- VIVA/M Ali Wafa
Sekaligus menghapus berlakunya rapid sebelumnya. Ini terbukti di Bandara Internasional Soekarno Hatta Jakarta dan Sultan Hasanuddin Makassar. Dua contoh bandara yang dikelola Angkasa Pura. Dampaknya tentu banyak yang ketinggalan pesawat, karena harus antre 1 jam untuk melakukan rapid dengan hidung dicolok-colok itu.
Praktis tiket sudah hangus, bayar rapid lagi ratusan ribu. Tak ada kompensasi. Ini dia pengalaman saya, sekaligus pengalaman penumpang lainnya, terbang dengan kerepotan yang luar biasa di mana Jakarta - Makassar. Begitu juga sebaliknya Makassar - Jakarta.
Andai tidak ada keperluan penting ke Makassar, di mana ayahanda meninggal dunia dan harus menghadiri acara pemakaman beliau, mungkin lebih baik "work from home". Diam di rumah agar jauh dari ancaman wabah penyakit. Tentu tak mungkin. Inilah kesempatan terakhir untuk bisa melihat jenazah orang yang dicintai. Tapi, di tengah rakyat yang sudah lemas terpapar virus pandemi, masih saja ada aturan baru yang membebani rakyat. Kemana wakil rakyat? ada di mana pemimpin hasil pilihan rakyat?