- U-Report
VIVA.co.id – Ketika malam datang, kutahu malam ini bukan milikku. Tapi dengan egois kurengkuh tubuhnya, tubuh tegap yang aku rindukan. Dosa malam ini benar-benar kunikmati. Malam ini tak ada penyesalan, seperti malam-malam yang sudah lalu. Tapi pagi dengan nyata akan membawakanku semangkuk penyesalan.
Kubuka mata dengan guyuran air mata. Aku tahu betul kesalahanku malam itu. Bukan kali pertama rasa sesal ini datang bersama pagi. Terus menggelayut sampai malam yang sama datang lagi dan tubuh tegap itu kembali terbaring di sampingku tanpa tahu rasa sesal yang selalu mengikatku setiap harinya.
Tuhan, kau beri aku akal, tapi mengapa terkadang akal ini hilang begitu nafsu menghampiri. Tuhan, rasanya tak adil ketika akal tak punya peran yang kuat dan selalu hilang ketika nafsu datang. Tuhan, aku takut membicarakan agama dan kepercayaan di sini. Aku tahu kata pendosa tertulis jelas di dahiku. Tapi Tuhan, apakah seorang pendosa tak berhak memohon pada-Mu?
Terkadang aku takut kehilangan semangkuk sesal yang selalu pagi bawakan untukku setiap kali lelaki tegap terbaring di sampingku. Aku takut jika pagi tak lagi membawakan sesal padaku, aku akan hidup seperti manusia tanpa hati. Menjalani hari tanpa rasa bersalah adalah kengerian yang terkadang hadir di benak kecilku. Terkadang aku ingin memeluk pagi dan mengucapkan terima kasih untuk semangkuk sesal yang selalu ia bawa.