Kaleidoskop 2015

Hamilton Mendominasi, Mercedes dan Ferrari Kendalikan F1

Pembalap Mercedes, Lewis Hamilton, saat juara GP Jepang
Sumber :
  • REUTERS/Toru Hanai
VIVA.co.id -
Sirkuit F1 di Indonesia akan Dibangun Megah, Begini Komentar IMI
Sebanyak 20 pembalap dari 10 tim Formula 1 (F1) telah menyelesaikan 19 Grand Prix yang dihelat sepanjang 2015 ini. Lewis Hamilton bersama Mercedes kembali menjadi penguasa dalam balapan jet darat ini.

Alasan Legenda F1 Lewis Hamilton Ingin Ganti Nama

Musim 2015 sebenarnya menjadi era baru bagi F1, pihak penyelenggara telah mengatur aturan baru. Walaupun sempat hadirkan kontroversi, namun tim dan pembalap harus mau beradaptasi dengan hal-hal tersebut.
RI Bakal Bangun Sirkuit F1 di Bintan, Begini Persiapannya


Di mulai dengan mesin, tim-tim di F1 hanya boleh menggunakan empat unit mesin--sebelumnya lima. Penalti grid akan diberikan jika aturan itu dilanggar, sedangkan itu penalti tidak akan diberikan kepada pembalap yang mengganti mesinnya.

Setiap area mesin mendapatkan jatah pengembangan di tiga komponen dan dalam satu musim hanya boleh menghabiskan 32 komponen. Penalti akan diberikan sebagai perhitungan akumulatif terhadap pergantian dari bagian mesin.

Yang menjadi polemik tersendiri adalah tampilan mobil F1, yakni pada bagian hidung mobil. Hal itu pun membuat mobil antar tim F1 terlihat hampir sama di bagian hidung, setelah di musim sebelumnya semua tim bebas mendesain bagian hidung tersebut.

Kini, tim tak bisa lagi sembarangan karena telah ada aturan ketat terkait dimensi, tinggi hidung, serta jarak akhir sasis ke ujung mobil. Kemudian, soal desain helm pembalap yang tak boleh diganti-ganti selama musim berjalan.

Hal itu dilakukan untuk memudahkan pengenalan identitas pembalap saat mereka berada di trek sirkuit. Banyak pihak yang menilai aturan yang dibuat Federasi Otomotif Internasional (FIA) dinilai konyol dan aneh.


“Saya mendengar F1 melarang pembalap untuk mengganti desain helm selama musim berlangsung. Yang benar saja! Apa selanjutnya? Peraturan potongan rambut?” kata mantan pembalap F1, Alexander Wurz, dilansir PlanetF1.


“Pada masalah penting, Formula One tidak dapat menyetujuinya. Tapi untuk hal ini, peraturan justru menciptakan masalah yang sebetulnya tidak ada,” tulis reporter F1, Tobias Gruner, di akun Twitter miliknya.



Hamilton Sang Juara

Perubahan aturan dari FIA tak membuat seorang Lewis Hamilton terhalang dalam meraih gelar juara dunia untuk yang ketiga kalinya, atau kedua dalam dua musim terakhir. Bersama mobil W06, pembalap asal Inggris tersebut berhasil mendominasi sejak awal seri.


Sebanyak 10 kemenangan berhasil dia rebut dari 19 balapan yang dilakoni, ditambah 17 kali naik podium. Hamilton pun akhirnya berhasil meraih gelar juara dunia lebih awal, yakni pada seri ke-16 yang berlangsung di Amerika Serikat.


Hamilton berhasil menyamai rekor pembalap legendaris Inggris, Sir Jackie Stewart. Stewart adalah pengemudi Britania Raya pertama yang mampu meraih tiga gelar juara GP, gelar ketiga miliknya diraih pada musim 1973 silam.


Tak cuma menyamai rekor sang legenda, mantan kekasih Nicole Scherzinger tersebut menjadi pembalap pertama yang berhasil meraih gelar GP secara back to back. Hamilton pun mengaku bingung akan mengejar apa lagi setelah meraih gelar ketiganya ini.


"Target saya adalah meraih tiga (gelar juara F1), seperti yang didapatkan Ayrton (Senna). Dia tak senegara dengan saya, tapi dialah sosok yang menginspirasi saya ketika muda," ujar Hamilton, sebagaimana dinukil dari Autosport, Senin 26 Oktober 2015.


"Saya tak tahu apa yang akan terjadi berikutnya. (Setelah Senna), tak ada sosok lain yang ingin saya tandingi (dalam hal pencapaian). Saya merasa telah mendapat tongkat yang sama dengan Ayrton dan akan terus membawanya," sambung pria 30 tahun tersebut.


Hamilton juga mengatakan bahwa perasaannya campur aduk sebelum menjadi juara. "Saya sulit berkata-kata. Gila untuk berpikir saya akan meraih tiga gelar juara dunia F1. Perasaan ini benar-benar spesial," katanya.



Perselisihan dengan Rosberg


Hasil apik yang diraih oleh Hamilton dalam dua musim terakhir ini, ternyata membuat hubungannya dengan Nico Rosberg memburuk. Rekan setimnya di Mercedes itu sendiri menjadi rival terberat Hamilton.


Hamilton sendiri akui tak pernah akrab dengan Rosberg. Baginya pembalap asal Jerman tersebut adalah musuhnya di atas lintasan, walaupun berada dalam satu tim mereka saling mengalahkan dan kadang melanggar instruksi dari tim.


"Rosberg punya teman sendiri, begitu juga dengan saya. Kami tidak makan malam bareng atau pesta bersama. Kita adalah musuh di lintasan karena ingin saling mengalahkan," kata Hamilton, dilansir Crash.


Bos Mercedes, Toto Wolff menegaskan, ia akan  mengambil tindakan tegas kepada Lewis Hamilton dan Nico Rosberg bila situasi kian memburuk. Wolff siap memecat salah satu dari mereka bila sudah berimbas buruk kepada tim, walaupun sejauh ini posisi yang terancam adalah Rosberg.


"Jika ada permusuhan dalam tim yang bisa menjadi kendala buat tim dan kalau kami menilai tidak lagi bisa meredam. Hal tersebut maka kami harus menelaah bagaimana mengatur komposisi pembalap untuk masa depan," ujar Wolff.


Walau begitu, Wolff akui bila persaingan keduanya di atas lintasan memang cukup menarik dan masih bisa ditoleri.r Terpenting, suasana panas tersebut tak dibawa ke luar lintasan hingga merugikan Mercedes.


"Kami suka dengan balapan di lintasan, dan kami pikir kontroversi dan balapan harusnya memang sengit. Itu bagus buat tim karena dapat memacu kami maju dan bikin kami tak cepat berpuas diri," katanya.


"Kami memilih dua pembalap yang mampu menjadi juara dunia. Karena mereka amat kompetitif, penting untuk memastikan hal tersebut tidak sampai mempengaruhi tim dan memunculkan kontroversi di garasi. Kami harus maju bersama sebagai satu tim,” sambungnya.



Mercedes dan Ferrari Kendalikan F1, Membosankan?


Kepala teknik tim Red Bull, Adrian Newey, memprediksi bila balapan Formula 1 (F1) musim 2016 masih bakal didominasi oleh Mercedes dan Ferrari. Menurutnya, masih cukup sulit bagi para pesaingnya untuk mengejar ketertinggalan.


Mercedes sendiri keluar sebagai juara di kelas konstruktor dengan raihan 703 poin. Mereka  unggul 275 angka dari Ferrari yang cukup mendekati kecepatan mobil dari pabrikan asal Jerman tersebut.


Sedangkan Red Bull yang pernah mendominasi F1 selama empat musim beruntun pada 2010-2013, tak mampu berbuat banyak di dua musim terakhir. Menurut Newey, Mercedes dan Ferrari sudah mengendalikan balapan jet darat ini.


"Saat ini, kami berada di situasi di mana hanya Mercedes dan Ferrari yang berada di posisi untuk memenangi kejuaraan. Itu menjadi masalah besar di F1, di mana Mercedes dan Ferrari mengendalikan olahraga," kata Newey, dilansir Crash.


"Tim-tim pelanggan selalu khawatir saat melawan Mercedes atau Ferrari. Saya berharap agar FIA mengambil kendali dari situasi ini. F1 lebih sehat saat pasokan mesin kompetitif untuk semua tim," sambungnya.


Sebelumnya, Newey mengatakan bila dominasi Ferrari dan Mercedes dapat mengacaukan nasib F1. Hal tersebut terjadi karena tim lain yang berkompetisi di F1 menjadi takut karena merasa tidak sesuai regulasi yang ada.


“Masalah regulasi sasis tidak terlalu bermasalah bagi tim kecil seperti Red Bull dan yang lain. Tetapi, regulasi mesin menguntungkan Mercedes dan Ferrari,” ujar Newey, seperti diberitakan Crash, Kamis 24 Desember 2015.


“Tidak hanya itu, bagi tim kecil seperti kami, mesin yang kami dapat dari Mercedes atau Ferrari akan sangat menyulitkan. Itu terjadi karena kami memiliki teknisi yang benar-benar buta dengan mesin yang dimiliki oleh tim pemasok,” sambungnya.


Bahkan, Bos Formula 1 Bernie Ecclestone mengatakan, dominasi tim Mercedes, telah membuat dunia balap jet darat itu jadi membosankan. Dia terus berupaya untuk memecahkan masalah ini, agar F1 tak ditinggal oleh penonton.


"Dominasi Mercedes terlalu kuat, sehingga banyak orang yang akhirnya mematikan televisi, berhenti menonton balap F1. Mercedes telah membuat balapan jadi membosankan," kata Ecclestone, dikutip dari Fox Sports pada Selasa, 8 Desember 2015.


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya