Jepang Memang Kalah, Tapi Pendukungya Tidak

Suporter Jepang
Sumber :
  • Reuters

VIVAbola - Pernahkah anda menonton bola langsung di stadion? Jika pernah, selain berdiri, berteriak atau mungkin hanya duduk saja, apa lagi aktivitas yang anda lakukan? Bisa jadi anda memakai atribut yang semarak atau bersorak ketika gol tercipta. Atau memaki wasit, kesal dengan pemain atau bahkan menangis ketika mengalami kekalahan.

Ya, menonton langsung pertandingan memang memberikan sensasi yang berbeda. Atmosfer laga lebih terasa, dengan berbagai nyanyian merdu, sorakan gembira atau tetesan air mata. Tapi pernahkah anda peduli dengan stadion yang anda datangi?

Dari beberapa pertandingan Piala Dunia 2014 yang sudah ditayangkan langsung lewat televisi, kita bisa melihat berbagai dandanan atau gaya unik suporter di depan kamera. Mulai dari sekumpulan lelaki hingga para wanita seksi. Namun yang paling menarik perhatian saya adalah apa yang dilakukan suporter Jepang.

Ya, totalitas dukungan mereka sangat mencuri hati. Mulai dari dandanan, yel yang selalu berkumandang selama 2x45 menit. Dan, ini yang paling terbaik di antara segalanya: membersihkan tribun! Usai pertandingan, suporter Jepang gotong royong mengutip sampah-sampah yang berserakan.

Kesannya seperti sedang menjalankan hukuman kerja sosial. Namun kegiatan itu mereka lakukan sukarela dan tentu saja tanpa bayaran sepeser pun.

Seperti ‘peraturan tak tertulis’ dan kebiasaan bahwa masyarakat sepak bola Jepang selalu membersihkan tribun dimana mereka berdiri atau duduk menonton. Pada Piala Dunia 2006 di Jerman pun, mereka melakukan hal yang sama. Ya, kegiatan inilah yang hampir jadi, tidak akan dilakukan oleh penonton manapun. Bagi mereka hal itu biasa, namun bagi kita, sangat mengagumkan. Tapi, inilah manner yang mereka terapkan. Stadion adalah area publik, karena itu kesadaran penonton Jepang akan kebersihan sangat tinggi.

Jepang boleh kalah, namun tidak  untuk pendukungnya yang berhasil mengambil perhatian dunia. Maka tak berlebihan jika skuad Jepang berbaris lalu membungkukkan badan memberikan penghormatan usai laga kepada mereka yang telah jauh-jauh datang mendukung langsung ke Arena Pernambuco. 

Bagaimana dengan kita yang mengaku cinta sepak bola? Pernahkah kita memperhatikan kebersihan ketika mendukung timnas di Gelora Bung Karno? Jika sepak bola diidentikkan dengan agama, dan stadion adalah rumah ibadah, bukankah akan sangat indah jika kita bisa menjaga dan memperhatikan kebersihan ‘rumah suci’ kita?

Penulis: Viola Kurniawati, Media Officer Persija Jakarta