Wawancara Aries Susanti Rahayu: Main Film dan Tak Malu Masa Lalu

Atlet panjat tebing Indonesia, Aries Susanti Rahayu
Sumber :
  • Dok. FPTI

VIVA – Atlet panjat tebing Indonesia, Aries Susanti Rahayu, mencuat namanya usai berhasil menyumbangkan medali emas Asian Games 2018 Jakarta-Palembang untuk kontingen Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, dia menyumbangkan dua medali emas dari kategori speed putri dan speed relay putri.

Desak Made Cetak Sejarah, Pecahkan Rekor Panjat Tebing Speed Putri Asian Games

Prestasi Aries tak berhenti sampai di sana. Sepanjang 2018, dia berhasil mengumpulkan medali emas dari berbagai ajang internasional. Perempuan asal Grogoban, Jawa Tengah, itu bahkan sampai dijuluki Spiderwoman.

Prestasi Aries di Asian Games 2018 ternyata membuatnya masuk ke dunia akting. Film berjudul 6,9 detik yang disutradarai Lola Amaria akan jadi rekaman perjalanan kariernya dalam dunia olahraga panjat tebing.

Spiderwoman Asal Grobogan Targetkan Juara di PON XX Papua

Berperan sebagai dirinya sendiri, Aries mengulang masa-masa perjuangannya agar bisa membanggakan keluarga, termasuk ibunya yang harus mencari nafkah di Arab Saudi. Dalam film itu pula, ada momen di mana perempuan berusia 24 tahun tersebut mencicipi minuman beralkohol hingga mabuk.

Berikut petikan wawancara Aries dengan VIVAnews:

5 Atlet Berhijab dengan Prestasi Menawan

Akting sulit apa tidak?

Kalau susahnya mungkin, karena ini baru awal dan perkenalan. Jadi harus take berulang kali. Tapi, ini saya samakan dengan latihan olahraga. Jadi kalau saya lakukan berulang kali dan terekam di memori, saya pasti bisa seperti yang akan diinginkan, yang penting latihan terus.

Kalau bisa memilih, mau jadi artis apa atlet?

Jadi atlet saja.

Kenapa?

Karena sudah nyaman dan memang sudah keinginan Aries dari kecil. Apalagi membawa bangga nama keluarga dan Indonesia.

Awal mula memilih panjat tebing bagaimana?

Di rumah saya, di Grobogan itu banyak pohon sukun, nah sering manjat di sana, terus kalau kangen ibu dan kesal karena ibu tidak ada, pokoknya kesal karena semuanya sering saya lampiaskan ke situ. Pada 2007 coba-coba dulu, terus dikenalin pelatih, terus suka dan ikut Porda (Pekan Olahraga Daerah), terus tidak menyangka bisa seperti ini. Ya Allah kok Aries sekarang ada di sini, semua ini buah dari doa ibu Aries selama ini.

Di film kamu sempat mau berhenti jadi atlet, itu bagaimana?

Ya, waktu itu pas awal-awal latihan untuk Asian Games, karena berat terus juga kangen sama ibu. Tapi, karena semua orang, saudara ayah, pelatih saya di kampung dan ibu kasih nasihat, akhirnya saya tidak jadi (berhenti) dan terus berjuang.

Ya tujuan utamanya demi ibu, supaya berhasil dapat juara, dapat hadiah, dan agar ibu tidak perlu capek-capek lagi cari uang di Arab Saudi. Gantian biar saya saja yang mencari uangnya. Dan setelah itu diajak pelatih untuk ikut Porda dan sampai sekarang.

Di film kamu dijelaskan seperti orang yang tidak mau kalah, selalu ingin menang, kenapa?

Saya memang tidak mau kalah dalam hal apapun. Dari main kelereng, main karet, saya tidak suka kalah. Kalau kalah saya marah. Sama kakak sendiri saja saya tak mau kalah. Dari kecil ya seperti itu. Jadi ketika olahraga dan jadi atlet itu berkelanjutan. Jadi makanya saya lampiaskan itu sekaligus masalah dengan ibu saya yang jarang bersama saya karena jadi TKI di Arab Saudi, dan itu yang membuat saya termotivasi dan membuat saya mendapatkan prestasi di Asian Games dan membuat saya ada di sini.

Di film, kamu ke diskotik, dan pacaran juga, itu asli?

Benar, jadi waktu itu saya di Pelatda selesai PON 2012, kemudian berlatih dengan teman-teman . kemudian ada beberapa teman dan senior juga ngajak mau nyoba masuk diskotik tidak? Ya sudah boleh, dan saya mikir coba-coba, namanya juga remaja, waktu itu masih SMA. Ternyata di situ terpengaruh minum banyak, dan akhirnya tidak tahu deh ngoceh sendiri dan marah-marah ke ibu, Kok seperti ini sih hidup saya (ditinggal ibu kerja ke Arab Saudi).

Bagaimana awalnya mau kisah kamu difilmkan, kan tadi juga ada adegan kamu di diskotik dan tentunya semua orang tahu akan masa lalu kamu?

Tadinya sih saya bingung, kenapa harus saya ya, terus produser bilang karena saya yang dapat medali emas, kalau tidak dapat, ya bukan kisah saya yang difilmkan. Ya semoga dengan adanya cerita masa lalu saya sampai sekarang bisa menginspirasi anak-anak muda, semua orang tua, untuk menjaga anaknya, biar masa depan anaknya bisa cemerlang.

Dan menikmati proses pertumbuhan anak dari remaja ke dewasa. Kalau saya kan sejak kecil lebih sering hidup sendiri, mandiri. Ya di film ini kan bukan hanya buruknya saja, ada baiknya juga, ada pelajaran di sana. Jadi tentunya diambil yang baiknya dan ditinggalkan yang buruknya, dijadikan pelajaran saja.

Di film, latihannya sepertinya keras, sampai kamu dipukul juga sama pelatih kamu, itu benar?

Ya, karena saya kan latihan hanya sembilan bulan sebelum Asian Games, sedangkan teman-teman yang lain itu dua tahun. Dididik mental, makanannya, disiplinnya, jadi latihan saya itu menurut saya lebih keras dari latihan militer.

Setelah kisahmu difilimkan, apa perasaan kamu?

Pastinya saya tidak menyangka bisa seperti ini. Dulu memang pernah berpikir, enak kali ya ada di layar besar dan ditonton orang banyak. Begitu juga saya dulu ingin menjadi atlet, enak kali ya pakai baju Indonesia, makanan terjaga, mewakili rakyat Indonesia dan mengibarkan bendera Indonesia. Ya, saya harap film ini menjadi motivasi untuk orang yang menontonnya.

Agenda terdekat apa?

Saya dan teman-teman sedang training camp di Yogyakarta untuk persiapan pra kualifikasi Olimpiade 2020 (November 2019 di Prancis).

Persiapannya sejauh ini bagaimana?

Persiapannya kami satu bulan di tebing, karena Olimpiade ini kombinasi, bukan hanya speed. Kalau saya kan bagusnya di speed, nah sedangkan di Pra Olimpiade ada lead dan golden, Jadi satu orang itu harus bisa main tiga. Persiapanya kami sudah berlatih di tebing. Untuk hasilnya Alhamdulillah kekuatan kami bertambah di kategori lead boluder kemudian menjaga speed juga.

Waktu shooting terganggu ke pelatnas?

Shooting-nya itu kan tiga bulan, jadi kami libur pelatnas, tapi karena diizinkan pelatih juga yang tidak masalah karena di shooting itu juga kita tetap berlatih. Malah bagus latihannya, kalau ada kesalahan atau ada yang tidak pas waktu pengambilan gambar, harus diulang terus pas waktu manjatnya. Tapi, dari tiga bulan itu juga saya latihannya 1,5 bulan. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya