Kisah dari Pembaca Eks Tapol

Proyek Samping (XX)

VIVAnews - Menjelang 30 september 1971 datang lagi provokasi kampungan oleh seorang informan, yang mengaku anggota PKI Malam, datang dengan bujukan ingin mengadakan diskusi mengenai "Perjuta" (Perjuangan Bersenjata) dan "Kritik Otokritik".

Kali ini yang dikontak Rachman, tapol sal Kebonwaru Bandung dan informan yang menghubungi berasal dari Bandung. Ini permainan usang intelijen dan tak usah digubris. Tahun lalu yang dikontak Adja Suhardja dan tahun ini Rachman, keduanya tapol asal Bandung. Yang jadi cecunguk penghubung pasti juga asal Bandung.

Saat baca berita tentang meninggalnya Paman Ho (Pembawa terang), pemimpin besar rakyat Vietnam,geram juga baca komentar wartawan Berita Yudha yang menulis, paman Ho yang hanya meninggalkan kesengsaraan pada rakyat Vietnam! Ini jelas wartawan ingusan yang tidak tahu jasa-jasa Ho Chi Minh, pemimpin besar Vietnam.
    
Atau wartawannya yang bego,atau sengaja diloloskan oleh Pimpinan Redaksi yang  pura-pura bego? Saya masih ingat tahun 1959 Paman Ho berkunjung ke ITB dan meresmikan pergantian nama Fakulteit teknik Universitas Indonesia menjadi Institut Teknologi Bandung.  Paman Ho datang ke Bandung didampingi Soekarno yang flamboyan, kontras dengan Paman Ho yang mengenakan sandal bekas ban, memakai caping bambu khas petani.

Tetapi saya prihatin juga membaca berita bahwa saat delegasi Uni Soviet tiba di Hanoi untuk ikut menyampaikan penghormatan terakhir bagi sang pemimpin besar Vietnam, delegasi RRT mendadak meninggalkan Hanoi.

Sungguh suatu tindakan yang tidak simpatik dan mengundang kecaman. Seorang bear Asia,yang dikagumi dimana-mana, hanya dinilai seorang wartawan bego Berita Yudha sebagai pembawa sengsara bagi rakyat Vietnam!

Di Banten pula saya membaca berita meninggalnya presiden pertama republik kita, yang sebelum meninggal sempat disiksa batin oleh Soeharto. Betapa tidak menyedihkan kalau dalam keadaan sakit tidak boleh ditengok dan bahkan isteri terakhir, Ratnasari Dewi ditolak masuk Indonesia. Begitu rendahnya martabat Soeharto?

Soekarno (Sukarno menurut Cindy Adam dalam Soekarno : an autobiography as told to Cindy Adam, karena Soekarno tidak mau namanya ditulis denga "oe" menurut ejaan yang diciptakan ahli bahasa berkebangsaan Belanda, van Ophuijzen - saya benar tidak menulisnya?}

Sukarno yang kami kagumi telah tiada! Sukarno yang saya ingat merayakan ulang ta hunnya di Moskwa dan mengundang semua crew pesawat Pan American Airlines ke Kedutaan Beaar RI di Moskwa.

Baliho Rektor UMT Maju Pilkada Kota Tangerang Dirusak OTK, Relawan Geram

Istimewanya, pesawat Amerika itu mendapat izin mendarat di Moskwa berkat hubungan baik Indonesia-Uni Soviet dibawah Khrusyov, yang butuh sahabat Indonesia dengan penduduk 160 juta, melawan Amerika di masa Perang Dingin Sukarno yang disisihkan dalam Gerakan 30 September 1965.

Ingat Sukarno, ingat kembali peristiwa G-30-S yang menggulingkannya. Ingat lagi Dokumen Gilchrist yang aspal, kertasnya benar dari Kedubes Inggris, isinya entah ciptaan siapa.

Ingat lagi peristiwa Lubang Buaya, dimana katanya Gerwani mencongkel mata, menyanyat wajah dengan silet, memotong kemaluan dan sebagainya sambil menari-nari Tarian Harum Bunga diiring lagu genjer-genjer.

Dongeng fantastis ciptaan duet Berita Yudha dan Angkatan Bersendjata, saat tidak ada surat kabar lain terbit karena diberangus. Apa arti sikasaan kalau para jenderal dibawa jasadnya, sesudah penembakan di rumah kediaman?

Terungkap, Sederet Fakta Sidang SYL yang Bikin Geleng Kepala

Hebatnya Soeharto yang berani naik jeep seorang diri menuju markas Kostrad pagi hari tanggal 01 Oktober 1965? Kostrad yang aman-aman saja dari serangan pasukan Tjakrabirawa pendukung Oentoeng?

Suatu gerakan yang sudah diatur jauh sebelumnya dan sempat bocor kemana-mana. Saat saya bergabung dengan SBBT/Sobsi (Serikat Buruh Badja Trikora) beberapa karyawan Proyek Cilegon yang bergabung dengan KBM (Kesatuan Buruh Marhaenis) menyindir  untuk apa begabung dengan Sobsi, lebih baik bergabung dengan KBM yang semboyannya : KBM pasti menang! pasti menang!

Bergabung dengan Sobsi? Pasti menang..........is! Menangis! Sindiran itu sudah muncul di bulan Juli 1965, beberapa bulan sebelum September. Tidak heran kalau di awal Oktober, saat pimpinan PKI yang duduk di kabinet masih ikut sidang kabinet bersama Sukarno, kami-kami di Banten sudah ditangkap.
 
Di akhir Maret 1971, saat saya masih bekerja di proyek Samping (Saketi-Malimping), datang jeep Willys Detasemen Peralatan membawa instruksi penting dari Serang, Ir.Djoko Sri Moeljono harus segera kembali ke Serang dengan membawa segala per   kapan!

Tidak diragukan lagi, saya bakal diberangkatkan ke Pulau Buru. Tibalah giliran itu! Sebagai tapol yang tadinya digolongkan C,sejak tahun 1968 saat Jaksa Agung dijabat Jenderal Soegih Arto, saya mendapat kenaikan otomatis jadi Golongan B.

Dalam perjalanan menuju serang,sudah terbayang dalam benak : kini tiba giliran saya harus berangkat ke Pulau Buru! Tahun lalu saya sudah sempat dipotret dan dapat nomor 1089 tetapi batal berangkat dan saat itu hanya 20 orang yang berangkat.
    
Tahun 1971 ini saya tidak tahu berapa orang akan diberangkatkan ke Buru. Kami dari berbagai proyek di Banten, dikumpulkan di Kamp Unyur, ditempatkan dalam tenda-tenda yang sama seperti tahun lalu.

Di Kamp Unyur ini saya bertemu kembali dengan sahabat-sahabat lama, para "pilot" (sipil kolot) yang diterlantarkan oleh Korem. Status tetap : tahanan G-30-S, tetapi makan tanggung sendiri alias harus dikirm keluarga. Di Kamp Unyur ini ada seorang tapol eks Digulis, Pak Djafar, yang jelas usianya pasti lebih dari 60.

Menurut Djafar Digulis ini, pemerintah Belanda masih lebih manusiawi memperlakukan tahanannya. Jadi tahanan dijamani republik lebih sengsara! Kali ini saya dipotret kembali seperti tahun lalu, dari depan, dari samping kanan dan kiri dan mendapat nomor baru : 01448, satu angka sesudah Ir.Mamad Sumadiredja yang mendapat nomor 01447.

Pada saat kami dikumpulkan di Kamp Unyur ini, salah seorang tapol asli Banten yang bernama Durahim, saat apel pagi kedapatan hilang, raib, melarikan diri. Semua tapol yang ada di kamp Unyur, kecuali tapol tua dan perempuan, dihukum secara fisik selama lebih dari satu jam, loncat-noncat, push-up dan sebagainya.

Menko PMK Muhadjir Effendy laksanakan salat Id di Kantor PP Muhammadiyah.

Pesan Jokowi ke Menko PMK Muhadjir: Gudang Pangan di Papua Diisi Makanan Khas Lokal

Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy melaporkan perkembangan pembangunan gudang di Distrik Sinak dan Agandugume, Papua kep

img_title
VIVA.co.id
30 April 2024