Chairul Tanjung Beli Garuda, Siapa Untung?

PM Inggris David Cameron Tinjau Pesawat Garuda Indonesia
Sumber :
  • ANTARA/Rosa Panggabean

VIVAnews - Sekitar setahun lalu, PT Garuda Indonesia Tbk, resmi mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia. Saat itu, 11 Februari 2011, maskapai pelat merah tersebut mencatatkan 22,6 miliar saham dengan harga perdana Rp750 per unit.

Namun, pada transaksi perdana itu, harga saham Garuda seolah enggan terbang. Saham dengan kode perdagangan GIAA itu akhirnya ditutup melemah Rp130 (17,33 persen) ke level Rp620 per unit. Padahal, saat itu, indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak positif, menguat 18,12 poin (0,53 persen) ke level 3.391,76.

Kini, setelah setahun lebih, saham Garuda kembali diperbincangkan publik. Bukan terkait harga sahamnya yang naik tinggi atau sebaliknya, tapi terkait aksi korporasi tiga penjamin pelaksana emisi yang mengatur proses penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham Garuda. Mereka berniat melepas kepemilikan saham maskapai itu yang sudah dipegang setahun lebih itu.

Tiga penjamin emisi itu, PT Mandiri Sekuritas, PT Bahana Securities, dan PT Danareksa Sekuritas, dikabarkan akan melepas saham Garuda pada harga Rp620. Harga tersebut terdiskon sekitar 17,3 persen dari saat IPO sebesar Rp750 per unit. Namun, harga itu sama dengan saat penutupan perdagangan hari pertama di BEI di level Rp620 per unit.

Tiga perusahaan sekuritas BUMN itu kini menguasai 2,4 miliar saham atau 10,88 persen saham Garuda. Komposisinya, Bahana dan Danareksa menguasai lebih dari 900 juta saham, sedangkan Mandiri Sekuritas sekitar 400 juta saham.

Ketiga penjamin pelaksana emisi itu telah menyatakan kesanggupan penuh (full commitment) untuk membeli sisa saham Garuda yang ditawarkan dan tidak habis terjual saat IPO.

Garuda dalam proses penawaran umum perdana saham (IPO) menawarkan 6,33 miliar saham atau sebesar 27,98 persen dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah penawaran umum.

Tapi, dalam proses IPO, hanya sekitar 52,5 persen atau 3,32 miliar saham yang terserap pasar. Untuk itu, sisanya sekitar 47,5 persen atau 3,008 miliar saham harus diserap tiga penjamin pelaksana emisi itu.

Rampung akhir April

Wakil Ketua KPK Dilaporkan ke Dewas Terkait Pelanggaran Etik

Saat ini, proses pelepasan saham Garuda itu tengah berlangsung. Kementerian Badan Usaha Milik Negara berharap sudah ada calon pembeli saham maskapai pelat merah yang dikuasai tiga sekuritas BUMN itu akhir bulan ini.

"Akhir April, diharapkan sudah ada harganya, sudah ada investornya. Sudah deal," kata Deputi Bidang Usaha Jasa Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Parikesit Suprapto, ketika ditemui di kantornya, Jakarta.

Tiga sekuritas BUMN itu telah menunjuk Morgan Stanley sebagai penasihat keuangan. Institusi keuangan asing tersebut yang bertugas menawarkan saham Garuda kepada calon investor.

"Morgan Stanley sudah menawarkan ke mana-mana, nggak hanya kepada lima pengusaha," ujar dia.

Kendati demikian, Parikesit tidak mengetahui informasi terbaru yang beredar, bahwa yang berminat ternyata hanya satu pengusaha nasional. Dia hanya memastikan, Morgan Stanley lah yang menawarkan kepada para calon investor. Morgan Stanley, menurut Parikesit, bertugas untuk menyeleksi investor, mengajukan penawaran, dan juga menentukan harga.

Pelepasan saham oleh tiga penjamin emisi itu, Parikesit melanjutkan, adalah murni aksi korporasi. Mereka memiliki portofolio untuk dijual dengan mekanisme tertentu, seperti block sale atau open tender. Kementerian BUMN hanya mengoordinasikan agar ada kesamaan arah.

Video Toyota Calya Terjebak di Lumpur, Ada Cara Aman untuk Lolos

Sementara itu, terkait harga yang ditawarkan, Kementerian BUMN berharap untuk melepas 10 persen di atas harga rata-rata bulan sebelumnya. Parikesit menegaskan, 10 persen di atas harga tersebut bukan harga ketika saham
disetujui terjual di hari itu.

Siapa untung, siapa buntung

Dari proses IPO saham Garuda tahun lalu, total dana yang dapat diraup sekitar Rp4,75 triliun. Berdasarkan data prospektus IPO saham Garuda, masing-masing underwriter memiliki porsi penjaminan sebanyak 1,74 miliar saham senilai Rp1,3 triliun atau sekitar 27,49 persen.

Kini, berdasarkan laporan keuangan Garuda per 31 Desember 2011, Mandiri Sekuritas, Bahana, dan Danareksa memiliki sekitar 2,47 miliar saham Garuda. Dengan pembelian pada harga perdana Rp750 per saham, total senilai Rp1,85 triliun.

Jika saham Garuda akhirnya dilepas pada harga Rp620 per unit, total dana yang diraih hanya sekitar Rp1,5 triliun. Artinya, ketiga sekuritas BUMN dipastikan mengalami kerugian. Meskipun, kerugian yang dialami masing-masing sekuritas BUMN berbeda-beda.

Bahana dan Danareksa yang masih menguasai lebih dari 900 juta saham Garuda, berpotensi mengalami kerugian cukup besar. Sementara itu, Mandiri Sekuritas saat ini hanya memiliki sekitar 400 juta saham.

Menurut analis PT Valbury Asia Securities, Robin Setiawan, kabar akan dijualnya saham Garuda itu diprediksi dapat mempengaruhi pergerakan saham maskapai pelat merah itu di lantai bursa.

"Sebab, pelaku pasar akan berspekulasi, di harga berapa saham dengan kode GIAA itu akan dilepas," kata Robin kepada VIVAnews di Jakarta, Rabu 25 April 2012.

Jika dilepas di atas harga IPO tahun lalu, yaitu lebih dari Rp750 per unit, dia mengatakan, pemilik saham Garuda saat ini akan diuntungkan. Namun sebaliknya, jika terdiskon dari harga IPO, otomatis pemegang saham akan merugi.

"Tapi, dalam empat bulan terakhir ini, saham Garuda sedang menguat. Sebab, pada periode Oktober-Desember 2011, harga bergerak stagnan di level Rp450. Saat ini di atas Rp600," ujarnya.

Tottenham dan Man Utd Berjuang untuk Mengontrak Mantan Pemain Arsenal, Segini Harganya

Jika harga masih berpotensi menguat, peluang pembeli saham Garuda di tiga sekuritas BUMN untuk meraup keuntungan juga akan cukup besar.

Dia menambahkan, penjualan saham Garuda pada harga Rp620 per unit sepenuhnya keputusan pemegang saham. "Ya, itu sah-sah saja. Mungkin ada keinginan dari pemerintah agar saham perseroan dimiliki oleh investor atau pengusaha dalam negeri. Karena Garuda kan, merupakan perusahaan BUMN," tuturnya.

Chairul Tanjung beli Garuda?

Soal siapa pengusaha nasional yang telah menyatakan minat membeli saham Garuda, seorang petinggi lembaga keuangan yang terlibat dalam proses ini menyatakan kepada VIVAnews bahwa yang dimaksud tak lain adalah Chairul Tanjung, Ketua Komite Ekonomi Nasional. Pemilik CT Corporation itu dikabarkan akan masuk melalui PT Trans Airways.

Namun, hingga saat ini, ketua Komite Ekonomi Nasional itu belum dapat dikonfirmasi. Komisaris PT Televisi Transformasi Indonesia, Ishadi SK, juga
belum dapat dimintai penjelasannya mengenai kabar masuknya Chairul Tanjung itu. Panggilan telepon VIVAnews belum berbalas.

Sementara itu, manajemen Garuda Indonesia juga menyatakan tidak mengetahui kabar pembelian saham perseroan oleh salah satu pengusaha nasional tersebut.

"Data di media lebih lengkap. Saya juga tidak tahu itu dari mana," kata Direktur Utama Garuda Indonesia, Emirsyah Satar, saat konferensi pers peresmian kantor Citilink di Gedung Citicon, Jakarta, Rabu 25 April 2012.

Emirsyah menjelaskan, ketika penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO), terdapat tiga pihak yang bertanggung jawab. Pihak-pihak itu adalah manajemen, penjamin emisi, dan pemegang saham.

Pihak pertama yaitu manajemen, bertugas untuk membuat perusahaan berkinerja lebih baik. Hal itu dilakukan agar perusahaan layak dibeli oleh publik.

Selanjutnya, pihak kedua, yaitu penjamin emisi atau underwriter, yang bertugas untuk menilai dan mengalkulasi benar tidaknya perusahaan itu layak dibeli publik. "Mereka juga menjamin harga saham itu sesuai kondisi pasar. Pihak ketiga adalah pemegang saham yang menyetujui," ungkapnya.

Sebagai bagian dari manajemen, Emirsyah menjelaskan, tugas manajemen ketika IPO adalah meringankan beban Garuda ke depan. Dia menegaskan, proses IPO bukan tanggung jawab manajemen. "Sekarang, manajemen Garuda berkomitmen sesuai prospektus. Soal jual menjual saham, bukan urusan kami," tuturnya.

Menurut dia, penentuan siapa pembeli 10,88 persen saham Garuda yang dipegang tiga sekuritas BUMN itu adalah wewenang pemegang saham bersangkutan. (kd)

Ilustrasi memasak.

Mengenal Tradisi Hantaran di Indonesia, Simbol Rasa Syukur dan Kasih Sayang

Tradisi hantaran di Indonesia merupakan kebiasaan bertukar hadiah makanan atau barang lainnya sebagai bentuk ungkapan rasa syukur, kasih sayang, dan penghargaan.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024