Terharu, Rela Panjat Tembok RS untuk Lihat Ibunda di Karantina Corona
- Twitter/Astro Awani/World of Buzz
VIVA – Kecintaan dan bakti seorang anak kepada ibunda merupakan suatu hal yang menjadi kewajiban, bahkan kebanggaan. Hal itu pula yang jadi motivasi seorang pria di Palestina bernama Jihad Al-Suwaiti.
Meski di tengah wabah pandemi seperti ini banyak warga yang harus rela terpisah dari keluarganya yang terinfeksi COVID-19.
Tidak diperbolehkannya kunjungan keluarga dan pasien harus diisolasi selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan sampai mereka pulih.
Meski demikian, hal tersebut tampaknya tidak berlaku bagi Jihad tampaknya memilih nekat untuk bisa menyaksikan dan mendampingi ibunya.
Baca juga: Ini Harga Daster Catherine Wilson Saat Ditangkap, Murah Meriah
Berasal dari wilayah Hebron, Jihad nekat untuk memanjat tembok rumah sakit dan duduk di samping jendela hanya untuk melihat ibundanya yang sedang dirawat lantaran diketahui positif corona.
Jihad yang berusia 30 tahun rela duduk di jendela setiap hari jam demi jam sampai ibunya, Rasma Salama, menghembuskan napas terakhirnya pada 16 Juli 2020 lalu.
Dalam laporan Astro Awani, Jihad memanjat jendela rumah sakit setiap hari untuk memastikan bahwa ibunya yang terinfeksi oleh COVID-19, mendapatkan perawatan dan perhatian sebaik mungkin.
Foto dan video dia duduk di dekat jendela rumah sakit telah menjadi viral, menyentuh hati banyak netizen.
Baca juga: Diprovokasi, Ahmad Dhani Gebuki Haters Saat Manggung
"Dia memanjat pipa sehingga dia bisa memantau ibunya yang ada di lantai dua rumah sakit," ungkap salah seorang pejabat rumah sakit.
"Dia menghabiskan sebagian besar harinya di sana, mengamati kondisi ibunya dari luar jendela sebelum turun ketika dia yakin ibunya tertidur," jelasnya.
Kakak laki-laki Jihad, Rasmi mengatakan kepada media bahwa meskipun dilarang melakukannya oleh rumah sakit karena alasan keamanan, Jihad tetap keras kepala dan terus memanjat jendela setiap hari.
"Jihad adalah anak bungsu dan memang dekat dengan ibunya, terutama setelah kematian ayah kami 15 tahun yang lalu," kata Rasmi.
“Ibu kami menderita leukemia dan didiagnosis positif COVID-19 beberapa minggu yang lalu. Ketika diberitahu tentang kematian ibu kami, Jihad marah dan tidak percaya," ujar Rasmi.
"Tapi sekarang dia tampaknya bisa menerimanya," tutur Rasmi.