Tradisi Dugderan Jelang Ramadan di Semarang

Tradisi dugderan
Sumber :
VIVAnews
Usai Halving, Ini yang Diprediksi Bakal Terjadi pada Bitcoin
- Di Semarang, Jawa Tengah terdapat tradisi bernama Dugderan yang berasal dari kata “dug” dan “der”. Kata "dug" diambil dari suara beduk masjid yang ditabuh berkali-kali sebagai tanda datangnya Ramadan, sedangkan kata “der” berasal dari suara dentuman meriam yang disulutkan bersamaan dengan tabuhan beduk.

Timnas Amin Bakal Halalbihalal di Rumah Anies Besok, Langsung Dibubarkan?

Biasanya tradisi ini digelar pada satu atau dua minggu sebelum Ramadan. Seluruh kalangan masyarakat, dari anak-anak hingga orang tua ikut gembira pada tradisi ini.
Pertamina Patra Niaga Raih Penghargaan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan


Tradisi Dugderan sudah menjadi pesta rakyat karena turut menampilkan tari japin, arak-arakan (karnaval), dan tabuh beduk oleh walikota Semarang.  Namun, proses ritual atau pengumuman awal puasa tetap menjadi puncak acara yang masih bersifat sakral bagi para tokoh masyarakat.


Kini dentuman meriam pada tradisi Dudgeran diganti dengan suara-suara petasan atau bleduran yang terbuat dari bongkahan batang pohon yang dilubangi bagian tengahnya. Untuk menghasilkan suara seperti meriam biasanya bleduran diberi karbit yang kemudian disulut api.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya