Peragaan Busana Muslim Indonesia Digelar di Washington DC

High Fashion for Muslim Wear: New Designs from Java di Corcoran Gallery
Sumber :
  • KBRI Washington DC

VIVA.co.id – Sebanyak kurang lebih 300 orang yang terdiri dari publik AS, pemerhati fashion dan perancang busana di Washington DC berkumpul di Corcoran Gallery of Arts and Design George Washington University (GWU) pada hari Sabtu, 10 September. Mereka datang untuk menyaksikan peragaan busana Muslim Indonesia bertema High Fashion for Muslim Wear: New Designs from Java di Corcoran Gallery. 

Peragaan busana Muslim Indonesia ini menampilkan karya desainer Indonesia Meeta Fauzan dan Helen Dewi Kirana, dan didahului dengan seminar mengenai evolusi budaya, industri dan perkembangan makna busana Muslim Indonesia oleh Prof. Carla Jones, Guru Besar Antropologi Budaya dari University of Colorado, Boulder, untuk memperkenalkan tentang budaya dan busana Muslim Indonesia ke publik AS.

Paruh pertama acara menampilkan karya-karya Meeta Fauzan yaitu busana muslim dengan aksen batik Jawa Barat. Meeta, yang juga merupakan Ketua Umum Ikatan Perancang Busana Muslim Indonesia (IPBM) telah menunjukkan karyanya di Kuala Lumpur, Perth, Budapest, Prague, dan Istanbul, dan acara kali ini menampilkan 11 karya terbaru Meeta Fauzan yang belum pernah ditampilkan sebelumnya. 

Pada paruh kedua ditampilkan 11 karya Helen Dewi Kirana, yang memiliki label NES, dengan karya-karya desain berbahan kain yang dibuat dengan teknik tie-dye Indonesia dikombinasikan dengan teknik serupa dari Jepang yaitu shibori, yaitu kombinasi berbagai teknik sederhana seperti melipat, mengikat, memelintir dan menjahit kain yang akan digunakan untuk mendapatkan corak yang sophisticated. 

Pertunjukan diselingi dengan penampilan tari Zapin oleh Spotlight Studio, grup tari Indonesia di Washington DC yang menampilkan tari Zapin yang berasal dari Arab atau Parsi berasimilasi dengan budaya lokal dan menghasilkan ekspresi khas Indonesia. 

Turut mendukung peragaan busana adalah make-up artist BiNes yang mendandani para model AS dari HBF Production yang berbasis di Washington DC. Pada pelaksanaannya, acara diliput oleh beberapa media AS dan dapat diakses secara live melalui akun resmi Facebook KBRI Washington DC.

Peragaan busana mendapat sambutan hangat dari pengunjung yang sebagian besar adalah warga AS, yang kagum atas perkembangan busana Muslim di Indonesia yang ditunjukkan dengan keragaman jenis busana, dan kaya akan warna, tekstur, jenis bahan desain dan kreativitas para perancang busana malam itu. 

Ketika ditemui seusai peragaan busana, beberapa pemerhati busana di DC mengakui bahwa baru kali ini melihat perbedaan antara busana Muslim Indonesia dengan negara Timur Tengah, yang memiliki esensi sama namun lebih beragam, kreatif dan modis.

Antusiasme yang tinggi dari publik AS juga ditunjukkan dengan 250 tiket yang sold out dalam waktu dua hari sejak dibukanya pendaftaran. Tiket dapat diperoleh secara gratis melalui 11 September 2016 pendaftaran di situs Smithsonian, dan di saat-saat terakhir panitia harus menambah 50 kursi untuk waiting list. 

Hal ini juga didukung dengan adanya fakta bahwa acara ini merupakan acara fashion show bertema muslim pertama yang didukung oleh Smithsonian Institution, institusi budaya paling bergengsi di AS.

Peragaan busana Muslim merupakan pembuka rangkaian kegiatan Performing Indonesia 2016 yang bertema Islamic Intersections, bekerja sama dengan Smithsonian Institution. 

Menurut Ismunandar, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Washington DC, mewakili panitia Performing Indonesia, melalui rilis yang diterima redaksi, kegiatan sesuai dengan fokus diplomasi Dubes RI Washington DC ditujukan untuk memperkenalkan Islam di Indonesia ke publik AS. 

Tema Islamic Intersections menunjukkan bahwa di Indonesia arus masuknya Islam bertemu dengan berbagai budaya lokal di seantero Indonesia dan hasilnya dimanifestasikan dalam berbagai pertunjukan yang memperlihatkan sejarah dan keragaman ungkapan keislaman di Indonesia. 

Performing Indonesia akan berlangsung dari September hingga November 2016 dan akan melibatkan 80-an artis, pakar, dan instruktur budaya.