Jadi kita menampilkan mereka secara bergantian dengan harapan penonton melupakan fakta bahwa Arya Stark terakhir ditampilkan lari dari kastil dengan musik perang mengiringinya untuk sebuah tujuan yang tadinya belum diketahui apa, sampai itu terjadi," ucap Weiss.

Benioff juga mengungkapkan mengapa bukan Jon Snow (Kit Harington) yang membunuh sang tokoh antagonis.

Jon Snow dalam Game of Thrones season 8

"Kami ingin menghindari hal-hal yang sudah diharapkan para penggemar dan Jon Snow sudah selalu menjadi pahlawan. Orang yang menjadi penyelamat. Bagi kami rasanya dia tidak tepat untuk momen ini. Kita tahu harus Valyrian steel yang membunuh The Night King di tempat di mana dia diciptakan dengan dragon glass, dan dia dimusnahkan oleh Valyrian steel," kata Benioff menjelaskan.

"Pada akhirnya ini adalah kemenangan untuk manusia, namun dengan harga yang tinggi, karena beberapa favorit karakter kita gugur dalam prosesnya," ucap Benioff. (ldp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya