Mencari Rumah yang Nyaman untuk Badak Jawa

Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon (Foto: Stephen Belcher)
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id - Saat ini kiranya seluruh negara di dunia sama-sama dapat menyepakati kalau sedang dalam krisis, yakni krisis badak. Bagaimana tidak, saat ini hanya tersisa lima spesies badak di dunia, White Rhino, Black Rhino, Greater One-Horned Rhino, Sumatran Rhino, dan Javan Rhino.

Peranan Uang dalam Hidup

Dua terakhir dari spesies badak tersebut tinggal di Indonesia dan dalam status critically endangered atau berada di ambang kepunahan. Mengapa Demikian? Perburuan sama-sama menjadi penyebab menurunnya jumlah populasi badak di dunia.

Badak diburu karena culanya dianggap dapat memiliki khasiat secara medis atau hanya untuk sekadar olah raga hobi berburu. Nyatanya, tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan bahwa cula badak memiliki khasiat untuk kesehatan.

Pengumuman Pemenang "Cerita Anda Bagi-bagi Hadiah"

Tetapi, hal ini tidak menurunkan tingginya permintaan terhadap cula badak di Cina dan Vietnam. Spesies badak khususnya yang ada di Afrika (White Rhino dan Black Rhino) tetap diburu secara ilegal untuk memenuhi permintaan itu.

Nasib tak jauh beda juga dialami oleh Greater One-Horned Rhino yang banyak dijumpai di indian subcontinent bagian utara. WWF menyatakan bahwa perburuan juga merupakan faktor utama penyebab menurunnya jumlah Greater One-Horned Rhino.

Integritas yang Tinggi sebagai Harga Mati

Selain itu, badak juga dibunuh karena dianggap sebagai hama. Ditambah lagi berkurangnya habitat badak seiring dengan bertambahnya kebutuhan manusia akan lahan memicu terjadinya konflik antara badak dan manusia. Lalu bagaimana dengan badak yang tinggal di Indonesia? Perburuan merupakan penyebab menurunnya populasi Badak Sumatra dan Badak Jawa.

Kabar baiknya WWF mencatat sudah tidak ditemukan kasus perburuan liar Badak Jawa sejak tahun 1990-an karena penegakan hukum yang efektif. Namun, terdapat faktor lain yang mengancam kelestarian mereka. Tempat Tinggal yang hilang ancaman terbesar bagi Badak Sumatra maupun Jawa yaitu hilangnya habitat.

Konversi hutan untuk pertanian dan perkebuhan serta pemukiman penduduk mengancam populasi Badak Sumatera. Tempat mencari makan dan area jelajah mereka menjadi berkurang karena konversi hutan. Begitu juga dengan Badak Jawa. Habitatnya makin terancam dengan adanya pembukaan hutan untuk pertanian dan penebangan kayu komersial di sekitar dan di dalam kawasan lindung tempat spesies ini hidup.

Saat ini, sejumlah kecil populasi Badak Sumatera (diperkirakan kurang dari 100 ekor) tinggal di Pulau Sumatera tersebar di Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, dan Taman Nasional Way Kambas serta satu kantung populasi yang baru teridentifikasi pada 2013 di Kalimantan Timur.

Sedihnya, spesies ini secara resmi dinyatakan punah di hutan di kawasan Malaysia pada Agustus 2015 yang lalu, bahkan sejak tahun 2008 terjadi kepunahan lokal di Indonesia di mana sudah tidak ditemukan lagi Badak Sumatera di Taman Nasional Kerinci Seblat.

Badak Jawa sendiri sekarang hanya tersisa di Taman Nasional Ujung Kulon dengan jumlah populasi diperkirakan kurang dari 60 ekor. Spesies ini di Vietnam sudah dinyatakan punah secara resmi pada tahun 2011. Populasi Badak Jawa di Ujung Kulon menjadi satu-satunya harapan bagi spesies yang hampir punah ini.

Apabila populasi ini hilang, spesies ini akan lenyap dari muka bumi atau dengan kata lain punah. Rumah yang nyaman jumlah populasi Badak Sumatera dan Badak Jawa yang mengkhawatirkan ini membutuhkan upaya konservasi yang lebih intensif.

Terutama untuk Badak Jawa karena populasinya hanya tersebar di satu habitat. Taman Nasional Ujung Kulon memiliki ancaman terhadap bencana alam seperti tsunami dan letusan Anak Gunung Krakatau yang bisa terjadi sewaktu-waktu dan melenyapkan seluruh populasi Badak Jawa.

Saat ini di Taman Nasional Ujung Kulon 50% areanya juga telah ditumbuhi tanaman langkap yaitu sejenis palem yang menghalangi sinar matahari menembus bagian bawah hutan sehingga menghalangi tumbuhnya pakan alami badak.

Hal ini lambat laun akan menyulitkan badak untuk mencari makanan. Saat ini, upaya persiapan untuk habitat kedua Badak Jawa sedang dilakukan. Upaya konservasi dengan cara ini ditujukan untuk menambah daerah sebaran populasi Badak Jawa supaya ancaman bencana alam dapat dihindari.

Rumah baru bagi Badak Jawa ini diharapkan mampu memberikan ruang jelajah yang damai, bebas dari perburuan, dan memberikan sumber makanan yang cukup untuk mendukung kelestariannya. Pertanyaannya sekarang adalah habitat seperti apa yang cocok untuk tinggal bagi Badak Jawa?

Beberapa penelitian sudah dilakukan untuk mengetahui hal ini. Salah satu penelitian terkini dilakukan di Taman Nasional Ujung Kulon pada tahun 2001 - 2012 oleh U. Mahmat Rahmat yang dipublikasikan dalam disertasinya. Hasil penelitian menyebutkan bahwa komponen habitat yang paling dominan mempengaruhi frekuensi kehadiran Badak Jawa pada suatu habitat adalah slope, jarak dari rumpang, jarak dari kubangan, dan jarak dari pantai.

Badak Jawa lebih beradaptasi di lingkungan dataran rendah dibandingkan dengan pegunungan. Habitat yang cocok bagi mereka adalah hutan hujan dataran rendah dan rawa-rawa hingga ketinggian 100 mdpl (Schenkel dan Schenkel-Hulliger, 1969).

Kondisi habitat secara umum memiliki vegetasi semak belukar yang kaya akan pakan badak dan terdapat beberapa sumber air yang dapat digunakan oleh badak untuk melakukan aktivitas berkubang dan mandi. Badak merupakan hewan memamahbiak. Makanannya adalah pucuk-pucuk daun, tunas-tunas pohon, ranting, dan kulit kayu.

Tumbuhan pakan ini banyak ditemukan di hutan sekunder. Hal ini kemungkinan berhubungan dengan lebih banyaknya cahaya di hutan sekunder daripada di hutan primer. Badak Jawa lebih menyukai spesies tanaman yang tumbuh di daerah banyak cahaya atau terbuka. Diduga, hal ini disebabkan oleh tingginya nilai gizi dan lebih rendahnya kandungan racun pada pakan yang tumbuh di daerah terbuka (Amman, 1996).

Air, baik air sungai maupun air laut merupakan komponen penting dalam kehidupan badak. Air sungai digunakan untuk minum dan melakukan aktivitas berkubang. Berkubang merupakan kebutuhan pokok bagi Badak Jawa, selain untuk menjaga dari gigitan serangga juga untuk beristirahat.

Kubangan ini biasanya merupakan aliran sungai kecil atau genangan air yang banyak terjadi pada musim hujan. Badak Jawa juga membutuhkan garam mineral khususnya sodium yang merupakan unsur yang langka terdapat pada tanaman. Itulah mengapa adanya air laut atau payau dalam habitatnya penting bagi Badak Jawa.

Diperkirakan mereka memenuhi kebutuhan garam mineral ketika mengunjungi pantai atau rawa-rawa payau. Di samping itu, tumbuhan pakan yang tumbuh di daerah pantai kemungkinan merupakan sumber garam mineral bagi Badak Jawa (Amman, 1985).

Di samping pakan dan air, tentunya Badak Jawa membutuhkan daerah jelajah. Daerah jelajah merupakan daerah pergerakan yang ditetapkan satwa untuk menetap, mencari makan, dan memelihara anaknya. Badak betina memiliki luas daerah jelajah berkisar antara 10-20 km2 sedangkan badak jantan sekitar 30 km2.

Luas wilayah jelajah semakin luas dengan semakin bertambahnya ukuran tubuh (Mace dalam Alikodra, 1990). Tipe habitat bagi satwa pemakan tumbuhan sangat menentukan tingkat kesejahteraannya. Bagi Badak Jawa, selain makanan, mereka membutuhkan tempat berlindung, tempat berkubang, dan mandi.

Akan tetapi, lebih dari itu, satwa yang terancam punah ini membutuhkan pengertian dari kita - spesies manusia - bahwa populasi mereka sangat berarti untuk dilestarikan. Killing is not a sport - membunuh (badak) tidaklah pantas disebut olahraga. Bumi ini tidak hanya diciptakan bagi manusia tetapi bagi seluruh makhluk yang berhak tinggal di dalamnya dengan damai.(Cerita ini dikirim oleh Dini Latifah)

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis Cerita Anda dengan tema "Bagaimanakah Rumah yang Nyaman Untuk Badak?" Info lebih jelas klik http://ceritaanda.viva.co.id/news/read/673610-ayo-ikuti-lomba-menulis-cerita-anda)

(Punya cerita atau peristiwa ringan, unik, dan menarik di sekitar Anda? Kirim Cerita Anda melalui email ke ceritaanda@viva.co.id atau submit langsung di http://ceritaanda.viva.co.id/kirim_cerita/post)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya