Nasib 900 Pencari Suaka di Australia di Ujung Tanduk

Pasukan Australia halau kapal para imigran ilegal dekat Pulau Christmas.
Sumber :
  • REUTERS/Australian Department of Defence

VIVA.co.id – Menteri Imigrasi Australia Petter Dutton mengatakan, nasib  900 orang yang ditahan di pusat penahanan para pencari suaka di Papua Nugini akan terjawab dalam beberapa bulan ke depan. Pasalnya, Pemerintah Papua Nugini mengatakan pihaknya berencana menutup pusat penahanan di Pulau Manus setelah Mahkamah Agung memutuskan tempat itu melanggar hukum.

5 Mitos Tentang Masturbasi, Benarkah Bisa Hilangkan Keperawanan?

"Resolusi dari pembicaraan dengan Papua Nugini pekan lalu membutuhkan beberapa bulan. Kami akan terus berdiskusi hal-hal detail lainnya dengan Papua Nugini," kata Dutton seperti dilansir dari laman Reuters, Senin, 9 Mei 2016.

Ia menegaskan, mereka yang ditahan, termasuk para pencari suaka dari Iran, Suriah dan Afghanistan, tidak akan bisa masuk dan tinggal di Australia. "Namun, jadwal penyelesaian masalah ini secara hukum akan dipercepat. Setiap tahanan mendapatkan pengacara dalam setiap pengadilan untuk memperjuangkan kebebasan mereka," kata Dutton.

Kasus DBD Naik, PPDI Minta Perempuan RI Ikut Donor Darah

Walaupun jumlah pencari suaka ke Australia tidak sebesar mereka yang datang ke wilayah Eropa, namun masalah ini menjadi salah satu pembicaraan utama dalam kampanye politik yang juga terkait dengan kebijakan "stop the boats.”

Di bawah ketatnya kebijakan imigrasi Australia, upaya para pencari suaka untuk mencapai Australia sering kali dihentikan. Mereka yang ditangkap lalu dikirim ke pusat penahanan di Pulau Manus, Papua Nugini dan juga Pulau Nauru.

Mayat Bayi Ditemukan Terbungkus Kardus di Tanah Abang, Diduga Dibuang Sang Ayah.
Kamp detensi imigran pencari suaka di Pulau Manus, Papua Nugini

Pencari Suaka Iran Bakar Diri di Kemah Penahanan Australia

Ia akhirnya meninggal dunia setelah mengalami luka bakar parah.

img_title
VIVA.co.id
29 April 2016