Anggota Komisi IV DPR RI Minta Pemerintah Atur Segmentasi Pasar

- vstory
VIVA – Persoalan kebijakan di hulu dan hilir yang belum terselesaikan menjadikan industri perunggasan ayam potong dan petelur dalam negeri melemah. Salah satu persoalannya adalah peternak mandiri harus menghadapi intregrator raksasa.
Anggota Komisi IV DPR RI Budhy Setiawan mengatakan peternak mandiri dengan modal seadanya harus melawan integrator yang mempunyai teknologi yang modern dan modal besar. Di pasar tradisional produk ayam hidup dari peternak mandiri hanya menguasai 20 persen, sebab persaingan bisnis.
Menurutnya, permasalahan pakan yang melonjak tinggi dan bibit ayam (DOC), masih menjadi persoalan di hulu hingga saat ini. Kini, sebab kelangkaan jagung, harga produksi jagung berkisar Rp2.500-3.000 per kg, sementara di pasaran bisa mencapai Rp5.900. Persoalan semakin kompleks seiring Kementerian Pertanian (Kementan) tidak mau impor dengan dalih dalam negeri bisa memproduksi sendiri.
Ia menambahkan, Kementan harus mengizinkan koperasi-koperasi untuk impor guna menekan kelangkaan jagung dalam negeri. Pasalnya, jagung mempengaruhi kualitas produk terutama ayam petelur.
“Sebab Kementan tidak menjalankan kebijakan dengan baik membuat nasib peternak mandiri semakin tidak menentu,” ujar Budhy.
Keadaan itu diperparah saat integrator menggeluti bidang budidaya dan memasarkan produknya di pasar tradisional, “Bila bersaing, tentu peternak mandiri kalah,” ucap politisi Golkar itu.
Integrator seharusnya mengambil pasar global, sedangkan pasar tradisional menjadi basisnya peternak mandiri. Budhy menyarakan pasar retail modern, katering besar, restoran, hotel serta ekspor menjadi pasar bagi integrator.