- vstory
VIVA – Pada suatu hari di dalam kelas “Sekian untuk pembelajaran kita hari ini. Apakah ada pertanyaan?” ujar sang Guru sambil merapikan buku-bukunya. Keadaan kelas pun menjadi hening, namun para murid saling melirik satu sama lain hingga seorang gadis cantik dengan jepitan rambut bersuara dari bangku terdepan sambil mengangkat tangannya.
“Maaf, Bu! Tugas minggu lalu belum diperiksa” ucapnya. Sebagian besar murid di ke.las terlihat cukup tercengang dengan pernyataan yang tiba-tiba itu, beberapa lainnya terdengar menggerutu dan salah satunya berkata “ Dasar caper!”
MENCARI PERHATIAN
Caper merupakan akronim dari mencari perhatian, sebuah proses dimana seseorang berusaha mendapatkan perhatian orang lain. Setiap manusia pasti ingin dicintai, diperhatikan bahkan diprioritaskan.
Loved dalam psikologi merupakan sebuah komponen dalam hierarki kebutuhan yang dicetuskan oleh Abraham Maslow, artinya untuk mencapai tingkat tertinggi yaitu aktualisasi diri secara menyeluruh, manusia perlu mememenuhi tingkat kebutuhan sebelumnya.
Mencari perhatian merupakan langkah dalam mendapatkan aktualisasi diri dan eksistensi. Menurut Sarwono (2010, h. 32) Manusia harus dilihat sebagai totalitas yang unik, yang mengandung semua aspek dalam dirinya dan selalu berproses untuk menjadi dirinya senidiri.
Manusia Selalu Eksis
E. Cassier menyatakan: “Manusia adalah makhlus simbolis” (dalam Sarwono, 2010, h. 41). Manusia dengan keberadaan dan kesadarannya memiliki intensional untuk hidup dan bersosial, manusia dapat berperan aktif dalam kehidupannya, bahkan dalam keadaan tersulit pun manusia dengan intensionalnya itu dapat berkehendak semaunya.
Hidup tidak memiliki makna sama sekali sampai kita memberinya makna denganmembuat pilihan maka keakuan manusia berpengaruh besar dalam kehidupan. Menurut faham filsafat eksistensialisme (dalam Sarwono, 2010, h. 42): “Manusia adalah eksistensi”. Manusia tidak hanya ada atau berada di dunia ini, tetapi secara aktif “mengada”.
Tercela
Kata “Caper” pasti sudah tidak asing lagi di telinga kita apalagi para remaja. Caper dijastifikasikan sebagai perilaku dimana seseorang bersikap berbeda dari mayoritas untuk mendapatkan eksistensi.
Hal ini biasa terjadi ketika seseorang tidak menyetujui hasil dominasi dan merugikan mayoritas. Bagaimanapun juga, manusia tidak ada yang mau dirugikan, selalu ingin mendapatkan kebahagiaan serta keluar dari penderitaan seperti kutipan Thommas Hobbes yang terkenal “Kita semua pada dasarnya egois” (Warbuton, 2011, h. 57)
Tidak Apa-apa
Menunjukan eksistensi bukanlah kesalahan, hal itu memang kodrat manusia; Menjadi berbeda dari mayoritas pun bukan hal yang buruk selama tetap menuju kebenaran; Mencari perhatian wajar saja selama tidak merugikan orang lain.
Manusia memiliki caranya sendiri untuk mencapai tingkat aktualisasi diri dan eksistensi. Maka, menurut Achmadi (2013, h. 127) upaya untuk menjadi miliknya itu manusia harus berbuat menjadikan—merencanakan, yang berdasar pada pengalaman konkret.
Manusia memiliki caranya sendiri untuk bereksistensi, manusia tidak bisa menjastifikasi suatu kebenaran secara mutlak karena kebenaran akan terus dikembangkan dan disempurnakan oleh waktu.
Dunia ini multiperspektif, hal-hal yang kita lihat buruk atau menyebalkan saat ini, bisa saja menjadi bermanfaat di perspektif lain. Berpikir positif dan pahamilah lingkungan sekitar.