Rustriningsih: Apa Benar Saya Masih Dibutuhkan PDIP?

Rustriningsih
Sumber :
  • VIVAnews/Puspita Dewi

VIVAnews – Antrean tamu yang hendak memasuki ruang utama di rumah bergaya arsitektur Indische--perpaduan gaya Eropa dan Jawa--di Jalan Rinjani Nomor 1 Semarang, semakin siang semakin bertambah. Tamu yang berkunjung ke rumah Wakil Gubernur Rustriningsih itu dari segala lapisan, mulai dari warga biasa, kaum difabel, petani, aktivis, hingga tokoh nasional.

Di antara para tamu itu, bahkan ada yang tak pulang-pulang demi menunggu giliran bertemu Rustriningsih yang baru saja terdepak dari pencalonan gubernur Jawa Tengah. Dia tidak mendapat rekomendasi dari partainya sendiri, PDI Perjuangan. Banjir simpati dari warga masyarakat dan tokoh-tokoh senior PDIP itu membuat Rustri bahagia sekaligus sedih.

“Saya merasa sedih. Tapi, apapun, saya adalah Wakil Gubernur Jawa Tengah. Meski saya tak diberi ruang untuk mencoba gagasan saya dalam menyejahterakan masyarakat, namun saya punya tugas dan kewajiban yang harus saya tuntaskan hingga Agustus nanti. Di sisi lain, saya juga harus menemui, memberi pengertian, dan memberi semangat masyarakat yang terang-terangan mengaku sebagai pendukung saya,” kata Rustri.

Menghadapi antrean panjang tamu di rumahnya, Rustriningsih mengelompokkan tamu-tamu itu karena ia tak bisa menemui mereka satu per satu. Saat menjalankan tugas sebagai Wakil Gubernur, dia tetap menyempatkan diri menyapa para tamunya.

“Mohon maaf harus menunggu, namun saya juga harus menghadiri acara kedinasan di tempat lain. Jadi saya harap Bapak, Ibu, dan teman-teman bersedia sabar menunggu saya,” kata Rustriningsih kepada para tamunya, Senin 11 Maret 2013.

Ketika Rustri berangkat dinas, semua tamunya ikut mengantar dia hingga ke mobil dinasnya, Toyota Camry 2.500 cc dengan nomor polisi H 5. Baru setelah mobil itu menghilang di tikungan jalan, para tamu berangsur-angsur kembali ke sejumlah tempat yang biasa digunakan untuk menunggu Rustri pulang.

Salah satu ajudan Rustri, Farid Aly, mengungkapkan Rustriningsih biasanya di dalam mobil sibuk membalas SMS dari para pendukungnya yang kecewa. Bahkan, sehari setelah Rustriningsih menyatakan tidak ikut dalam kontestasi Pilkada Jateng, SIM card di ponselnya dilepas dan dihubungkan dengan komputer agar ponselnya tidak hang karena kebanjiran SMS.

“SMS itu kemudian di-print dan diserahkan pada Ibu. Setelah dijawab satu per satu dengan tulisan tangan, para staf lantas membalasnya sesuai catatan Ibu. Baru setelah itu SIM card dikembalikan ke ponsel, dan Ibu bisa membalas sendiri,” kata Farid.

Integritas

Meskipun tidak ikut dalam Pilgub Jateng, Rustriningsih terlihat santai. Menurutnya, keputusan tidak ikut Pilkada melalui partai lain ia tetapkan setelah matang pertimbangkan.

Ini Alasan Nathan Tjoe-A-On tak Ambil Penalti saat Timnas Indonesia Tekuk Korea Selatan

“Keputusan itu bukan melulu soal loyalitas kepada PDIP. Saya akui, banyak partai medioker yang hendak mengusung saya. Namun saya harus menunjukkan integritas saya. Saya menolak diusung karena mereka hanya bersedia mengusung dengan embel-embel tertentu. Mulai dari minta wakil (untuk dipasangkan dengan Rustri), minta dana pemenangan, dan lain-lain. Bagaimana mungkin bisa idealis jika untuk meraihnya harus kompromi dengan pragmatisme? Jadi penolakan saya bukan semata-mata membuktikan loyalitas kepada partai, namun juga loyalitas kepada integritas. Tak mungkin saya mengkhianati kepercayaan masyarakat dengan bersikap pragmatis,” kata Rustri.

Rustriningsih mengatakan, baginya integritas adalah harga mati. Jika hendak menolak korupsi, dirinya harus benar-benar menjauhi sikap korupsi. Pragmatisme partai politik, menurut Rustri, disebabkan karena rendahnya integritas pada diri masing-masing individu.

“Integritas itu nilai kebenaran universal yang diyakini dan dijalani diri sendiri, sedangkan kejujuran adalah kebenaran universal yang sudah dijalani itu namun berhubungan dengan orang lain,” kata Rustri.

Kini setelah tak mendapat rekomendasi dari PDIP, keseharian Rustri diisi dengan menemui tamu, memberi semangat kepada mereka, membalas SMS, menerima telepon, dan mengasuh anak-anak. “Itu saya lakukan di sela-sela tugas kedinasan sebagai Wakil Gubernur,” kata dia.

Tugas kedinasan Rustri pun kini menyempit seiring panasnya persaingan antara Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo dan Sekretaris Daerah Jawa Tengah Hadi Prabowo memperebutkan kursi gubernur. “Banyak acara yang seharusnya saya juga bisa handle ternyata tidak didisposisikan ke saya. Sampai ada tabrakan acara, saya tetap tidak dilibatkan,” kata dia.

Kini Rustri sudah tak memiliki peluang menjadi Gubernur Jawa Tengah. Namun ia mengatakan akan tetap merawat jaringan yang sudah dibentuknya sejak 27 tahun lalu. Meskipun masih merahasiakan langkah politiknya, Rustriningsih mengisyaratkan hendak keluar dari PDIP.

“Saya masih melakukan evaluasi diri, apa benar saya masih dibutuhkan PDIP. Saya juga masih mengevaluasi, apakah benar saya dibutuhkan masyarakat. Namun mereka yang masuk dalam jaringan saya, insya Allah akan saya rawat tali silaturahminya karena berjumlah lebih dari enam juta orang,” kata Rustri. (kd)

Dupa dan kemenyan saat misa di Gereja Katedral Ruteng

Pastor Keuskupan Ruteng Menghilang Usai Ketahuan Berduaan dengan Istri Orang

Seorang imam Katolik Keuskupan Ruteng yang bertugas di  Manggarai Timur,  Nusa Tenggara Timur (NTT) dikabarkan menghilang usai tertangkap basah sedang berduaan.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024