Peta Koalisi Pilpres Pasca Deklarasi Ganjar Pranowo

Prabowo-Airlangga
Sumber :
  • vstory

VIVA – Deklarasi Ganjar Pranowo sebagai Capres dari PDIP membuat eskalasi politik menjelang 2024 semakin memanas. Keputusan Megawati ini, merubah peta koalisi yang selama ini sudah terbentuk. Satu hari setelah deklarasi yang bertepatan dengan hari Lebaran, Prabowo terbang ke Solo menemui Presiden Jokowi.

Debat Pilpres telah Berakhir, Siapa Penentu Terakhir?

Tidak lama setelah itu, Prabowo bersilaturahim dengan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto dan Tokoh Golkar Abu Rizal Bakrie. Tanggal 23 April 2023, giliran Sandiaga Uno yang menyatakan mundur sebagai kader Gerindra dan kemungkinan akan bergabung dengan PPP. Dan PPP akhirnya pada 26 April 2023, mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai Capres. Dinamika yang berjalan cepat ini, menandakan hal apakah gerangan?

Ada sejumlah perubahan peta koalisi yang terjadi pasca pendeklarasian Ganjar Pranowo. 

Analisis Komunikasi Politik dalam Rencana Pertemuan Prabowo dengan Megawati

Perubahan akan terjadi pada Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Golkar, PAN, PPP. Bisa dipastikan KIB sudah bubar. Pasalnya, Pada 26 April 2023, PPP telah resmi mencalonkan Ganjar Pranowo sebagai Capres. Langkah PPP ini secara otomatis membuat PPP tidak lagi ada di dalam koalisi KIB. Keputusan PPP ini jelas membuat Golkar sebagai inisiator KIB sangat terganggu. Adapun PAN, kemungkinan besar akan mengikuti langkah PPP untuk turut mencalonkan Ganjar Pranowo sebagai Capresnya.

Dengan bergabungnya PPP dan PAN ke dalam barisan PDIP, maka Ganjar Pranowo memiliki dua opsi Cawapres. Yakni, Sandiaga Uno yang akan dicalonkan dari PPP, atau Erick Thohir yang mewakili afiliasi PAN. Di koalisi ini, pasangan yang bisa lahir yaitu Ganjar-Sandi atau Ganjar-Erick.

Musra dan Pesan Perlawanan Presiden Jokowi

Dari kedua opsi ini, duet Ganjar-Sandi berpeluang lebih besar dibandingkan dengan Ganjar-Erick disebabkan adanya pengalaman sikap penolakan PDIP terkait kontingen Isarel dalam World Cup U-20 yang dikomandoi oleh Erick Thohir. Dari pengalaman tersebut, setidaknya kita bisa membaca siapa yang tidak disukai oleh PDIP.

Perubahan berikutnya akan terjadi pada sikap politik Golkar. Sikap PPP yang telah mencalonkan Ganjar Pranowo sebagai Capres dan kemungkinan besar akan diikuti PAN, membuat Golkar juga harus mengatur ulang Kompas politiknya. Tapi, kecil kemungkinan untuk bergabung dengan koalisi PDIP. Golkar dengan tokoh sentral Airlangga Hartarto tentu tidak mau hanya sekadar menjadi penggembira. Karenanya, Golkar akan sampai titik darah terakhir akan berjuang menempatkan tokohnya sebagai minimal Cawapres. Untuk skenario ini, jalannya cukup terbuka ketika Golkar berkoalisi bersama Gerindra dan PKB yang telah resmi mengusung Prabowo Subianto sebagai Capres.

Masuknya Golkar ke dalam koalisi Gerindra dan PKB tidak akan terlalu menganggu keseimbangan di dalam koalisi tersebut. Bagi PKB, meski sudah lebih awal menjalin koalisi dengan Gerindra, tapi belum ada kesepakatan yang tegas bahwa Cak Imin akan menjadi cawapresnya. Kesepakatan yang muncul adalah posisi Cawapres, akan ditentukan oleh Cak Imin bersama Prabowo Subianto.

Artinya, masih sangat mungkin sekali Cak Imin menyerahkan tiket Cawapres yang saat ini dipegang PKB kepada Golkar dengan catatan jika insentif yang ditawarkan Golkar kepada PKB sesuai. Namun demikian, berdasarkan informasi internal Gerindra, Prabowo juga sangat tertarik untuk dipasangkan dengan Erick Thohir, meski Erick tidak membawa gerbong parpol manapun. Ini pun dengan catatan Erick Thohir mampu menawarkan insentif yang memuaskan untuk PKB dan Golkar.

Ada wacana yang cukup kuat untuk memasangkan Ganjar-Prabowo atau Prabowo-Ganjar. Di atas kertas jaminan menang untuk pasangan ini sangat besar. Namun, dilihat dari fakta survei di mana keduanya memiliki elektabilitas yang tidak jauh berbeda, sulit bagi Prabowo dan Ganjar untuk mau mengalah ditempatkan sebagai Cawapres.

Kecuali, jika dalam 5 bulan ke depan, elektabilitas salah satunya mengalami peningkatan yang sangat signifikan meninggalkan pesaingnya. Jika demikian, sangat mungkin salah satunya bersedia mengalah sebagai Cawapres. Namun, sepertinya situasi tersebut kecil peluangnya.

Dengan kondisi yang demikian, kemungkinan besar dalam Pilpres 2024 nanti akan lahir 3 pasangan calon presiden dan wakil presiden, yaitu Ganjar Pranowo-Sandiaga Uno/Erick Thohir, Prabowo Subianto-Airlangga Hartarto/Erick Thohir, Anies Baswedan-Agus Harimurti Yudhoyono.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.