Kilas Balik 2020: Momentum Refleksi Diri Individu dan Umat

dua ribu dua puluh, kilas balik, ummat
Sumber :
  • vstory

VIVA – Januari, Februari, Pandemi, Desember. Begitu cuitan salah satu netizen di media sosial. seolah menyuarakkan bahwa akhir tahun telah tiba dan tidak terasa orang-orang telah melewati tahun ini dengan penuh duka cita.

Pemkot Tangsel Raih Opini WTP 12 Kali Berturut, Benyamin: Kami Selalu Bertekad Pertahankannya

Ya, dua ribu dua puluh dapat disebut sebagai tahun yang berat. Berbagai ujian melanda di berbagai lini kehidupan, membuat sesak banyak kalangan, tidak hanya si miskin yang menderita namun si kaya cukup buat tak bergeming menyaksikan roda kehidupan. miris melihat pemberitaan berbagai media yang pada beberapa waktu membuat tidak penuh semangat.

Belum selesai masalah corona dan turunannya dalam aspek penurunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, kasus korupsi semakin mencuat ke permukaan, rasanya pengusutan kasus korupsi sebelum pandemic belum berakhir, masalah baru dan lebih besar muncul kembali.

Pemkab OKU Timur Sabet Opini WTP ke-12, Bupati Lanosin: Alhamdulillah

Rakyat dibuat terheran-heran atas tingkah beberapa menteri di kabinet melakukan kegiatan yang mendzalimi. Di saat kesengsaraan yang menjepit, menghidupi diri dengan kebahagiaan di atas penderitaan tidak etis dilakukan oleh mereka yang nyatanya berjanji tuk mengayomi.

Walhasil, kepercayaan di antara rakyat terhadap pemimpinnya lambat laun terputus hingga mungkin pada beberapa tahun ke depan menghilang, menyisakan bekas bahwa seakan suara rakyat sebagai batu loncatan melanggengkan kedzaliman.

Amicus Curiae Cuma Terakhir untuk Bentuk Opini dan Pengaruhi Hakim MK, Menurut Pengamat

Di satu sisi masih banyak rakyat yang belum sadar akan berbagai kerusakan yang terjadi, di sisi lain beberapa telah sadar dan berusaha menyuarakan kedzaliman dan ketidakadilan yang terjadi. Meski lantang bersuara akan kebenaran, nyatanya banyak di antara mereka yang dibungkam, difitnah bahkan dihilangkan nyawa. 

Di tengah derasnya arus kemaksiatan dan kezaliman yang nyata menampakkan diri di permukaan, barisan orang-orang yang terus mensyiarkan kebenaran semakin rapat, berbagai cara dilakukan baik melalui media sosial maupun interaksi secara langsung agar umat semakin sadar dan turut ikut berjuang menggapai kemenangan.  

Melihat berbagai kezaliman yang tak kunjung usai di antara manusia penulis mengingat hadist Rasulullah salallahu alaihi wassalam yang pernah bersabda bahwa Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi).

Hadist ini menunjukkan bahwa ada zaman yang kemudian orang orang bertakwa seakan hendak melepas diri dari agamanya seperti menggenggam bara api yang sulit untuk dipegang saking panasnya.

Hal ini berkorelasi dengan kondisi saat ini yang cenderung membuat orang-orang bertakwa pun tertatih dalam kesungguhannya memegang agamanya saking banyaknya kemaksiatan, hadirnya banyak orang munafik nan fasik pun kedzaliman terus hadir tak henti-hentinya.

Orang-orang yang bertakwa di antaranya diuji dengan berbagai ujian kehidupan ini, maka barangsiapa yang berhasil melewati penyaringan di tengah hembusan angina kencang yang mengguncang, maka ialah mereka yang berhasil menggapai kemenangan.

Sangat sulit memang menjalani ujian ini, apabila ingin menengok perjuangan Rasulullah saat pertama kali berdakwah di Mekkah begitu banyak hujatan dan fitnaan pun menerpa dirinya, maka hal ini hanya berbeda ruang dan waktu saja, para pengikut kebathilan selalu hadir di setiap zaman, pun pengikut kebenaran tak pernah ada putusnya, senantiasa meneruskan perjuangan dan tongkat dakwah estafet demi melihat dunia makmur sentosa, berjalan sesuai porosnya mengikuti fitrah penciptaanya. 

dengan berbagai problematika ini, maka sudah menjadi refleksi akhir tahun kita sebagai ummat manusia yang pada dasarnya menginginkan kedamaian untuk terus memperbaiki diri dan menggenggam kebenaran, mengembalikan segala sesuatu sesuai tempatnya, baik pada tatanan perbaikan individu ataupun masyarakatnya.

Langkah yang dapat dicapai adalah dengan membumikan islam sebagai pandangan hidup dan sistem berkehidupan. Menjadikan aturan Allah sang Maha Pencipta sebagai aturan tertinggi mengatur segala problematika hidup, tidak peduli suka ataupun tidak suka karena semata menerapkannya sebagai wujud ketaatan sebagai makhluk dihadapan pemilik semesta. 

Islam yang tidak hanya sebagai sekedar agama spiritual juga sebagai pandangan hidup adalah aturan yang hadir untuk menunjukkan kesesuaian ekspektasi dan realita, mengisi jiwa yang hampa akan kekosongan, serta menyembuhkan luka yang terus menganga di tiap diri individu hingga keseluruhan masyarakat yang menjadikannya sebagai pedoman.

Mewujudkannya diperlukan peran negara serta diterapkannya sebagai sebuah sistem di bawah satu institusi resmi, dengan demikian, satu aturan, perasaan, dan pemikiran kan sejalan sehingga tidak menimbulkan berbagai chaos atas dorongan hawa nafsu dan kelalaian akal dalam melahirkan aturan yang sama sekali bertentangan dengan Sang pengatur, yakni Allah subhanahu wa taala.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.