Indonesia Tanpa Gelar, PBSI Minta Maaf
- VIVAnews/Marco Tampubolon
VIVAnews - Djarum Indonesia Super Series Premier berakhir antiklimaks untuk tuan rumah Indonesia. Bertanding di Istora Senayan, Jakarta, Indonesia yang mengirim dua wakilnya di final, kandas tanpa hasil.
Vita Marissa/Nadya Melati yang turun di nomor ganda putri kalah 21-12 21-10 dari pasangan China, Wang xiaoli/Fu Yang. Satu wakil lagi, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, juga tumbang dari ganda campuran, Zhang Nan/Zhao Yunlei, 20-22 21-14 21-9.
Atas hasil mengecewakan ini, Pengurus Besar Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PB PBSI) meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia. "Kami meminta maaf pada masyarakat Indonesia, mudah-mudahan tahun depan bisa lebih baik lagi," kata Sekjen PBSI, Jacob Rusdianto.
"Saya, pengurus, dan masyarakat tentu ingin menang. Tapi para atlet tentu lebih ingin menang," tambahnya.
Kekalahan ini membuat Ketua Umum PB PBSI Djoko Santoso berjanji akan mengadakan evaluasi. Dia akan mengumpulkan para atlet dan ofisial kemudian mencari solusi dari mandeknya prestasi bulutangkis Indonesia.
"Kita sudah berjuang seoptimal mungkin tapi realitanya kita belum bisa juara di sini. Evaluasi nanti kalau soal hal-hal teknis tentunya akan jadi keputusan pelatih. Tapi kalau dari kami hanya dari hal-hal umum yang perlu ditingkatkan seperti latihan, gizi, dan turnamennya," kata Djoko.
Meski demikian PB PBSI wajib diacungi jempol dalam penyelenggaraan Super Series Premium tahun ini. Selain karena diikuti pemain-pemain kelas dunia, penonton yang hadir juga memberikan suasana Indonesia Super Series Premier berlangsung meriah.
"Terima kasih pada BWF (Badminton World Federation) yang sudah mempercayakan kami dalam menggelar Super Series Premier. Dari turnamen ini kami mengharapkan para pemain junior bisa melihat pemain-pemain yang lebih senior dan punya target untuk mengalahkan mereka," tutup Jacob.