Waspadai Gejala Difteri, Penyakit Menular yang Mematikan

Waspada Difteri
Sumber :
  • vstory

VIVA – Difteri adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae. Penyakit ini merupakan penyakit yang mematikan dan menjadi salah satu penyakit yang paling ditakuti di dunia karena dapat menyebar dengan cepat dan menyebabkan kematian.

Miris, Lebih 200 Kota di Indonesia Risiko Tinggi Penularan Polio

Berdasarkan data dari WHO, pada rentang tahun 2011-2015, Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus difteri terbanyak kedua di dunia dengan jumlah 3.203 kasus. Penyakit difteri dapat terjadi di seluruh dunia, terutama di negara-negara beriklim tropis dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan jumlah cakupan imunisasi yang rendah.

Penyakit difteri dapat menular melalui kontak langsung dengan penderita. Bakteri disebarkan melalui droplet seperti batuk, bersin, bahkan saat berbicara. Difteri umumnya menyerang anak-anak antara usia 1-10 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan orang dewasa juga dapat menderita penyakit ini.

Seorang Anak yang Diduga Terserang Difteri di Lampung Barat Meninggal setelah Dirawat

Difteri dapat menginfeksi beberapa lokasi di tubuh seperti hidung, tenggorokan, kulit, telinga, mata dan kemaluan. Lokasi yang paling sering hingga lebih dari 90 persen adalah di bagian tenggorokan seperti pada tonsil dan faring.

Gejala yang muncul dapat berupa lemah, nyeri tenggorokan, tidak nafsu makan, dan demam yang tidak terlalu tinggi. Dalam 2-3 hari akan terbentuk selaput berwarna putih keabu-abuan yang dapat berdarah apabila diangkat dan meluas dengan berbagai ukuran yang disebut dengan pseudomembran.

Kabupaten Garut KLB Difteri, Ini Tanda Gejala dan Cara Pencegahannya

Pseudomembran ini dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas. Pasien dengan kondisi penyakit yang buruk dapat mengalami pembengkakan pada leher seperti gambaran bullneck. Pasien juga dapat terlihat sangat lemah, pucat, koma hingga meninggal.

Jika ditemukan kasus difteri, kerabat atau keluarga yang tinggal serumah atau lingkungan yang memiliki kontak erat dengan penderita harus mendapat imunisasi booster difteri, antibiotik, pemeriksaan apusan hidung dan tenggorokan. Kontak erat yang dimaksud yaitu orang serumah dan sekitar penderita, seruangan dengan penderita dalam waktu lebih dari 4 jam selama 5 hari berturut-turut atau lebih dari 24 jam dalam seminggu.

Difteri dapat dicegah melalui imunisasi. Imunisasi diberikan dalam bentuk DTP (difteri, tetanus, pertusis) sebanyak tiga kali (DPT-1, DPT-2, dan DPT-3) sejak usia 2 bulan dengan jarak pemberian 4-8 minggu. Kemudian dilanjutkan imunisasi ulangan yang diberikan 1 tahun setelah DPT-3 (usia 18-24 bulan), pada saat usia 5 tahun, pada saat kelas 2 SD dan kelas 5 SD.

Dengan melakukan imunisasi diharapkan dapat memberikan kekebalan tubuh sehingga dapat terhindar dari penyakit difteri. Apabila Anda mengalami gejala-gejala penyakit difteri seperti di atas, segera konsultasikan ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.

Ilustrasi bayi/anak/parenting.

Deret Penyakit Berbahaya bagi Bayi, IDAI: Difteri Itu Mematikan

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) soroti angka kematian bayi dan anak yang kondisinya masih terus meresahkan. Kasus kematian tercatat paling tinggi terjadi pada bayi.

img_title
VIVA.co.id
16 Agustus 2023
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.