Menuju Republik Indonesia: Mengenang 73 Tahun Terbunuhnya Tan Malaka

Dokpri. Tan Malaka dalam berbagai literasi
Sumber :
  • vstory

VIVA – Tanggal 21 Februari, diketahui sebagai waktu Tan Malaka gugur dalam perjuangan. Ia adalah salah seorang pahlawan bangsa yang dianggap ikonik bagi sejarah Indonesia, khususnya pada masa revolusi fisik hingga masa mempertahankan kemederakaan.

Terbitkan SE THR Keagamaan 2024, Kemnaker Imbau Perusahaan Berikan THR ke Ojol dan Kurir Logistik

Seorang tokoh kontroversial yang kontribusinya tidak main-main. Dalam kancah internasional ataupun nasional. Selama perjuangannya di luar negeri, Tan Malaka adalah sosok yang paling vokal menyuarakan upaya kemerdekaan Indonesia. Tentu agar mendapatkan simpati internasional.

Lain ketika Tan Malaka kembali ke Indonesia, ia dihadapkan dalam dua polemik perjuangan bangsa. Antara strategi diplomasi atau dengan mengangkat senjata. Hal itu direalisasikan dengan mendirikan Persatuan Perjuangan yang mendapat dukungan dari Jenderal Soedirman hingga Bung Tomo.

Surya Paloh Temui Prabowo di Kertanegara, Nasdem Jadi Gabung Koalisi?

Kesatuan laskar bersenjata yang kala itu dipimpin oleh Dr. Moewardi, Barisan Banteng, adalah salah satu elemen bersenjata yang senantiasa mendukungnya. Terlebih ketika terjadinya upaya kudeta yang dilakukan oleh PKI-Musso pada tahun 1948.

Tan Malaka bersama pengikutnya adalah barisan terdepan dalam meredam aksi anarkis PKI di Madiun. Bersama Divisi Siliwangi, Barisan Banteng berhasil memadamkan kudeta yang dipimpin oleh Musso bersama Amir Syarifuddin.

Terungkap, Arti Nama Anak Perempuan Dude Harlino dan Alyssa Soebandono

Walau pada akhirnya, Tan Malaka ditangkap oleh pasukan-pasukan yang menentang konsep perjuangannya. Hal ini dijelaskan dalam buku Harry A. Poeze, Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia. Baik data dan fakta diungkapkan secara rinci pada buku tersebut. Selain dari dukungan saksi-saksi di lapangan.

Desa Selopanggung adalah saksi bisu, akhir dari perjuangannya menjaga kemerdekaan Indonesia dari segala ancaman. Maka wajar, apabila Bung Karno kemudian mengangkat dirinya sebagai pahlawan nasional.

Bukan mengenai latar belakang ideologinya, melainkan dari upaya dan perjuangannya dalam kemerdekaan bangsa. Pada akhirnya tentu kembali kepada pribadi kita masing-masing dalam melihat realitas sejarah yang sarat akan rangkaian dan peristiwa. Tidak dapat berdiri sendiri sesuai dengan hati khalayak.

Semoga, apa yang telah menjadi catatan sejarah bangsa, tidak serta merta dilupakan oleh generasi saat ini. Tentu ada hikmah dibalik semua peristiwa yang telah terjadi, tinggal bagaimana kita mencermati dan menghayati khasanah sejarah bangsa ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.