Mengenal Sejarah Wayang Beber, Wayang Pertama di Indonesia

Wayang Beber Gelaran Gunung Kidul Yogyakarta
Sumber :
  • vstory

VIVA – Tidak banyak orang yang tahu apa itu wayang beber. Seperti namanya yaitu “Beber” atau dalam bahasa Jawa artinya "mengisahkan", maka wayang beber adalah kisah yang dikisahkan pada masyarakat. Sebelumnya kisah-kisah ini tergambar pada relief candi. Kemudian pada masa kerajaan Jenggala, cerita pada relief tersebut dilukiskan pada daun lontar.

Wayang Potehi: A Hybrid Symbol of Indonesian Diversity

HIngga ketika raja Jenggala memindahkan pusat pemerintahannya ke Padjajaran pada tahun 1244 M, wayang beber ini dilukis pada kertas yang terbuat dari kulit kayu. Kertas ini disebut dengan kertas gedog, karena proses pembuatannya dengan cara digedok atau dipukul-pukul dengan menggunakan alat berupa tembaga.

Wayang beber terdiri dari gulungan kertas kulit kayu yang memiliki pegangan di kedua sisinya. Setiap gulungan terdiri dari 4 adegan. Setiap kali selesai menceritakan satu adegan, maka dalang akan menggulung adegan yang satu dan membuka adegan berikutnya. Hingga kini kesenian wayang beber masih berkembang terutama di daerah Gunung KIdul Yogyakarta dan di Pacitan Jawa Timur.

Pemeran Wayang Orang Tokoh Semar Meninggal usai Menyambut Ganjar-Mahfud

Di dua daerah inilah hingga saat ini masih tersimpan wayang beber asli yang dibuat pada zaman kerajaan Mataram Islam sekitar abad 17. Wayang beber ini kondisinya sudah tidak bisa lagi dipentaskan karena kertasnya sudah rapuh dan hampir rusak.

Oleh karena itu, pembuatan duplikat wayang beber asli ini sudah dilakukan sejak beberapa tahun yang lalu. Duplikat inilah yang digunakan untuk pentas wayang beber. Kisah yang dimainkan adalah tentang Ki Remeng Mangun Joyo di Gunung Kidul dan Joko Kembang Kuning di Pacitan.

Jasad Pria di Gorong-Gorong Gambir Ditemukan Tanpa Busana, Ada Tato Wayang di Tangan
Desa Kartun Sidareja, Purbalingga, Jawa Tengah.

Mau Rasakan Hidup di Desa Menggembala Kambing Hingga Ambil Air Nira? Di Sini Tempatnya

Pada siang hari pengunjung desa akan mengikuti kegiatan keseharian warga seperti membuat gula jawa dan makanan tradisional, menggembala kambing, hingga mengambil air nira

img_title
VIVA.co.id
25 Maret 2024
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.