Kaleidoskop 2015

Tahun Emas Novak Djokovic dan Serena Williams

Petenis asal Serbia, Novak Djokovic
Sumber :
  • Reuters/Carlo Allegri
VIVA.co.id
Djokovic dan Murray Lolos dari Putaran Ketiga Paris Masters
- Tahun 2015 menjadi yang paling membahagiakan bagi Novak Djokovic dan Serena Williams. Dua petenis tersebut sukses menjadi yang terbaik sepanjang tahun ini. Dominasi keduanya di berbagai ajang tak terbendung lagi.

Terdepak dari Olimpiade, Serena Williams Hancurkan Raketnya

Berdiri kokoh sebagai pemuncak daftar peringkat tenis dunia di masing-masing kategori, menjadi bukti ketangguhan Djokovic dan Serena. Di kategori ATP (putra), Djokovic mengumpulkan 16.585 poin, sedangkan di WTA (putri), Serena menjadi pemuncak dengan raihan 9.945 poin.
PB Pelti Gelar Turnamen Indonesia Men's Future 2016


Persaingan di cabang olahraga tenis juga tak bisa diremehkan. Banyak petenis berbakat di dunia yang bersaing dengan ketat di setiap turnamen yang berlangsung.

Akan tetapi, kisa pahit juga sempat diterima kedua petenis tersebut di atas. Djokovic dan Serena pernah juga gagal menang dalam sebuah turnamen yang mereka ikuti.

Berikut kami coba berikan rangkuman perjalanan kedua petenis tersebut di atas sepanjang tahun ini. Kisah manis dan pahit yang terjadi tidak membuat kelayakan mereka menjadi yang terbaik bisa lepas begitu saja.

Dominasi Novak Djokovic

Petenis asal Serbia ini berhasil merengkuh 11 gelar dari 17 turnamen yang mereka ikuti pada 2015 ini. Pertama kali di tahun ini dia menjuarai Australia Open usai mengalahkan Andy Murray 7-6 (7-5), 6-7 (4-7), 6-3, dan 6-0.


Gelar kedua Djokovic lahir di ajang Indian Wells Masters pada Maret 2015. Di partai puncak, dia berhasil mengalahkan mengalahkan Roger Federer hanya dalam laga 3 set langsung.


Usai merengkuh gelar kedua, petenis yang memulai karier profesional pada tahun 2003  tersebut sudah mengirimkan sinyal bahaya kepada pesaingnya. Tak heran dia sempat percaya diri menyebut 2015 adalah puncak kariernya.


"Saya sedang berada di puncak karier. Saya akan mencoba menggunakan setiap bagian (dari gelar juara) ini untuk tetap berada di titik ini dan bertarung sebisa mungkin untuk meraih titel-titel major," kata Djokovic usai pertandingan, sebagaimana dilansir
ESPN
.


Tak berselang beberapa lama, Djokovic secara beruntun mampu menambah koleksi gelar juaranya. Ajang Miami Open, Monte Carlo Masters, dan Italian Open berhasil dia kuasai.


Dominasi Djokovic agak sedikit tercoreng ketika dia turun di ajang France Open Juni 2015. Langkahnya di partai final terhenti karena kalah dari petenis unggulan 8 asal Swiss, Stanislas Wawrinka.


Tak ingin meneruskan tren negatif, petenis berusia 28 tahun itu berhasil bangkit. Tak tanggung-tanggung, gelar juara turnamen bergengsi seperti Wimbledon dan US Open berhasil diraihnya.


Juara di ajang Wimbledon diraih Djokovic dengan jalan yang tidak mudah. Dia mesti mati-matian bertarung dalam 4 set guna mengalahkan seteru beratnya, yakni Federer.


Sadar kemenangan itu sangat berarti baginya, Djokovic pun melakukan selebrasi yang tidak biasa dengan memakan rumput lapangan. Aksi tersebut sontak mengundang banyak pertanyaan dari publik.


Diakui olehnya, aksi itu merupakan bentuk rasa syukur dan penghormatannya terhadap tanah All England Tennis and Croquet Club yang sudah menggelar turnamen Wimbledon selama 138 tahun.


"Ini adalah tradisi kecil. Saya tak tahu apa yang sudah dilakukan orang-orang di sini. Tapi, mereka sudah melakukan kerja yang bagus. Rasanya (rumput di sini) sangat, sangat enak di tahun ini" kata Djokovic seperti dilansir
BBC Sport
.


Pada September 2015, Djokovic sukses menempatkan namanya dalam daftar petenis legendaris dunia. Pencapaian itu terjadi ketika dia berhasil meraih gelar juara US Open yang menjadi gelar grand slam ke-10 baginya.


Dengan pencapaian tersebut, maka dia menjadi petenis dengan titel terbanyak ke-7 sepanjang masa, dengan Roger Federer sebagai peraih gelar terbanyak dengan 17 trofi Grand Slam.


"Saya tersanjung dan merasa terhormat, untuk menjadi bagian dari grup pemain elite, legenda tenis yang telah memenangkan banyak trofi Grand Slam dalam karier mereka," ucap Djokovic.


Setelah memantapkan namanya masuk dalam daftar petenis tersukses, rentetan kemenangan ditorehkan oleh dia. China Open, Shanghai Masters, Paris Masters, dan ATP Finals adalah turnamen yang berhasil dikuasainya kemudian.


Jatuh Bangun Serena Williams


Serena Williams menutup tahun 2015 dengan memuncaki ranking WTA dengan raihan 9.945 jumlah tersebut jauh lebih banyak dibanding pesaing terdekatnya, Simona Halep yang hanya mengumpulkan 6060 poin.


Berkat pencapaiannya tersebut, petenis berusia 34 tahun itu diganjar sebagai atlet wanita terbaik Amerika Serikat versi The Associated Press (AP).  Serena Williams sukses menembus posisi tiga besar petenis wanita terbaik sepanjang masa.


Dia juga tercatat sebagai penghuni peringkat satu WTA selama 261 pekan. Sepanjang tahun ini, Serena berhasil menjadi pemenang di 5 turnamen.


Australia Open menjadi gelar juara pembukanya di tahun ini. Menyusul kemudian Miami Open dan Cincinnati Masters. Puncak permainan dia terjadi usai merengkuh gelar juara Wimbledon pada bulan Juli.


Usai meraih gelar bergengsi, adik dari Venus Williams tersebut mesti menerima kenyataan pahit. Cedera pada bagian siku memaksanya beristirahat sejenak dan melewatkan 2 turnamen sekaligus.


Awalnya, dokter memvonis Serena hanya perlu istirahat sekitar satu, atau dua pekan saja. Tetapi, pemulihan membutuhkan waktu yang lama, sehingga dia harus turnamen Bank of the West Classic.


"Turnamen ini merupakan salah satu favorit saya, dan para fans selalu begitu murah hati dalam memberi dukungan kepada saya," ujar Serena, saat menyampaikan pembatalan mengikuti turnamen seperti dilansir
Sportsmole.


Kisah pahit kembali dialami oleh Serena usai kembali dari cedera. Bermain gemilang di babak awal US Open, dia dipaksa menyerah dari petenis non-unggulan, Roberta Vinci.


Serena kalah dari petenis asal Italia itu di babak semifinal hanya dalam setelah melalui pertandingan 3 set. Dengan hasil itu, status unggulan pertama yang diprediksi bakal menjadi juara menjadi sia-sia.


"Saya tidak ingin berbicara tentang bagaimana mengecewakannya ini bagi saya. Jika Anda memiliki pertanyaan lain, saya akan sangat terbuka," kata Serena seperti dilansir
The New York Times
.


Kekecewaan gagal meraih juara di kandang sendiri nampaknya melekat di diri pemegang 21 titel Grand Slam itu. Dia bahkan memutuskan mengundurkan diri dari China Open dan final asosiasi tenis wanita di Singapura.


"Saya mengambil langkah proaktif dan mundur dari turnamen di Beijing dan Singapura. Ini demi kesehatan saya dan memanfaatkan waktu untuk pemulihan," kata Serena dilansir
BBC Sport
.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya