Perang Ibu Masa Kini

Mommy wars seharusnya berdampak positif
Sumber :
  • vstory

VIVA – Perang mayoritas konotasinya negatif. Begitu juga dengan perang ibu masa kini. Tapi, bukan perang angkat senjata saling bunuh tapi perang mempertahankan pendapat.

Pemanfaatan Maggot Sebagai Pakan Ternak

Sayang pendidikan S2 tapi tidak dipakai kerja. Lebih baik mana diakui sarjana atau lulusan SD? Kutipan di atas mewakili perdebatan dua kubu, ibu bekerja dan ibu yang penuh di rumah. Selain topik itu, nyatanya masih banyak tema lain yang mengundang perdebatan pendapat.

Seperti memberikan ASI atau susu formula, mengizinkan anak divaksin atau tidak, menyediakan Makanan Pendamping ASI (MPASI) instan atau buatan sendiri dan masih banyak lagi.

Hidroponik, Solusi Lahan Sempit di Perkotaan

Masing-masing pendapat memiliki basis garis keras, yang giat memborbardir pihak lawan dengan artikel-artikel pendukung. Tak jarang dibarengi dengan sindiran halus maupun kasar. Kondisi ini mirip dengan perang.

Oleh karena itu, muncul istilah mommy wars atau perang opini antar kubu, biasanya mengenai masalah pengasuhan anak. Istilah ini muncul pertama kali pada 1986 setelah Leslie Morgan Steiner, mengeluarkan buku berjudul Mommy Wars: Stay at home and career moms face off on their choices, their lives, their families.

Bahaya Masker Medis: Ancaman Baru Climate Crisis

Jadi, perdebatan ini ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi di negara lain seperti Amerika Serikat. Jika kita membicarakan mengenai perbedaan metode pengasuhan, para ibu di masa lalu juga mengalaminya.

Namun mengapa di masa lalu tidak terjadi mommy wars seperti masa kini? Tentu saja karena ibu-ibu kita hidup dalam situasi yang berbeda dengan kita sekarang. Isu-isu pengasuhan anak pun tidak sebanyak sekarang.

Dahulu belum muncul dilema menggunakan susu formula atau ASI, menggunakan jasa babysitter atau tidak, kapan usia tepat mengenalkan gadget dan seterusnya. Tentu saja tidak banyak silang pendapat.

Faktor penting lainnya, mengenai sumber pengetahuan dan informasi. Para ibu di masa lalu umumnya memperoleh informasi, ilmu mengasuh anak dari ibunya. Saat akses terhadap buku mulai terbuka, banyak orangtua yang menggali informasi dari sana, namun masalah pengasuhan masih menjadi ranah pribadi.

Sejak ada internet kita mudah memperoleh informasi ilmu pengasuhan anak dari berbagai sumber, lalu menyebarkannya dan memberikan opini kita sendiri. Maka terjadilah mommy wars.

Perang opini atau pertukaran informasi mengenai pola pengasuhan anak bisa dimaknai positif maupun negatif. Secara positif mommy wars bisa menjadi ajang, wahana kritis, berani menyampaikan pendapat dan memicu rasa ingin tahu dan menjadi pendorong untuk memperluas pengetahuan kita.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.