Penelitian Baru soal Tidur, Kenapa Bisa Nyenyak dan Tidak

Ilustrasi sakit.
Sumber :
  • Pexel

VIVA – Tidur adalah keadaan istirahat alami pada manusia. Tak cuma manusia, ini juga berlaku bagi berbagai mahluk hidup lain seperti binatang.

Tetapi karena beberapa sebab, ada yang membedakan kualitas tidur mereka. Pada manusia, ini juga berlaku. Bagi yang kurang tidur, tentu tak sesehat yang tidurnya cukup. Meski terkadang mereka mensiasatinya dengan tidur siang.

Sebuah penjelasan ilmiah bisa jadi jawaban atas kondisi ini. Sebuah studi pada tikus yang dilakukan di Universitas Tsukuba, Jepang, mengungkap bahwa satu mutasi gen tunggal bisa meningkatkan jumlah tidur yang dibutuhkan tikus. Ini merupakan sebuah pengungkapan di mana para peneliti bisa memberi pandangan berguna bagi kebiasaan tidur manusia.

Dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, studi ini mencatat bahwa sedikit yang diketahui mengenai mekanisme fisiologis yang mengatur tidur.

Artinya, penyebab kenapa pola tidur satu orang berbeda dengan orang lainnya masih menjadi sebuah misteri, hingga saat ini.

Dilansir The Independent, Minggu, 30 September 2018, untuk penelitian ini para peneliti membangun dari penelitian sebelumnya mengenai mutasi protein yang disebut dengan SIK3 dan meneliti efeknya pada kebiasaan tidur tikus.

Sebagai catatan tambahan tentang seberapa lama tikus bisa tidur dan seberapa lama mereka terbangun, para peneliti melihat ke dalam aktivitas otak mereka selama periode bermimpi dan tidur tanpa mimpi, dan tingkat kewaspadaan mereka selama periode terbangun.

Para peneliti menemukan bahwa dengan memutasi asam amino ke-551 pada SIK3, tikus menjadi lebih banyak tidur alias punya kualitas tidur lebih lama. Itu terlihat dari aktivitas gelombang otak mereka.

"Temuan ini cukup menarik bahwa mutasi ini mempengaruhi periode tidur yang kurang gerakan mata cepat, yaitu bagian tidur tanpa bermimpi, sementara tidur yang bermimpi tidak berubah secara garis besar," ujar peneliti Masashi Yanagisawa.

Hal ini menunjukkan bahwa SIK3 punya pengaruh pada kualitas tidur. Peneliti utama Takoto Honda menambahkan, fitur-fitur dari asam amino khusus dalam protein ini mirip dengan yang ada di dunia binatang, artinya temuan ini relevan terhadap manusia dan bisa bermanfaat bagi riset masa depan untuk gangguan tidur manusia.

Ini mengimplikasikan, bahwa orang yang butuh tidur lebih lama, sesuatu yang mereka atasi dengan tidur siang, bisa saja mengalami versi mutasi dari protein sama yang diteliti dalam riset.

Namun, melihat bahwa studi ini dilakukan pada tikus dan bukan manusia, belum ada cara untuk bisa memastikannya.

Waktu optimal

Meski begitu, temuan ini bisa menjadi terobosan, mengingat bahwa di Amerika Serikat, satu dari tiga orang dewasa tidak mendapatkan cukup tidur. Padahal menurut Centers for Disease Control and Prevention, tidur yang direkomendasikan adalah tujuh jam semalam.

Tidur kurang dari tujuh jam semalam akan berpotensi meningkatkan risiko penyakit seperti obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke, dan stres.

Tidur siang juga dikatakan bisa menjadi jawaban dari masalah ini. Tapi, untuk mendapatkan manfaat sepenuhnya dari tidur siang, Anda harus menyesuaikan lagi pekerjaan Anda, karena satu studi mengklaim waktu tidur siang yang optimal adalah pukul 15.00.

Tidur siang lebih sore dari jam ini bisa menyebabkan Anda sulit tidur di malam hari. Akhirnya terjadi gangguan pada ritme sirkadian dan memicu masalah lebih banyak lagi di masa datang.