Pengangguran Disebut Terendah Sejak 20 Tahun, Indef: Masih Rendah Orba

Antrean pelamar pada Bursa Kerja di Depok, Jawa Barat.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Zahrul Darmawan

VIVA – Dalam debat pilpres putaran ketiga malam tadi, calon Wakil Presiden 01, Ma'ruf Amin menyatakan bahwa tingkat pengangguran di Indonesia, mengalami penurunan. Bahkan, dia mengklaim, tingkat pengangguran pada saat ini adalah yang terendah dalam 20 tahun terakhir.

Menanggapi hal tersebut, peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira membenarkan klaim Ma'ruf tersebut.

"Betul, dalam 20 tahun terakhir memang tingkat pengangguran terbuka saat ini yang terendah. Tetapi, jika dilihat waktu yang lebih panjang, tahun 1997, tingkat pengangguran hanya 4,69 persen," kata Bhima, saat dihubungi VIVA, Senin 18 Maret 2019.

Meski demikian, Bhima menjelaskan, sebenarnya angka pengangguran di era Orde Baru pernah tercatat hanya sebesar 2,55 persen di 1990 silam. Oleh karenanya, parameter tingkat pengangguran terendah itu dapat dilihat tergantung dari berapa jauh perbandingannya. Apakah hanya dalam 20 tahun atau sampai 40 tahun terakhir.

"Jadi, itu sebenarnya sekedar klaim, enggak perlu dibanggakan. Belum dianggap sukses, bila (tingkat penganggurannya) kalah rendah dibanding era Orde Baru," kata Bhima.

Mengenai apa saja faktor yang melatarbelakangi sulitnya para pekerja Indonesia, untuk mendapatkan pekerjaan di era digital hari ini, Bhima mengaitkan, antara aspek vokasional dan supply-demand dari industri ketenagakerjaan saat ini.

Dia menjelaskan, di sisi penawaran, ada ketidakcocokan antara kebutuhan dunia kerja dan keahlian yang diasah saat sekolah. Hal ini, terbukti dari besarnya pengangguran sekolah vokasi yang mencapai 11,2 persen di 2018.

"Dari sisi permintaan, sektor utama penyerap tenaga kerja, yaitu pertanian, anjlok. Tahun 2018, penyerapannya minus. Harga komoditas perkebunan yang rendah dan kurangnya insentif buat petani jadi masalah serius," kata Bhima.

"Di debat semalam, tidak ada yang singgung sisi permintaan, khususnya pertanian. Kedua cawapres kehilangan cara pandang masalah yang lebih struktural," ujarnya. (asp)