Diet Mediterania Hanya Cocok untuk Si Kaya, Apa Sebab?

Ilustrasi diet.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Diet Mediterania, yang kaya akan buah-buahan, sayuran, ikan dan biji-bijian terkenal di dunia sebagai rangkaian diet berbahan makanan sehat untuk jantung. Namun menurut sebuah studi baru, makanan ini mungkin hanya memberi keuntungan kardiovaskular kepada orang kaya dan sangat kaya serta berpendidikan.

Periset telah meneliti 18.991 peserta berusia 35 tahun dan yang lebih tua dari daerah Malise di Italia Selatan. Mereka menemukan bahwa untuk penduduk secara keseluruhan, diet dengan makanan Mediterania menurunkan risiko penyakit kardiovaskular meningkat 15 persen selama empat tahun.

Namun ketika para peneliti memeriksa kelompok yang berbeda dalam populasi tersebut, manfaat kardiovaskular tersebut hanya berlaku untuk orang yang berpenghasilan lebih dari US$47.000 (Rp611 juta per tahun) atau untuk mereka yang memiliki pendidikan pasca sekolah menengah.

"Untuk kelompok sosioekonomi lainnya, tidak ada manfaat yang terkait dengan diet Mediterania yang diamati," kata Marialaura Bonaccio, penulis studi utama dan peneliti di IRCCS Istituto Neurologico Mediterraneo Neuromed. "Ini memang hasil yang mengesankan."

Penjelasan yang mungkin untuk temuan tersebut adalah bahwa orang-orang mengamati diet Mediterania sampai tingkat yang berbeda, seperti hopotesis Bonaccio. Dalam penelitian ini, orang kaya dan berpendidikan lebih cenderung melaporkan makan berbagai macam buah dan sayuran, untuk lebih menyukai roti gandum utuh, dan memasak dengan metode yang sehat seperti merebus bukan menggoreng, atau memanggang.

"Perbedaan ini tampaknya didorong oleh fakta bahwa orang-orang dalam status sosial ekonomi yang lebih tinggi mengkonsumsi jumlah biji-bijian, makanan organik, MUFAs (asam lemak tak jenuh tunggal], vitamin D, kalsium, serat, polifenol dan antioksidan yang lebih tinggi," kata James DiNicolantonio, seorang ilmuwan riset kardiovaskular di Institut Hati Amerika Tengah Saint Luke dan penulis buku The Salt Fix, yang tidak terkait dengan penelitian ini.

Bonaccio dan DiNicolantonio sama-sama memperingatkan bahwa penelitian observasional tidak dapat membuktikan bahwa status sosioekonomi memengaruhi kesehatan jantung, namun mengungkapkan hubungan antara keduanya.