Tak Ada Pasar Domestik, Dua Maskapai Ini Bakal Lama Terjebak COVID-19

Singapore Airlines Boeing 777
Sumber :
  • www.singaporeair.com

VIVA – Pengamat penerbangan internasional memperkirakan maskapai Singapore Airline dan Cathay Pacific bakal membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih dari krisis virus Corona. Hal itu karena perjalanan internasional saat ini masih sangat terbatas.

Dilansir dari CNBC, pada Kamis 13 Agustus 2020, Kepala Konsultan Cirium Asia, Joanna Lu, mengatakan, lamanya pemulihan krisis yang dialami dua maskapai penerbangan tersebut karena tidak memiliki basis pasar domestik untuk penerbangan, sedangkan pasar internasional yang biasa digarap sangat terbatas akibat pandemi COVID-19.

Kondisi itu tentunya, lanjut Lu, semakin mempersulit kinerja maskapai setelah menderita kerugian besar sejak perjalanan udara dihentikan, akibat sebagian negara menutup perbatasan awal tahun ini dalam upaya membendung penyebaran pandemi virus Corona.

"Kedua operator melihat keuntungan berubah menjadi kerugian dalam kartu laporan pendapatan terbaru mereka saat ini,” kata Lu.

Baca juga: Penumpang Pesawat saat Pandemi Corona Kebanyakan untuk Keperluan Ini

Cathay Pacific melaporkan kerugian 9,87 miliar dolar Hong Kong atau US$1,27 miliar untuk semester pertama 2020, setelah mencatatkan keuntungan 1,35 miliar dolar Hong Kong pada tahun lalu. 

Sementara itu, untuk Singapore Airline pada akhir kuartal II pada 30 Juni 2020 tercatat mengalami kerugian mencapai 1,12 miliar dolar Singapura atau US$817,5 juta, turun dari laba bersih 111 juta dolar Singapura pada tahun sebelumnya.

Meski sejumlah negara telah membuka kembali wisatawan, tetap saja masih menutup kunjungan internasional, sehingga belum akan memengaruhi kinerja dua maskapai tersebut.

Untuk itu, Lu memperkirakan dengan adanya kondisi COVID-19 maka maskapai yang memiliki rute domestik besar akan tumbuh lebih pesat dibandingkan maskapai dengan penerbangan jarak jauh tujuan internasional.

“Maskapai penerbangan yang melayani pasar domestik skala besar mungkin akan mendapatkan keuntungan lebih, termasuk maskapai penerbangan di China, Jepang dan mungkin Indonesia,” tuturnya. (art)