Di NTT, Warga yang Berobat Harus Bawa Air Bersih Sendiri

Warga desa di Nusa Tenggara Timur mengalami krisis air bersih selama delapan tahun terakhir. Untuk bertahan hidup, warga mengumpulkan air dari kubangan, Jumat (15/4/2016)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Tofik Koban

VIVA.co.id – Sudah dua tahun ini krisis air bersih menjadi masalah besar di sejumlah tempat layanan medis di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.

Prabowo-Gibran Komitmen Swasembada Air, TKN: Krisis Air Bersih Juga Ancaman Pertahanan

Salah satunya dialami oleh Puskesmas di Kecamatan Mapitara Sikka. Tidak adanya air bersih di pusat layanan kesehatan ini selain memaksa pasien membawa air bersih sendiri, juga membuat petugas medis harus ikut berebutan air dengan warga.

"Kami harus antre berjam-jam untuk dapat air bagi Puskesmas di sini. Dan tak jarang sampai berebut dengan warga," kata Mirna, seorang bidan desa di Puskesmas Mapitara Sikka, Minggu, 16 Oktober 2016.

Kemarau Panjang, Pakar Sebut Krisis Air Bersih Rentan Melanda Indonesia

Air bersih itu, kata Mirna, adalah air yang mereka gunakan untuk membantu penanganan pengobatan pasien mereka. Karena itu selama ini, mereka selalu mengharuskan warga setempat yang berobat dan menginap untuk membawa air bersih.

"Sudah dua tahun seperti ini terus. Pangkal masalahnya ini karena tidak ada pipanisasi yang mengalirkan air bersih," kata Mirna.

Waduh! Warga Jombang Krisis Air Bersih, Terpaksa Jalan Jauh Ambil di Sungai

Yuven, salah seorang keluarga pasien pun mengeluhkan hal serupa. Tidak adanya akses air bersih tersebut membuat mereka kesulitan berobat. "Ya mau tak mau bawa air dari rumah. Di puskesmas air sedikit pun tidak ada," katanya.

Karena itu, ia berharap agar ada perhatian pemerintah mengenai kondisi itu. "Pemerintah tolonglah dibantu. Tidak adanya air bersih ini benar-benar merepotkan kami dan puskesmas," kata Yuven.

Tofik Koban/NTT

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya